.
.Dan jiwa-jiwa yang dahulu dekat, akan berkumpul kembali di dunia, atas izin Allah.
.
.***
Yoga menemukan dirinya berpakaian serba putih. Berada di ruang yang sama dengan yang pernah dimimpikannya.
Sebuah tempat luas yang dasarnya tak nampak karena tertutupi kabut putih. Langit abu muda, dengan awan putih berarak.
Ini ... tempat aku bertemu Syeikh dalam mimpiku dulu.
Dirinya merasa senang. Apakah Syeikh ada di sekitar sini?
"Syeiiikhhh!!! Syeeiikhhh!!!" Teriaknya ke seluruh penjuru.
Dia terus berjalan. Tapi tak ditemukannya seorang pun. Akhirnya dia berhenti memanggil. Dan memilih menunggu.
Benar saja, tak lama kemudian sebuah garis cahaya putih jatuh lurus dari langit. Dia segera berlari ke arah itu, sekalipun cahayanya menyilaukan mata.
"Syeeeiiikhhh!!!" Pekiknya sambil berlari.
Cahaya itu meredup, dan pria tua kesayangannya itu benar-benar ada di sana. Sedang duduk di atas pelataran kayu dengan gamis putihnya. Yoga menapaki kakinya di pelataran kayu dan menghampiri gurunya penuh rasa hormat.
"Syeeiikhhhh!!! Ya Allah! Kangen, Syeikh!!" Dia memeluk pria itu lama. Syeikh mengusap punggungnya.
Setelah membiarkan muridnya melepas rindu, Syeikh bicara padanya.
"Bukankah sudah saya bilang untuk menjaga kesehatanmu?"
Yoga terdiam menundukkan kepala. "Iya. Maaf Syeikh. Itu karena, saya begitu bersemangat untuk tahu siapa kedua anak laki-laki itu. Saya ingin bertemu mereka, Syeikh!! Tolong beri petunjuk! Ada di mana mereka??" Tanyanya penuh semangat.
Melihat semangat berkobar dari muridnya, Syeikh menghela napas. "Hh ... baiklah. Saya akan membahas tentang anak yang pertama." Syeikh tersenyum penuh arti. Sementara Yoga mengangguk dengan mata berbinar-binar.
"Anak yang pertama, adalah anak seseorang yang dekat denganmu. Orangnya tidak jauh."
"Dekat?" Yoga mengulang kata itu sambil mereka-reka.
Siapa kiranya?? Anaknya siapa?
"Anak itu kelak insyaallah akan menjadi seorang ahli fiqih dan ahli hadits. Umat yang awam akan agama, akan menjadikannya tempat yang nyaman untuk bertanya berbagai permasalahan dalam masyarakat. Disebabkan oleh akhlaknya yang baik, dan tutur katanya yang lembut."
Yoga mendengarkan dengan seksama, seraya membayangkan seperti apa rupa anak itu.
"Saat ini dia masih sangat kecil. Tapi nanti karena dia akan mulai bersinar saat dirinya masih terhitung muda, para remaja pun akan mendengarkan ucapannya. Hingga di zamannya, Insyaallah dia akan mengajak banyak remaja untuk menjauhi maksiat dan pergaulan bebas, serta mendekat pada agama, dan memperbaiki kualitas ibadah mereka."
Yoga menatap Syeikh dengan debar di dadanya. Semakin didengar, semakin ingin bertemu dengan anak itu.
"Selama umurnya berdakwah, dakwahnya insyaallah akan mempengaruhi hidup puluhan juta orang."
Tubuhnya bergidik mendengarnya.
Puluhan juta umat. Masyaallah ...
"Apa saya bisa bertemu dengannya, Syeikh?? Saya ingin bertemu!"
Gurunya tersenyum geli melihat Yoga yang tampak seperti anak TK yang minta diajak jalan-jalan.
"Kamu tidak perlu repot-repot mencarinya. Dia sendiri yang akan mengundangmu insyaallah. Tak lama lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualitéJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...