Bagian 86 (Suluk)

1.2K 101 31
                                    

.

.

APAAN SIH INI SEBENARNYA?? KENAPA KAMAR MANDIKU JADI SEPERTI RUANGAN PERSEMBAHAN ALIRAN SESAT BEGINI??

.

.

***

Usai Ashar berjamaah dan zikir bersama, orang-orang sibuk dengan zikir petang. Wirid rutin. Lalu mandi. Bersiap membersihkan diri menyambut waktu Maghrib, waktu berbuka puasa. Nampak para santri bergegas ke arah dapur. Tak lama, mereka membawakan singkong rebus dan teh hangat, disajikan di atas nampan untuk masing-masing kelompok.

Yoga sudah duduk melingkar bersama kelompoknya. Dan seperti biasa Rizky ada di sampingnya.

Seorang Ustaz muda maju ke depan dan mengumandangkan azan. Semua mengangkat kedua belah tangan, berdo'a sebelum berbuka puasa. Setelah azan usai, riuh suasana riang sambil menyantap hidangan. Rizky memperhatikan teman yang duduk di sampingnya, yang nampak bersemangat menyantap satu demi satu singkong rebus.

"Oh, sejak kapan Tuan Muda Yoga hobi makan singkong rebus?" tanya Rizky cekikikan.

Yoga nampak tak menghiraukan sindiran itu. "Aku lapar. Terserah mau apa kek menunya. Ubi kek. Singkong kek. Asal bisa dimakan."

Respon itu membuatnya tertawa. "Sayang sekali HP disita. Aku ingin sekali merekam video seorang Tuan Muda Danadyaksa melahap singkong rebus seolah sudah tiga hari belum makan. Kira-kira kalau ku-upload, bakal viral gak, ya? Ha ha!"

Ledekan itu hanya direspon Yoga dengan lirikan sinis, masih sambil mengunyah.

Setelah berbuka puasa dan salat Maghrib, semua sibuk memakmurkan waktu antara Maghrib dengan Isya. Salat sunnah awwabin enam raka'at dengan salam di tiap dua rak'aat, Ratib Al Haddad, Ratib Al Athos, dan meneruskan amalan zikir. Beberapa orang mengambil mushaf Al Qur'an di rak buku yang menempel di sisi samping dinding masjid, dan memulai tilawatil Qur'an dari surat pertama, Al Fatihah. Berharap dalam 20 hari minimal mereka bisa khatam Qur'an sekali.

Dengan cepat waktu Isya datang menghampiri. Setelah Isya, mereka melanjutkan amalan zikir masing-masing. Yoga kembali memasuki gazebo dan duduk di dalam tirai kelambu putih. Hawa mulai agak dingin dan udara berkabut. Yoga melemparkan pandangan ke sekelilingnya. Tak ada bangunan apapun di sekitar tempat Suluk. Hanya ada pepohonan dan semak di permukaan tanah lembah yang menurun. Bulan sabit muncul dari balik awan. Bintang berkerlipan di langit yang jernih. Kesemuanya seolah disapu lembut dengan kabut putih.

Yoga menahan napas. Sungguh pemandangan yang langka dia dapati dalam keseharian hidupnya. Dia memejamkan matanya. Mendengarkan suara jangkrik bersahutan dengan katak. Menjadi semacam irama yang paling pas melatari pemandangan yang luar biasa damai ini.

Andai saja dia bisa menikmati suasana ini dengan hati yang tenang. Tanpa harus diusik dengan urusan dunia.

Jam segini, Ayah pasti sudah sampai rumah. Apa yang sedang terjadi di rumah? Apa Bastian sudah memberitahunya tentang perpanjangan cutiku? Atau jangan-jangan Ayah sudah tahu sejak siang??

.

.

Sebuah mobil sedan mercy hitam mengkilap berhenti sempurna di depan pelataran teras drop off yang mewah dengan tiang putih bergaya klasik yang tinggi.

Seorang pelayan laki-laki berlari menghampiri mobil mewah itu dan membukakan pintu belakang. "Selamat datang, Tuan Besar," sapa pelayan itu membungkuk sopan saat Dana turun dari mobil dan menjejakkan kakinya di atas ... 

Karpet merah? batin Dana heran.

Dana menoleh ke staf yang berdiri tak jauh darinya. "Apa ini? Kenapa ada karpet merah di sini?"

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang