Bagian 146 (Suluk)

673 119 35
                                    

.
.

Barangsiapa yang ingin Allah menganugerahkan baginya husnul khotimah, maka hendaknya ia berhusnuzon (berprasangka baik) kepada orang-orang.

~ Imam As-Syafi'i rahimahullah

.
.

***

Hari ke-2 Suluk di pasar ...

Matahari mulai meninggi. Yoga baru saja selesai mandi. Seperti biasa di waktu seperti ini, di bawah pohon malah cenderung panas. Dia pun beralih duduk ke tempat yang ternaungi dengan atap terpal deretan lapak.

Pasar masih ramai pembeli. Gang sempit banyak dilalui orang berbelanja. Seperti biasa mereka menatap Yoga jijik, selebihnya takut. Dia mulai berusaha membiasakan diri dengan cara mereka memandangnya.

Setelah duduk, tangannya disembunyikan ke dalam kantung, meraih tasbih dan melanjutkan amalan zikir hariannya.

Perutnya masih dalam keadaan lapar seperti kemarin. Tapi bagaimanapun, dia bersyukur kemarin ada kue yang masuk ke perutnya. Setidaknya, makanan yang sedikit itu menjadi bahan bakar yang menegakkan tulang punggungnya untuk salat dan zikir.

"Laa ilaha illallah ... Laa ilaha illallah ... ," tiba-tiba zikirnya terhenti saat sepasang kaki bersandal motif karakter kartun anak, berdiri di depannya. Yoga mengangkat pandangannya ke depan.

Anak laki-laki berusia sekitar 4 atau 5 tahun itu tengah menatapnya seolah dia alien. Anak kecil yang kemungkinan anak TK itu memiringkan kepalanya yang berambut poni lempar, seraya mengerutkan alis.

Ngapain sih ni anak? Anak siapa? Kenapa dilepas sendirian di sini?

Yoga merasa tidak nyaman. Dia membuang muka. Berharap anak itu segera pergi. Tapi alih-alih pergi, anak itu justru berjalan menghampirinya.

Pria itu mulai gelisah. Menebak-nebak apa yang akan dilakukan anak di hadapannya ini. Sering dia mendengar, anak-anak kecil suka menimpuki orang gila dengan batu. Atau hal-hal anarkis semacamnya.

Mendadak telapak tangan anak itu meraba mukanya. Plek!

Mata Yoga terbelalak. HEHHH???
Tangannya berusaha menyeka pipi Yoga yang belepotan bekas arang. Meski sudah beberapa kali wudhu, dia memang sengaja berhati-hati agar bekas coretan arang karya Ustad Umar tidak hilang.

Sett! Sett! Anak itu tak menghiraukan Yoga yang berusaha menghalau tangannya. Dia terus menyeka arang hitam di pipinya.

Yoga berusaha menarik pergelangannya, tapi dia juga kuatir jika orang lain melihat, nanti disangkanya dia yang mem-bully si anak.

HEYY!! JANGAN!! NANTI ARANGNYA TERHAPUS!! Aneh banget sih ni anak!!

Akhirnya dia berhenti menyeka wajah Yoga. Anak aneh itu kini menarik tangan dan mengamati noda arang yang menempel di kedua telapak tangan.

Yoga sedang menutup pipinya. Mencegah anak itu bertindak ajaib lagi terhadap mukanya.

"Om ... Om sebenarnya ... ganteng ya?"

Pertanyaan itu membuat Yoga heran. HEHHH??

Seorang Ibu berambut cepol berlari tergopoh-gopoh menghampiri mereka.
"REZA!! Ya ampuun!! Dicari ke mana-mana!! Jangan ngilang tiba-tiba kayak gitu! Bikin orang tua jantungan aja! Ayo pulang!"

Tangan anak itu ditarik paksa oleh Ibunya. Wanita itu menyadari kotoran hitam di tangan anaknya. "Hiihhh!! Apaan ini hitam-hitam?? Makanya jangan pegang-pegang orang gila! Kotor, tahu! Bandel banget sih! Ntar dilaporin Ayah baru tahu kamu!"

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang