Bagian 4 (Catatan Erika)

2.2K 102 1
                                    

.

.

Jadi Yoga, waktu malam itu kamu bilang, "Thanks Erika. Kamu gak akan menyesal!"

Kamu benar, Yoga. Aku tidak menyesal.

.

.

***

Ketika aku memasuki ruang kelas, di mejaku bukan cuma ada Ratih, tapi rupanya sudah ada Esti. Mereka sedang tertawa cekikikan. Ratih menoleh padaku.

"NAH!!! INI DIA!! ERIKA DESTRIANA PUTRI! Cepat kemari!" kata Ratih dengan suara nyaring.

Aku menghela nafas. Sudah tahu akan disidang oleh mereka berdua.

Aku duduk di samping Esti. "Lho? Anak IPS ngapain ya ada di sini?" tanyaku pada Esti.

Esti tertawa pelan sambil menutup bibirnya. "Hi hi. Biasalah, Ka. Gosip itu cepat sekali merambatnya. Ratih barusan SMS aku. Kebetulan di kelasku juga gurunya lagi gak masuk, jadi aku langsung ke sini, dong. 'Kan perlu klarifikasi. Masa' gosip ditelan mentah-mentah."

Ratih berwajah serius. "Erika! Jelasin SEKARANG JUGA! Apa yang sebenarnya terjadi? Ini pasti ada hubungannya dengan kejadian kemarin, 'kan? Pas kamu gak langsung berangkat ke tempat les? Iya, 'kan?"

"Hhh ... oke oke," sahutku. Akhirnya aku menceritakan kronologisnya pada mereka berdua, setelah sebelumnya aku minta mereka tidak cerita pada siapa pun soal Yoga 'nembak' aku dan aku menolaknya.

Ratih menepuk kedua pipinya. "ASTAGAAAA ERIKAAA!!! Ini YOGA, lho yang kita bahas. Udah lah, Erika! Terima aja dia!!"

"Enggak mau, ah. Itu 'kan aneh. Masa' jadian dulu, baru suka sama orangnya. Aneh banget, 'kan?" tolakku.

Ratih menggeleng. "Enggak, say. Itu gak aneh. Karena ini Yoga. Kamu pikir, kalo kamu gak punya status apa pun dengannya, dia bisa dekatin kamu? NO WAY, babe! Anak-anak perempuan fansnya Yoga yang selalu 'ngintilin' dia kemana-mana, bakal nyingkirin kamu. Sementara kalo kamu pacarnya, mereka bakal segan sama kalian!" jelas Ratih bagai analis percintaan.

Aku dan Esti berbarengan menatap Ratih dengan takjub. "Tih, kamu tuh sebenernya jubirnya Yoga ya?" tanyaku. Kami tertawa.

"Yah ... aku cuma berusaha bayangin posisinya Yoga aja, sih," ujar Ratih jumawa.

Jari Esti mengelus dagu. "Gimana kalo gini aja, Ka? Kamu bilang ke dia, gimana kalo kita temenan dulu aja. Biar saling kenal dulu. Ntar kalo cocok, baru deh kalian jadian," usul Esti.

Ratih mendelik ke Esti. "Ti, aku 'kan udah bilang. It's not gonna work. Anak-anak itu, fansnya Yoga yang gila itu gak akan diem aja."

Esti mengangkat bahunya. "Ya abis gimana dong? Erikanya gak nyaman kalo tau-tau jadian, 'kan?"

"Udah guys. Enggak usah dibahas lagi. Masalahnya udah beres, kok. Aku udah dengan tegas jawab pernyataan dia, oke? CASE CLOSED!" kataku mengetuk meja dengan ujung penggaris sebanyak tiga kali, macam hakim di pengadilan.

***

Seharian ini panas luar biasa. Mandi sore menjadi wajib hukumnya. Judulnya 'mandi sore', tapi sebenarnya setiap pulang dari tempat les, hari sudah malam. Beginilah nasib anak sekolah rajin zaman sekarang.

Selesai mandi, aku mengeringkan rambut dengan pengering rambut, dan sama sekali tidak mendengar bunyi nada getar ponselku.

Aku baru menyadarinya setelah setengah jam kemudian. Tujuh pesan dan dua puluh satu panggilan tak terangkat??

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang