Bagian 68 (Kejutan)

1.2K 78 23
                                    

.

.

Ayo cepat bangun, sayang. Aku mau kasih kabar gembira buat kamu!

.

.

***

Suasana rumah sakit malam itu cukup ramai, karena rupanya baru saja terjadi kecelakaan beruntun tak jauh dari lokasi rumah sakit. Namun di sebuah koridor, suasananya agak lengang. Hanya ada satu atau dua dokter melintas, ditemani suster di belakangnya.

Mario sedang duduk di bangku panjang berwarna krem muda. Tangan kanannya direbahkan di atas sandaran kursi, dan lehernya tengadah, meregangkan otot-otot yang tegang setelah panik mengantar Erika ke rumah sakit ditemani Pak Supri. Tak lama kemudian, Mey menyusul. Dan sekarang, Mey sedang turun ke lobi. Sebentar lagi Farhan akan tiba di Rumah Sakit. Mey sudah menghubunginya setengah jam lalu.

"Pak Mario!"

Panggilan itu membuat Mario menegakkan kepalanya dan berdiri.

"Ya?" sahut Mario.

Seorang dokter muda menghampiri Mario sambil tersenyum ramah. Mereka bicara beberapa menit, lalu tak lama, Mario terperanjat.

"HAMIL???" pekik Mario spontan.

Dokter berkacamata itu mengangguk. "Benar, Pak. Ibu Erika hamil dua bulan."

Mata Mario terbuka lebar. Ternyata benar tebakan Pak Supri. Mario memang lemah untuk hal-hal kewanitaan semacam ini. Mungkin karena dia belum pernah menikah. Manalah dia tahu gejala kehamilan.

Dokter itu spontan menyalami Mario. "Saya ucapkan selamat, Pak," ucapnya.

Mario mendadak rikuh. "Eh. S-Saya bukan suaminya."

Dokter itu membetulkan posisi kacamatanya dengan tangan. "Oh?? Maaf. Anda bukan suaminya?" Dia berpikir begitu, karena melihat sendiri saat Mario datang dari pintu masuk rumah sakit sambil menggendong Erika dengan wajah panik. Biasanya itu ekspresi suami saat membawa istrinya yang sakit.

"SAYA SUAMINYA!!"

Suara lantang itu membuat Mario dan sang dokter menoleh bersamaan. Farhan datang berlari, dan di belakangnya, Mey sedang mengatur napas.

Mario mengamati wajah pria itu, yang ternyata adalah suami dari Erika. Kalut di air mukanya tidak menutupi ketampanannya. Tapi biar begitu, Mario tetap merasa dirinya lebih ganteng. Mutlak dan tak bisa ditawar-tawar. Titik.

Farhan berjalan cepat melewati Mario begitu saja dan langsung berhadapan dengan Dokter. "Istri saya di mana, Dok?"

"Oh. Anda suaminya? Silakan, Pak. Istri anda dirawat di ruangan ini," ajaknya dengan tangan terarah ke sebuah ruang perawatan sementara. Tadinya Erika akan dibawa ke UGD, tapi setelah melihat kondisinya tidak berbahaya, dia dipindahkan ke ruang perawatan sementara, karena UGD sedang penuh.

Farhan segera berjalan cepat ke ruangan yang dimaksud. Dokter itu mempercepat langkahnya, berusaha menyamai kecepatan Farhan.

Mario bertolak pinggang. Agak kesal karena seolah keberadaannya tidak penting.

Ngomong apa dulu, kek. Langsung cabut aja nemuin istrinya. Ck.

Dia terdiam melamun.

Sekiranya dia suami Erika, Mario juga mungkin akan seperti itu. Panik. Mana ada waktu untuk berbasa-basi?

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang