.
.
"Kamu cantik banget, sayang. Erika-ku."
.
.
***
Dua minggu berlalu ...
Ujian sudah usai, dan di berbagai sudut di sekolah, selalu terdengar percakapan mengenai acara malam prom. Bukan cuma anak perempuan, anak laki-laki juga ramai membahas prom. Datang bersama siapa, naik apa, pakai baju apa dan seterusnya.
Itu bukan kebiasaan Erika sebenarnya. Untuk menghadiri acara pesta mewah semacam itu. Dan Yoga juga bilang pada Erika kalau dia sebenarnya tidak pernah merasa nyaman dengan pesta-pesta mewah. Walaupun begitu, Yoga nampak bersemangat menyiapkan ini itu. Katanya itu karena Erika akan bersanding dengannya di pesta ini. Jadi Erika merasa setidaknya dia harus berusaha menikmati suasana pesta, supaya Yoga tidak merasa persiapan yang dilakukannya sia-sia.
Malam itu di kamar, Erika membuka sebuah kotak berwarna biru muda dengan pita merah muda. Yoga memberikan kotak itu padanya tiga hari yang lalu setelah Erika menemaninya belanja seharian. Erika benar-benar hanya menemaninya, tapi Yoga-lah yang sebelumnya sibuk mencari tahu di mana alamat butik dari barang-barang yang dipilih Erika.
Erika meletakkan tutup kotak di sisi kanan. Matanya terpana melihat isi di dalam kotak. Padahal dia sudah tahu isinya, tapi gaun yang luar biasa cantik ini selalu bisa membuatnya terkesan setiap melihatnya.
Erika berdiri di depan cermin, mengangkat gaun itu dan menempelkannya di depan tubuhnya. Dia suka sekali dengan warna dasar krem mudanya, yang bisa berpendar saat dia memutar tubuhnya. Ada lapisan kedua di belakangnya yang bahannya bisa mengkilap dan menciptakan gradasi warna gelap ke terang. Motif bunga hitam di pinggirannya memunculkan motif bunga mawar merah muda di bagian atas. Memberi kesan klasik. Dengan background krem muda bergradasi, gaun ini adalah gabungan antara modern dan klasik.
Yoga tidak pernah bilang berapa harga gaun itu. Dia hanya berkomentar kalau harganya 'tidak seberapa'. Gaun seperti ini mana mungkin harganya 'tidak seberapa', pikir Erika. Erika bermaksud mengganti uang Yoga. Walaupun Yoga adalah pacarnya, dia tidak mau membebaninya. Tapi Yoga malah marah. Katanya 'Kalau kamu bahas soal ini lagi, aku akan marah!' Ah baiklah, pikir Erika. Dia tidak mau mereka ribut gara-gara ini.
Erika melipat kembali gaun itu dan memasukkannya ke dalam kotak. Dia mencoba memakai sepatu yang ada di dalam kotak berwarna emas. Sepatu berwarna krem muda yang senada dengan warna gaun, nampak anggun dengan aksesoris berbentuk bunga mawar krem di ujungnya. Haknya cukup tinggi sekitar 12 senti. Erika sudah mencobanya di toko, dan dia ternyata masih bisa berjalan nyaman dengan hak setinggi itu.
Dia memasukkan kembali sepatu cantik itu ke dalam kotaknya.
Nada getar ponselnya membuat Erika berdiri dan berjalan ke meja. Dia membuka pesan masuk. Dari Yoga.
Bsk mlm kujemput jam 7.45 ya sayang. Slmt tidur. See u tomorrow
Erika tersenyum. Jarinya mengetik pesan balasan.
Iya :) Slmt tidur, Yoga. See u too
Erika meletakkan ponsel ke atas meja dan menghela napas.
Semoga acara besok lancar. Amin.
Tangan Erika menyentuh dadanya. Detak jantungnya lebih cepat dari biasanya.
Dalam hidupnya, ada beberapa kali momen dimana detak jantungnya seperti ini. Salah satu yang paling diingatnya adalah saat dia di tahun pertama SMP. Siang hari di tengah jam pelajaran mendadak detak jantungnya cepat dan denyutnya lebih terasa dibanding saat normal. Itu berlangsung terus hingga sore. Dan sore harinya dia mendapat kabar kalau ibunya masuk Rumah Sakit karena kecelakaan. Ibu pingsan setelah terserempet mobil saat menyeberang jalan di depan pusat perbelanjaan, dan baru siuman setelah lima hari kemudian. Tak lama setelah peristiwa itu, Ibu mengenakan hijab.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
EspiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...