.
.
You've got the
Look of love, it's on your face.
.
***
Seorang staf hotel berpakaian jas biru dongker membukakan pintu belakang mobil. Yoga keluar lebih dulu, dan dia menggandeng tangan Erika, membantunya keluar dari mobil. Seorang staf hotel berkemeja putih membungkuk hormat saat mereka memasuki pintu kaca. Karpet berwarna merah terbentang dari sejak pintu masuk hingga ke dalam ruang ballroom.
Ada sekitar tiga orang fotografer mengambil foto mereka berdua. Suasananya mirip jalur karpet merah artis-artis Hollywood. Manusia-manusia ini ada-ada saja, pikir Erika. Mereka menciptakan suasana semacam ini untuk apa, ya? Supaya merasakan rasanya jadi orang terkenal dalam semalam? Aneh.
Di samping kiri mereka, ada anak laki-laki yang sedang diwawancara oleh seorang reporter dan disorot kamera.
Seorang reporter lainnya menghampiri kami.
"Selamat malam. Kalian mau diwawancara?" tanya pemuda itu.
Erika dan Yoga menjawab nyaris bersamaan, "enggak. Makasih."
"Kalau foto bareng, mau dong, ya?" tanya orang itu lagi.
Erika dan Yoga bertatapan. Yoga yang menjawab, "mau deh, kalo foto."
Yoga merangkul pundak Erika. Mereka tersenyum dan keduanya terkena cahaya blitz dari kamera.
Tak ada satupun di antara mereka berdua yang tahu, kalau foto itu adalah foto terakhir mereka bersama sebagai sepasang kekasih.
***
Ruangan ballroom itu sangat luas. Mungkin muat sekitar tujuh ratus orang. Interiornya terlihat modern dengan langit-langit kotak-kotak seperti waffle. Lampu rantai kristal menjuntai memenuhi lubang lingkaran di tiap kotak. Cahaya lampu rantai kristal nampak cantik seperti kerlip bintang-bintang kuning. Lampu dinding bercahaya kuning melengkapi suasana hangat dan akrab di ruangan itu. Saat ini ruangan terisi sekitar dua ratus-an orang. Meja-meja bundar dan kursi di sekelilingnya, semuanya dilapis kain putih. Dipercantik dengan rangkaian bunga di atas meja.
Gito berdiri dan melambaikan tangan sambil tersenyum, saat melihat Erika dan Yoga memasuki ruangan ballroom. Mereka berdua menghampiri meja Gito. Yoga dan Erika memang sudah janjian akan duduk se-meja dengan Gito dan pasangan prom-nya, Sitta. Gito baru saja jadian dengan Sitta dua bulan lalu.
Sitta ikut berdiri saat Erika dan Yoga mendekat. Mereka duduk setelah saling bersalaman. Meja itu cukup besar, sehingga jarak antar kursi agak jauh.
Yoga mencondongkan tubuhnya saat akan bicara pada Gito. "Udah lama di sini, To?"
"Belum kok. Baru sepuluh menit-an, lah," jawab Gito.
Suara mic terdengar diketuk dua kali. Ternyata sudah berdiri seorang MC laki-laki di atas panggung. MC itu mengenakan setelan tuksedo hitam.
"Selamat malam, temen-temen semua yang sudah hadir di sini. Selamat datang di acara prom night kita di ballroom Hotel K. Nama saya Ari yang akan jadi MC acara ini sampai acara selesai. Selesai acara sekitar jam berapa, ketua panitia?" tanyanya pada seseorang yang berdiri di dekat panggung.
"Till drop? Wauw till drop, katanya, gaes. Yah kalo gitu saya akan minum air putih yang banyak biar drop paling terakhir," ucapnya berusaha melucu, tapi ekspresi wajahnya datar. Jadi anak-anak justru tertawa karena ekspresi wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...