Bagian 168 (Bertahan)

941 142 42
                                    

.
.

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.

~ Qur'an Surat Luqman : 17

.
.

***

Dana menyambut kedatangan putra semata wayangnya yang dinilainya telah menjadi biang kerok dalam kericuhan akibat kebijakan kontroversial yang dibuatnya. Melihat Dana demikian jengkel, Yoga memberi isyarat tangan untuk menenangkannya.

"T-tenang Yah. Ingat, Ayah tidak boleh marah-marah. Nanti darah tingginya kumat," bujuknya dengan suara lembut, sementara kakinya menapaki satu per satu anak tangga.

"JUSTRU KARENA AYAH DARAH TINGGIAN, KAMU SEHARUSNYA TIDAK MEMANCING EMOSI AYAHMU, DASAR BOCAH GENDENG!!" Lelaki paruh baya itu mulai menyembur api naganya.

Yoga perlahan merangkul pundak Dana. "Sudah, sudah ... Ayo kita bicara di dalam, Yah. Ayah sudah makan belum?"

Dana menepis tangannya. "Jangan berusaha merayu Ayah!! Seandainya kamu makanan, mungkin sudah Ayah kunyah saking kesalnya!! Kenapa makin lama tingkahmu makin ajaib begini sih?? Ayah benar-benar tidak mengerti!!"

Yoga menghela napas. "Yah, Ayah harus percaya padaku. Aku ini anak Ayah satu-satunya. Aku tidak mungkin punya niat ingin menghancurkan hasil kerja keras Ayah selama puluhan tahun!"

"Iya, tapi KENAPA KAMU MENGEMBALIKAN DANA PARA INVESTOR KITA?? Mereka sudah menjadi rekan kerja kita sejak lama!! Ayah sungguh tidak tahu mau ditaruh di mana muka Ayah di hadapan mereka!"

Kedua matanya menatap lurus pada Ayahnya.
"Lupakan mereka, Yah. Mereka adalah bagian dari masa lalu Danadyaksa Corp. Mereka bukan partner yang baik untuk keberlangsungan perusahaan kita."

Dahi Dana mengernyit hebat. "APA MAKSUDMU?? Mereka sudah memberikan kita modal usaha demikian banyak!! Menurutmu perusahaan kita bisa jadi sebesar ini berkat siapa??"

"Ayah, yang sedang kulakukan sekarang adalah, membersihkan harta kita dari kotoran!! Sadarkah Ayah kalau selama ini bertahun-tahun harta kita bercampur dengan kotoran?? Perusahaan mereka JELAS terlibat dalam hal yang HARAM!! Aku sudah tak mau lagi kita makan apa pun dari mereka!! Kita, beserta seluruh staf Danadyaksa Corp., tidak akan lagi makan uang haram mereka! SUDAH CUKUP!!"

Dana masih tampak heran. Belum bisa mencerna alasan itu. "Yoga, INI BISNIS! Kita berhubungan dengan mereka hanya secara profesional saja. Mereka menanam modal, dan kita memutar uang mereka.Lalu semua pihak saling untung! Tak bisakah kamu melihatnya dengan sederhana?? Kenapa rumit sekali sampai harus membahas halal haram segala?? Ini perusahaan! Bukan masjid!"

Tep! Tangannya mencengkeram pundak Ayahnya. 
"AYAH!! Ayah adalah seorang muslim!! Sekalipun kita masih jauh dari muslim yang alim, tapi kita MUSLIM!! Tidakkah Ayah percaya pada apa yang agama Ayah katakan?? Bukankah kita mengaku orang beriman??"

Dana menatap mata anaknya yang nanar. Kesedihan terasa di sana. Kesedihan karena Ayahnya masih jauh dari apa yang dia percayai.

Mata Yoga mulai berkaca-kaca. Bastian memutuskan meninggalkan mereka berdua. Sebab atmosfirnya mulai terasa berat.

"Aku berjanji, dengan segala cara akan mengusahakan agar perusahaan kita bisa bertahan, dan nantinya insyaallah akan bangkit lagi. Tapi sementara ini, bertahan adalah lebih baik! Ketimbang kita tetap makan uang mereka, dan berpura-pura memasang wajah ramah di hadapan mereka layaknya seorang penjilat!!"

Ayahnya kehabisan kata. Dia hanya bisa melihat kesungguhan di mata Yoga. Entah sejak kapan, putranya ini berubah sedemikian drastis.

Yoga masih menatap Ayahnya dengan serius. "Aku berjanji, selama aku masih hidup, aku akan berjuang agar kita dan semua karyawan Danadyaksa Corp., bisa merasakan penghasilan yang BERSIH!"

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang