Bagian 134 (Suluk)

784 110 15
                                    

Bila engkau telah berdiri, tetapkan pandanganmu pada dzat-Ku semata.

Bila engkau telah berbaring, tetapkan pandanganmu pada sifat-Ku semata.

Bila engkau telah bangun, tetapkan pandanganmu pada asma-Ku (nama diri) semata.

Bila engkau telah duduk, tetapkan pandanganmu pada af'al-Ku semata.

Dan apabila engkau berada di keramaian, maka takutilah pada Dzat-Ku yang ada pada diri badanmu, agar kelak selamat,

dan punyalah rasa malu pada Dzat-Ku yang ada pada selain dirimu (manusia atau makhluk lain) agar kelak engkau sejahtera.
.
.

***
.
.
Hari ke-18 Suluk ...

"Apa kamu bilang? Kamu mau menyikat kamar mandi Syeikh?" Tanya Rizky dengan ekspresi terperanjat.

Sementara yang ditanya sedang fokus mencari sesuatu di dalam tasnya. "Iya. Ustad Umar bilang, Syeikh meneleponnya semalam. Meminta aku membersihkan kamar dan kamar mandinya," tangan Yoga mengeluarkan sebuah botol plastik dari dalam tas.

"Apa itu? ... Baking soda? Buat apa ya?" Tanya pria itu penasaran.

"Iya. Ustad bilang, khusus kamar mandi Syeikh, bersihinnya pakai ini."

Rizky masih menatap Yoga takjub.

Pria bertubuh tinggi itu mulai heran dengan cara temannya menatap. "Kenapa sih? Kok ngeliatnya gitu amat?"

Rizky tersenyum. "Enggak apa-apa. Cuma heran aja. Soalnya, biasanya yang bersihin ruangan Syeikh biasanya santrinya. Kalo kita-kita kan, cuma peserta Suluk. Ibaratnya, kita di sini seperti tamu yang cuma 'numpang lewat.'"

Yoga mengangkat bahu sekejap. "Enggak tau. Aku juga enggak ngerti kenapa harus aku yang bersihin. Kata Ustad Umar, Syeikh bilang tugas ini tidak boleh diwakilkan ke orang lain."

Rizky mengangguk. "Oh gitu? Kalau gitu, aku ke masjid duluan ya."

"Oke. Entar kalau sudah selesai bebersih di ruangan Syeikh, aku insyaallah nyusul ke sana," katanya sambil saling melambaikan tangan.

Di jalan menuju masjid, Rizky termenung. Sejak awal, Yoga memang diperlakukan berbeda dibanding peserta Suluk yang lain. Yang paling mencolok adalah saat Yoga dibimbing langsung oleh Ustad Umar, sendirian. Tidak berkelompok seperti peserta lainnya.

Tapi kali ini kejadiannya sungguh luar biasa. Yoga disuruh membersihkan ruangan Syeikh, alih-alih santri beliau? Mungkinkah itu berarti, posisi Yoga setara dengan santri?

Alis Rizky terangkat ke atas, bercampur antara rasa kagum dan iri. Iri dalam artian positif. Bukan iri yang membuatnya dengki pada temannya itu.

Dan ada lagi hal yang luar biasa. Yaitu Yoga sama sekali tidak protes dirinya disuruh menyikat kamar mandi!

Benaknya teringat kali pertama perjalanannya bersama tuan muda Yoga Pratama. Sama sekali tidak bisa disebut perjalanan yang menyenangkan. Saat itu, Yoga adalah orang paling sombong yang pernah dikenalnya.

Selama ini Rizky hanya berinteraksi dengan Yoga di Majelis 2 jam seminggu. Di luar Majelis, mereka tidak pernah jalan bareng. Jadi perkenalannya dengan karakter asli Yoga, adalah saat perjalanan mereka ke tempat Suluk. Rizky sempat syok saat tahu bahwa ternyata Yoga adalah seorang tuan muda yang gengsinya tinggi.

Tapi Yoga yang sekarang sangat berbeda. Luar biasa bagaimana dalam hitungan belasan hari di tempat Suluk, bisa merubah Yoga hingga seperti saat ini. Sepertinya peristiwa jatuh dari pohon juga memberi dampak besar pada perubahan karakternya.

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang