Bagian 144 (Suluk)

633 98 15
                                    

.

.

Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.

~ Hadits Riwayat Muslim

.

.

***

Kruuukk ... ! Suara di perutnya membuat zikirnya terhenti sesaat. Dia melanjutkannya lagi. "Laa ilaha illallah ... Laa ilaha illallah ... ."

Sabar, sabar. Ini masih pagi. Baru hari pertama pula!

Dia membatin miris. Semalam dia sudah memikirkannya. Dia pernah mendengar berita tentang orang-orang biasa yang tidak makan hingga berhari-hari. Mereka memang menjadi kurus, tapi mereka masih hidup.

Dalam sebuah kisah wali yang pernah diceritakan oleh Pimpinan Majelis zikir di Jakarta, orang-orang sholeh bahkan sanggup tidak makan 40 hari, bahkan ada yang hingga bulanan sampai setahun penuh!

Ya ... itu kan orang sholeh. Memangnya aku siapa?

Kruyuukk ... ! Dia membungkuk memegang perut. Menggigit bibir, dan membuka kelopak matanya yang terpejam.

Aku niat puasa hari ini karena Allah ta'ala. Tolong kuatkan aku ya Allah ...

Dia kembali melanjutkan zikirnya. "Laa ilaha illallah ... Laa ilaha illallah ... Laa ilaha illallah ... "

Puasa ... puasa! Di tempat Suluk juga biasanya puasa Senin Kamis kan? Kuat! Insyaallah kuat!

Mentari pagi mulai terbit. Pasar itu kini mulai terang. Lapak-lapak sudah mulai membuka dagangannya. Ibu-ibu rumah tangga berdatangan. Beberapa datang bersama anak mereka.

"Ayo belanja Bu! Dipilih ... dipilih! Masih segar-segar nih!"

"Berapaan yang ini?"

"Delapan ribu, Bu."

"Yah mahal banget! Barusan dari sana harganya 7 ribu."

"Ya boleh deh 7 ribu."

"Enam ribu ya? Saya beli dua deh."

Beragam orang ada di sana. Bahkan Bapak-bapak juga ada yang belanja. Dua orang pengemis bersiap duduk memulai profesinya. Mereka berusia paruh baya, mengenakan pakaian yang ditambal-tambal, dan sebuah topi anyaman yang sobek-sobek. Sebelum mulai meminta-minta, tadi mereka sempat mengamati keberadaan Yoga yang sedang duduk di bawah pohon.

"Lihat tuh. Ada orang baru. Orang gila."

"Saya berani taruhan dia enggak benar-benar gila. Itu pasti cuma modus untuk cari duit di sini!"

"Iya. Rese. Bikin nambah saingan aja tuh orang. Lagian masih muda gitu sudah minta-minta. Enggak malu apa ya?"

Tangan Yoga mengepal menahan amarah yang nyaris memuncak. Urat di dahinya menonjol keluar.

MEMANGNYA YANG MAU BEGINI SIAPA?? SIAPAA?? LAGIAN KALIAN SENDIRI NGAPAIN DI SINI?? ENGGAK MALU MINTA-MINTA??

Dia berusaha mengatur napas. Setelah susah payah menahan kesal, akhirnya amarah itu reda. Tangannya kembali melanjutkan putaran tasbih yang disembunyikan di dalam kantung baju.

Alhamdulillah ... Suluk sebulan lebih ada efeknya.

Terharu rasanya. Jika saja hal ini terjadi dahulu saat dia baru tiba di bandara Padang, dua orang itu mungkin sudah dibuatnya menggigit sandal jepitnya sendiri.

Seorang Ibu melintas tak jauh darinya bersama seorang anak laki-laki yang kelihatannya usia anak SD.

"Lihat tuh. Kalau kamu malas belajar dan ngaji, nanti kamu bisa jadi kayak Om itu," ujar sang Ibu sambil menunjuk ke arahnya.

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang