.
.
Aku menyadarinya. Hubungan ini tidak normal.
Tapi apa yang harus kulakukan? Sungguh aku tidak tahu.
.
.
***
Hari ulang tahun Yoga ...
Jam pulang sekolah. Aku membantu Yoga membawakan dua plastik besar berisi kado ulang tahun dengan beragam warna bungkusnya. Aku tidak percaya ini. Aku tahu dia populer, tapi please, deh. Masa' anak perempuan yang kasih dia kado sebanyak ini??
Yoga tadi siang mentraktir teman-temannya dua kali. Sekali untuk anak-anak sekelasnya. Dan sekali untuk teman-temannya yang biasa nongkrong dengannya di kantin. Tadi siang beberapa staf restoran steak dan salad yang terkenal, datang ke sekolah, diiringi tatapan kagum anak-anak di koridor.
Mereka berbisik.
"Wow. Siapa yang pesen makanan mewah itu ya??"
"Itu lho. Yoga anak IPA 10. Dia ulang tahun hari ini."
"Waahh ... aku mau jadi temen sekelasnya!"
Yang kasih dia kado bukan cuma teman sekelasnya, tapi anak kelas lain juga. Bahkan tadi kudengar ada anak dari sekolah lain, menitipkan kado lewat pak satpam. Buat Yoga - IPA 10 katanya. Diselipkan pesan ucapan selamat yang sudah sempat kubaca tadi. Di akhir ucapannya ada gambar kecupan bibir. Hiiihhhh NYEBELIN BANGET!!! Apa mereka tidak tahu kalau aku pacarnya??
Yoga memperhatikan wajah kesalku.
"Sayang, biar aku aja yang bawa," kata Yoga.
Aku segera merubah ekspresi wajahku. Khawatir kalau dia berpikir aku tidak ikhlas membawakan barangnya.
"Oh enggak. Biar aku aja. Ini gak berat, kok," kataku.
Kami sudah memasukkan kado-kado itu ke dalam mobil. Aku duduk di kursi depan sambil menghela napas.
Yoga sedang bersiap menyalakan mesin mobil.
"Kita ke tempat lesmu?" tanya Yoga.
"Enggak. Hari ini libur," jawabku.
Yoga menoleh padaku.
"Eh?" seru Yoga kaget. Karena biasanya jadwal lesku hanya libur di tanggal merah. Dan hari ini bukan hari libur nasional.
"Aku meliburkan diri. Hari ini 'kan hari spesial," kataku tersenyum penuh arti padanya.
Yoga terlihat senang seperti anak kecil. "Oh ya?? Asiikk. Nanti kita makan malam di luar, ya??" rengeknya.
"Iya. Aku udah izin sama Ibu," ucapku.
"Trus sekarang kita ke mana dulu, ya?" tanya Yoga.
"Kita ke rumahku dulu, yuk. Aku 'kan juga mau kasih kado buat kamu," kataku tersenyum lebar.
"Aku jadi gak enak. Kamu gak perlu repot-repot, Erika. Cuma karena anak-anak itu kasih aku kado, bukan berarti kamu juga harus kasih. Aku gak dikasih kado dari kamu juga gak apa-apa kok. Maksudku, ada kamu di sampingku juga aku sudah senang," ucap Yoga malu-malu.
Aku memperhatikan gerak-gerik Yoga yang menggemaskan. Ingin kucubit rasanya.
"Enggak, kok. Aku emang mau kasih kado buat kamu. Yuk, berangkat," kataku bersemangat.
***
Aku meletakkan benda itu dengan hati-hati di atas meja teras rumahku. Sengaja kubawa ke teras, karena khawatir akan mengotori meja ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpirituálníJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...