Bagian 171 (Bertahan)

880 151 33
                                    

.

.

Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?

Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.

~ QS. At Taubah 9: 65-66.

.

.

***

Suasana pesta para pebisnis ibukota itu tampak semarak. Diadakan di sebuah garden roof top , puncak sebuah gedung hotel berbintang lima.

Orang-orang berkelas hilir mudik, melewati tiang-tiang dengan pajangan lilin bernuansa klasik. Dengan hidangan mewah tersaji di atas meja makan berlapis kain berwarna emas.

Yoga dan Mieke berdiri di tepi railing roof top, dengan pemandangan malam terbaik Jakarta, gedung-gedung tinggi menjulang bermandikan kilau cahaya lampu.

Sesuai dress code pesta, semua mengenakan baju bernuansa emas, termasuk Yoga dengan jas berwarna emas dan dalaman kemeja putih, dan Mieke dengan dress terusan berbahan brukat emas. Rata-rata para level direktur ke atas, hadir bersama sekertaris mereka. Beberapa dengan wakil mereka yang lain.

Mieke awalnya bingung saat Yoga mengajaknya menghadiri undangan pesta itu. Bingung karena ini bukan kebiasaan hidupnya, menghadiri pesta mewah semacam ini yang biasanya hanya dihadiri para bos kelas atas. Yoga sendiri sebenarnya enggan hadir, tapi nyaris semua rekan-rekan bisnisnya ada di sana. Dulu dia masih bisa menghindar, tapi sekarang dia adalah C.E.O Danadyaksa Corp. Orang bisa berpikir dia pimpinan perusahaan yang tidak supel. Dan dia berusaha menghindari itu. Sebab Ayahnya terkenal mudah bergaul dan selalu tampil dalam acara jetset semacam ini.

Akhirnya, Yoga menyiapkan semuanya, mulai dari kostumnya dan gaun Mieke. Warna emas sendiri, bukanlah warna favoritnya. Pada dasarnya, sekali pun dia seringkali menjadi sorotan, dia tidak suka segala sesuatu yang mencolok.

Yoga menyandarkan tubuhnya di pagar besi pembatas. "Hh ... sampai kapan kita harus ada di sini? Rasa-rasanya, lebih baik saya tiduran saja di rumah bersama Erika."

Alis Mieke naik sebelah. "Erika ... ?"

Yoga meneguk jus jeruk dingin di tangannya. Ini lagi yang tak disukainya dari standing party. Dia jadi terpaksa makan dan minum sambil berdiri. Padahal sunah Nabi yang utama adalah makan dan minum sambil duduk. Walau jika terpaksa, sambil berdiri pun tidak sampai derajat haram.

"Iya. Erika. Kucing saya," jawabnya dengan mata menerawang menatap orang-orang berseliweran.

"O-oh ... ," jawabnya dengan tegang. Dia kira Erika seorang wanita. Sempat syok disangkanya bosnya itu diam-diam sudah punya wanita simpanan tidak resmi. Ups ... maaf bos. Mana saya tahu deh. Makanya kalau ngomong itu yang lengkap dong!

"Pak Yoga? Ini ... Pak Yoga Pratama kan?"

Panggilan itu membuat keduanya menoleh ke arah kanan. Seorang pria muda tampan bertubuh jangkung, yang adalah seorang C.E.O perusahaan ekspor kayu. "Saya Alan. Kamu masih ingat? Kita pernah bertemu di Grand Ballroom White Rose Hotel. Saat itu kamu datang bersama Ayahmu. Dan saya bersama ayah saya."

Mata Yoga mengerling ke atas. Ah ... sepertinya dia ingat. Pria bernama Alan ini adalah salah satu yang menjadi buah bibir di antara para undangan pesta. Dia terkenal playboy dan seorang flamboyan parah.

"Ah ya ... tentu saja, saya ingat. Apa kabar, Alan?" dia menjabat tangannya.

"Kenalkan, Sekertaris pribadi saya, Mieke." Mieke menyalami pria itu.

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang