.
.
Dia memang berbeda. Erika-ku.
.
.
***
Sebelas tahun lalu ...
Kantin ramai seperti biasanya di jam makan siang. Yoga duduk dengan tangan bersandar di sandaran kursi. Rambut panjangnya masih diikat karena dia baru selesai makan. Beberapa anak perempuan yang melintas tak ada yang absen melirik ke arahnya. Cara Yoga mengikat rambutnya selalu sama. Beberapa helai di bagian depannya agak berantakan dan seringkali nyaris keluar dari ikat rambutnya. Tapi justru perempuan-perempuan itu makin histeris karenanya. Mirip mushashi Jepang, katanya. Tapi berhubung Yoga ada keturunan Brazil, jadi mirip mushashi Brazil.
"Hey, Yoga!! Coba ke sini sebentar!"
Yoga menatap dengan angkuh ke arah anak lelaki yang memanggilnya. "Apaan sih?" sahutnya.
"Nih ada album foto pas acara bazar dua minggu lalu!"
Yang memanggil Yoga adalah Juki, salah satu teman sekelasnya yang sering membuat Yoga ilfil karena kegemarannya membahas bodi anak-anak perempuan yang seksi. Sebenarnya wajar karena mereka adalah anak laki-laki yang memasuki usia pubertas. Hanya saja kegemaran Juki memuja bodi perempuan, agak berlebihan menurut Yoga.
Yoga mengembuskan napas kasar. "Awas kalo gak penting!" ancamnya. Yoga berdiri dari kursinya dan menghampiri Juki yang duduk di meja sebelah.
Juki segera menggelar album foto yang dimaksud.
"Kamu tau gak idola rahasia sekolah kita?" tanya Juki.
"Idola? Maksudnya Lynn??" jawab Yoga.
"Ah! Lynn mah udah BASI! Semua orang juga tau, kali!" tukas Juki mengibaskan tangan.
Yoga mengerutkan dahi. Setau Yoga, yang paling cantik sesekolah mereka ya Lynn.
Jari telunjuk Juki diarahkan ke satu foto di sudut kiri halaman.
"NIH! Erika, anak kelas 2F!" ucap Juki semangat.
Yoga memperhatikan foto perempuan yang bernama Erika itu tak berkedip. "Iya. Lumayanlah. Cakep," komentar Yoga.
Juki terlihat tidak senang dengan komentar singkat Yoga.
"LUMAYAN? Erika tuh cantik BANGET, tau! Aku pernah lihat dia di kelasnya pas lagi lepas ikat rambut. Deuuhh! Keliatan cantikkkk manis bangeeet! Mana tahaan! Terus, aura seksinya keluar juga, men. Kalo diperhatiin, bodinya lumayan oke juga, lho!" kata Juki sambil membentuk siluet tubuh perempuan dengan kedua tangannya.
Juki terkejut saat mendadak Yoga menyentil dahinya.
"KENAPA SIH?? Dikasih liat referensi perempuan cantik, bukannya terima kasih malah sentil-sentil kepala orang!" omelnya.
"Kamu perlu cuci otakmu biar nggak terlalu kotor," kata Yoga dengan tatapan datar.
Juki hampir melanjutkan marahnya, ketika dia melihat Erika dari sudut matanya.
"NAH! Panjang umur! Itu Erika dateng! Belakangmu, Yoga!" tunjuk Juki girang.
Yoga menoleh. Erika sedang berjalan bersama dua temannya, celingukan mencari kursi kosong. Ya, tampang Erika memang lumayan cantik, pikir Yoga. Di tengah pencarian kursi, mata Erika bertemu dengan mata Yoga. Gengsi kepergok, Yoga dengan sengaja membuang mukanya ke arah lain dengan gaya angkuh default-nya. Erika sempat heran dan mengecek kiri-kanan-belakang. Barusan dia lihat ke mana sih? pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...