.
.Sebuah cinta yang ideal, sesungguhnya sangat sulit dicapai.
Para pencinta hanya bisa menggantungkan harapan kepada Allah, Yang Maha Menggenggam hati.
.
.***
Pukul 07.00. Kediaman Farhan Akhtar & Erika ...
Setelah Farhan kembali dari salat Subuh berjamaah di masjid, Erika menyiapkan roti untuk sarapan. Dan khusus untuk Yunan, dia membelikannya bubur ayam hangat.
Erika dan Farhan dengan cepat melahap menu roti mereka, lalu Farhan bergegas ke kamar mandi. Karena dia sebentar lagi akan berangkat ke Galeri tempat kerjanya.
Farhan sedang berganti pakaian di kamarnya, saat Erika duduk di samping Yunan menemaninya makan bubur. Anak itu makan lebih lambat dari biasanya.
Televisi sedang menyala. Tadi Erika yang menyalakannya di saluran berita pagi.
Yunan sebenarnya tidak begitu gemar menonton televisi. Di rumahnya yang lama, benda elektronik seperti televisi, radio dan lainnya tidak ada. Hanya ada setrika dan kipas angin. Tapi sekali pun ada, ibu kandungnya dulu mengajarkannya untuk menjauhi segala sesuatu yang berpotensi melalaikan dari zikir atau mengingat Allah. Mengingat kematian. Sementara di dalam layar televisi, bertebaran acara-acara hiburan yang fungsinya murni hanya untuk ha ha - hi hi. Melupakan segala hal. Segalanya, termasuk kemungkinan bahwa nyawa kita bisa dicabut kapan saja. Termasuk, saat kita sedang menonton televisi.
Akan tetapi setelah merasakan tinggal bersama Farhan dan Erika, dia mengerti bahwa kegiatan menonton televisi menjadi semacam cara orang-orang milenial untuk menghibur diri mereka setelah penat seharian di kantor. Sekaligus ajang menjalin hubungan antar anggota keluarga.
Akhirnya Yunan mengalah, dan sesekali dengan sadar ikut duduk bersama mereka. Hanya untuk membuat mereka senang. Tapi jika acara di saluran televisi mulai menampakkan hal yang berpotensi merusak akhlaknya, seperti misalnya menampilkan wanita berpakaian seronok, atau hiburan yang mulai kelewat batas, tentu saja 'batas'-nya Yunan berbeda dengan batas Erika dan Farhan, dia segera pamit dan masuk ke kamarnya.
Wanita yang belum berhijab, walau pakaiannya tidak seronok, sebenarnya tetap memperlihatkan aurat. Seperti misalnya, Ibu angkatnya sendiri.
Terlebih wanita yang belum berhijab dan berpakaian seronok. Alias berpakaian tapi bagai tak berpakaian, memperlihatkan auratnya lebih luas lagi. Dan jika yang seperti ini semakin sering muncul di televisi, akhirnya efeknya adalah, orang akan menganggap seronok adalah hal yang biasa. Hal yang wajar dan normal. Trendi. Stylish. Fashionable. Maju. Keren. Dan serentet sebutan lainnya.
Itu yang membuat Yunan sejarang mungkin duduk di depan televisi. Tapi sekarang, dia tak punya pilihan lain. Sebab semalam dia sendiri yang bilang lebih suka dirawat di ruang tengah.
Layar sekarang tengah menampilkan seorang pembawa acara berita. Wanita berambut pendek itu tampak segar dengan sapuan gel di poni rambutnya. Jas biru tua membuatnya tampak seperti wanita karir masa kini.
"Berita selanjutnya. Setelah sebulan yang lalu Danadyaksa Corp. memutuskan mengembalikan dana 21 perusahaan investornya, kemarin C.E.O Danadyaksa Corp. Yoga Pratama dikabarkan dirawat inap di Rumah Sakit Sentosa Internasional. Dari informasi yang kami dapatkan, orang nomor satu di Danadyaksa Corp. itu tiba di Rumah Sakit pada sore hari dalam kondisi tidak sadarkan diri karena menderita demam yang sangat tinggi. Berhembus kabar, sakit yang dideritanya adalah akibat kelelahan bekerja."
Erika yang tadinya sedang fokus pada secangkir teh hangat di tangannya, segera meletakkan cangkir di atas meja, dengan mata terbelalak.
Dia bahkan tidak memperhatikan nama perusahaannya. Hanya satu nama yang membuat fokusnya menjadi buyar. Yoga Pratama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...