.
.
Sibukkanlah aku dengan keindahan-Mu dan jadikanlah aku termasuk mereka yang disucikan.
.
.
***
.
.
Hari ke-24 Suluk ...
Sejak pikirannya sempat melantur, Yoga memutuskan untuk berzikir di gazebo saja ketimbang di masjid.
Pria itu menghela napas saat duduk bersila di gazebo. Dia sengaja mengambil jeda beberapa menit. Setiap kali berganti tempat atau aktivitas, perlu waktu untuk menenangkan diri sebelum melanjutkan amalan zikir. Khusyuk tidaklah mudah. Dan nur (cahaya) bukanlah sesuatu yang bisa dibeli dengan uang.
Yoga mengatur tarikan dan hembusan napas dengan mata terpejam.
Dalam diam, manusia cenderung bisa melihat refleksi dirinya. Sesuatu yang semestinya menjadi fokus pekerjaan setiap muslim. Mengoreksi diri, alih-alih sibuk dengan urusan orang lain. Sibuk dengan berita politik yang tak jelas kebenarannya. Sibuk dengan berita gosip artis yang tak ada habisnya dikorek wartawan. Membakar tali waktu masa kehidupan kita sendiri, dengan hal-hal tanpa faedah. Membekukan hati.
Ia mulai memasuki kondisi tenang. Barulah dirinya sadar penuh akan kebodohannya barusan. Mengorek-ngorek luka lama dan memancing-mancing emosi diri, hanyalah perbuatan orang bodoh. Mengotori hati sendiri. Padahal tujuannya berada di tempat ini adalah untuk membersihkan hati. Malah dia sendiri yang melumuri hatinya dengan lumpur dunia.
Astaghfirullah ...
Kedua tangannya terangkat setinggi dada. Berdo'a dengan khusyuk.
Allahumma a 'innii 'alaa dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik *
* Ya Allah, tolonglah aku untuk berzikir kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu dan beribadah dengan sebaik-baiknya kepada-Mu.
Laa hawla wa laa quwwata illaa billah.
Do'a itu ditutupnya dengan mengusap wajah. Khusyuk dan tenang, semua adalah pemberian Allah. Maka sepatutnya dia meminta hanya kepada-Nya.
Jemarinya mulai memutar tasbih. Membuka amalan zikirnya dengan tahlil.
Satu jam berlalu ...
"Aww ... ," Yoga meluruskan kakinya yang seperti biasa mengalami kesemutan hebat. Belakangan dia lebih mudah tenggelam dalam zikirnya, hingga tak terpikir untuk mengubah posisi duduk. Sehingga yang menjadi penanda lamanya durasi zikirnya adalah kaki kesemutan. Yoga meregangkan kakinya ke depan. Tangannya memijat-mijat tumit. Menunggu kesemutannya reda.
Duk! Suara sesuatu naik ke lantai kayu gazebo, membuatnya menoleh ke belakang.
"Miaw!" Seekor kucing hitam datang entah dari mana.
Yoga memicingkan matanya. Tangannya dikibas-kibas pertanda mengusir hewan itu. "Hus ... hus ... pergi sana! Jangan dekat-dekat."
Kucing itu malah mendekat ke arahnya dan mengusap-usapkan kepalanya ke lengannya. Dia refleks jijik. "Hiih ... sana pergi! Ganggu aja!"
"Ada apa Pak?"
Wajahnya menoleh ke arah suara di samping gazebo. Mahzar sedang berdiri sambil memegang baki yang di atasnya ada beberapa potong singkong.
"Kucing ini enggak tahu datang dari mana. Tiba-tiba dia naik ke sini. Kuusir tapi enggak mau pergi juga."
"Ooh ... hai pus! Sini, sini. Jangan ganggu orang yang lagi zikir."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...