Bagian 33 (Reuni)

1.3K 77 2
                                    

.

.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur.

Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.

Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

(QS. 57:20)

.

.

***

Erika sudah duduk kembali di samping Ratih. Ratih memperhatikan pipi Erika yang merona.

"Ada apa, Erika?" tanya Ratih penasaran.

Erika menggeleng. "Gak ada apa-apa," kata Erika seraya merapikan anak rambut di dekat telinganya dan mengatur napas.

Oh ... aku benar-benar 'kacau'. Apa yang barusan terjadi? batin Erika dengan debaran jantung yang bertalu, efek pasca bercakap-cakap dengan mantan, hanya dalam durasi sekian menit saja, padahal.

Yoga yang duduk di ujung depan, berdiri sesaat dari kursinya.

"Ayo semuanya, jangan malu-malu. Silakan dimakan hidangannya," kata Yoga dengan senyum ramah.

Semua bersorak gembira seolah usia mereka tak bertambah selama sepuluh tahun. Terdengar celetukan di sana-sini. "Makasih, Yoga. Sering-sering ya, nraktir kayak gini," dan celetukan sejenisnya.

Saat mereka sibuk mengunyah, suara-suara mulai teredam. Tiba-tiba seseorang bertanya pada Lynn.

"Lynn, anakmu umur berapa?" tanya seorang pria di seberang meja Lynn.

Yang ditanya membetulkan posisi duduk putrinya yang sedang dia pangku.

"Lyra umur tiga tahun. Anakmu udah dua ya, Jul?" jawab Lynn sambil bertanya balik.

"Iya. Istriku baru melahirkan dua bulan lalu."

Tanya jawab membahas siapa yang baru punya bayi, kemudian merembet ke beberapa orang yang lainnya di ruangan itu.

Erika sedang makan sambil menatap piringnya, saat tiba-tiba suara Lynn terdengar memanggil namanya.

"Erika, kalau kamu? Anakmu ada berapa??"

Suara Lynn terdengar keras, dan membuat semua mata sekarang tertuju ke arah Erika.

Erika berhenti makan. Dia buru-buru menelan sisa makanan di rongga mulutnya dan menengadahkan wajah.

"Emm ... aku belum punya anak," jawab Erika tersenyum kaku ke arah Lynn.

Lynn mengelus kepala putrinya sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Oh ya? Bukannya udah lima tahun ya nikahnya? Kasihan banget. Kok bisa belum punya?" tanya Lynn lagi.

"Lagian, rumah kalo gak ada anak 'kan sepi. Apa gak bosen, tuh? Kamu gak khawatir suamimu bosen sama kamu?" imbuh Lynn tanpa sungkan.

Mata Erika melotot. Tiga bilah 'pisau' terasa seperti dilempar bersamaan. 'Kasihan' (pakai 'banget'), 'kok bisa belum punya?', dan 'suami bosan sama kamu'.

"Biasa aja kali, Lynn. Ada yang hamilnya cepet, ada yang belum dikasih. Itu 'kan hal yang biasa. Gak usah lebay lah," tukas Ratih sewot

Semua orang kembali menatap ke arah Erika. Sebagian menatapnya dengan tatapan kasihan.

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang