.
.
Deep inside we knew our love was true
.
.
***
Yoga dan Gito terlibat obrolan klub basket mereka. Membahas bagaimana nantinya mereka bisa tetap rutin latihan walaupun mereka sudah lulus dan terpencar ke tempat kuliah yang berbeda-beda.
Sementara Erika dan Sitta sedang sibuk membahas tampilan Erika yang 'wah' malam ini.
"Erika, gaunmu cantik banget deh. Beli di mana?" tanya Sitta penasaran maksimal.
"Oh ... gaun ini, Yoga membelinya di butik. Dia kasih liat aku gambarnya dari majalah. Aku disuruh pilih," jawab Erika rikuh.
"WOW!! Jadi kamu dibeliin??" ujar Sitta terkejut bercampur nada iri.
Melihat reaksi Sitta, Erika jadi menyesal menjawab seperti itu. Apa justru lebih baik kalau dia bohong saja dan bilang kalau ibunya yang membelikannya?
"Em ... iya," jawab Erika pelan.
Sitta melirik sinis ke Gito, sementara Gito masih sibuk mengobrol dengan Yoga.
"Aku gak dibeliin sama Gito. Boro-boro. Nanyain aja dia enggak. Kamu beruntung banget deh, punya pacar yang pengertian kayak Yoga. Mana kaya, terus ganteng banget, lagi!" puji Sitta setinggi langit.
Erika terdiam, tak menyangka Sitta akan bicara seperti itu tentang Gito, pacarnya sendiri. "Eh ... kurasa, tiap orang punya karakter beda-beda, Sitta. Masing-masing ada lebih dan kurangnya. Lagipula, ini cuma baju. Cuma kulit luar," kata Erika.
"IH!! Kulit luar juga penting, kali!" kilah Sitta tertawa kecil, sementara Erika tak bisa tersenyum. Dia tidak pernah suka membicarakan keburukan orang lain, walaupun dia hanya jadi pendengar. Tidak nyaman rasanya. Apalagi dia juga menganggap Gito adalah temannya yang baik. Gito benar-benar tulus peduli pada hubungannya dan Yoga.
Erika merasa 'terselamatkan' saat staf katering datang membawakan minuman pesanan mereka.
"Permisi. Dua es jeruk dan dua air mineral," kata sang pelayan.
Staf itu berdiri tepat di belakang Erika.
"Iya makasih, Mas," ucap Erika tersenyu.
Pria itu sedang mengangkat gelas berisi es jeruk, saat tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang tersandung kakinya dan jatuh menyenggol punggung staf katering itu.
Genggaman tangan pelayan itu renggang, dan gelas pun lepas, menjatuhkan air jeruk dingin ke paha Erika, merembes ke gaunnya. Erika refleks berdiri.
Yoga langsung menyadarinya dan menghampiri Erika.
"ERIKA!! KAMU GAK APA-APA, SAYANG??" teriak Yoga terkejut.
Staf katering itu terlihat pucat. "Maaf ... maaf, Mbak. Saya akan ambil lap," ucapnya.
"Aku gak apa-apa, Yoga. Aku berdiri karena kaget kena air dingin," kata Erika segera, tidak ingin membuat Yoga gusar.
Merasa tidak terima, tangan Yoga dengan cepat mengambil segelas air jeruk yang ada di atas nampan dan menyiram isi gelas ke kepala pelayan itu.
Semua orang terkejut bukan kepalang, tak menyangka Yoga akan melakukan itu.
Gito dengan cepat berdiri dan menahan lengan Yoga. "YOGA! TENANGLAH!!" ujar Gito.
Sitta terduduk melongo melihat reaksi marah Yoga.
Staf pelayan pria itu nampak menggigil karena dinginnya air yang membasahi wajahnya, seraya berusaha menyekanya dengan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritüelJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...