.
.
Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.
~ Hadits Riwayat Tirmidzi
.
.
***
Pesta masih berlangsung. Yoga yang mulai merasa jenuh, perlahan melipir ke pojok ruangan. Bersandar ke sebuah meja console putih. Tangannya menelusup ke dalam kantung jas. Tak terlihat dari luar, dia meraih tasbihnya dan mulai berzikir.
Laa ilaha illallah ... Laa ilaha illallah ... Laa ilaha illallah ...
Matanya berusaha dihindarkannya dari melihat aurat wanita. Satu-satunya cara adalah dengan menundukkan pandangan ke lantai.
Dia terus menundukkan kepala, hingga tak sadar akan kehebohan yang tengah terjadi di ballroom. Seorang wanita memasuki ruangan pesta. Kehadirannya membuat semua pasang mata memandang ke arahnya. Bagaimana tidak? Wanita itu mengenakan gamis panjang hitam, jilbab panjang hitam dan cadar hitam.
Mata Yoga melihat ujung rok hitam, berdiri persis di depannya. Dia berhenti berzikir dan perlahan mengangkat pandangan. Seorang wanita berpakaian serba hitam dan bercadar hitam, di sebuah pesta Danadyaksa Corp. yang serba putih. Nah, ini baru luar biasa, pikir Yoga.
Dia pun perlahan merubah posisinya menjadi lebih tegak. Mereka berdiri berhadapan. Yoga hanya bisa melihat sepasang matanya saja, yang dihiasi dengan riasan eyeliner hitam. Riasan mata khas Ratu Cleopatra. Dia memang tidak bisa melihat wajahnya, tapi Yoga merasa yakin, di balik cadar hitam itu, wajah wanita ini pasti cantik!
"Assalamualaikum," sapa wanita bercadar yang misterius itu sambil menyatukan tangannya di depan dada.
"Wa alaikum salam," Yoga menjawab salam itu dengan cara yang sama. Mendadak dia merasa senasib dengannya. Kemungkinan besar, mereka berdua adalah dua orang paling aneh di ruangan itu, karena cara bersalaman yang aneh menurut kebanyakan orang.
"Kamu masih ingat aku?" tanyanya. Membuat Yoga keheranan. Dia merasa yakin tak pernah mengenal seorang wanita bercadar pun dalam hidupnya.
Dia menggeleng. "Maaf aku tidak ingat. Siapa ya?"
Tiba-tiba dia cekikikan. "Masa' sama teman lama lupa sih? Ini aku lho. Aurel!"
Hening sesaat. Untungnya saat ini dia tidak sedang menggenggam gelas kaca. Jika iya, dijamin gelas itu sudah slip ke lantai dan pecah berhamburan. "S-siapa ... ? Maaf. Mungkin aku salah dengar."
"Kamu enggak budeg kan? AUREL! Yang dulu pernah ngelamar kamu terus ditolak itu lhoo!"
"HAHHH?? Hus! Jangan bicara begitu! Bagaimana kalau orang-orang mendengarmu??" pekiknya tertahan sambil menoleh ke kanan-kiri.
Dia tertawa kecil. "Ihi hi. Biar saja. Mereka sudah tahu. Aku padahal cuma cerita ke satu orang. Tapi tetap bocor ceritanya. Ya sudahlah aku memang lagi apes kali."
Yoga masih menatapnya dengan mata terbelalak. "A-apa yang terjadi? Kenapa ... bagaimana kamu bisa ... ?"
"He he ... ceritanya singkat saja sih. Kamu dulu pernah menyarankan aku untuk mendekat ke agama. Karena aku sungguh tak tahu harus diapakan hidupku yang hancur tak karuan saat itu, akhirnya kulakukan saranmu. Aku berkenalan dengan seorang pria baik di sebuah Majelis. Singkat cerita, kami saling menyukai. Tak lama kemudian dia mendatangi rumahku. Melamarku, dan sebentar lagi kami akan menikah di Kalimantan, insyaallah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...