.
.
Di ujung waktu, hanya Tuhan yang ada dalam benaknya.
Hanya urusan antara dia dan Penciptanya. Yang lainnya, tak lagi penting.
.
.
***
Seolah waktu berjalan sangat lambat. Gesekan ranting-ranting yang berpatahan tertimpa tubuh Yoga, melecetkan kulit Yoga hingga berdarah. Namun pikiran Yoga tak lagi tertuju pada rasa sakit akibat luka di sekujur tubuhnya.
Basah menggenang di mata Yoga. Belum pernah didengarnya ada manusia yang selamat setelah jatuh bebas dari ketinggian bangunan 5 lantai. Bayangan mengerikan tulang yang remuk dan anggota tubuh yang tak lagi utuh, membuat Yoga bergidik ngeri. Benarkah dia akan mati dengan cara ini?
Siapa yang akan menangisi kepergiannya?
Sekilas muncul bayangan ayahnya. Sekalipun Dana keras padanya, dia tahu ayahnya sebenarnya sangat sayang padanya. Lalu Bastian, sudah menganggapnya seperti anak atau cucunya sendiri. Sahabatnya Gito juga pasti akan bersedih. Rizky yang saat ini suara teriakan putus asanya terdengar di telinga Yoga, juga pastinya akan bersedih. Sementara Ibunya Claire? Memberi kabar pun ia tak pernah. Mungkin Claire bahkan tak perduli anaknya hidup atau sudah mati. Menyedihkan memang. Tapi selama hidupnya, Yoga terus berlatih membiasakan diri dengan kenyataan itu.
Lalu ... Erika? Bagaimana dengannya? Akankah Erika meneteskan air mata menangisi kematiannya?
Air mata Yoga melesat terbang bersama angin.
Erika dan Yoga telah terpisah begitu lama, tapi Yoga selalu punya perasaan aneh seolah ada tali tak terlihat masih menyambungkan mereka berdua. Mungkin itu hanya halusinasinya saja.
Erika ...
Kepingan memori tercecer bagai serpihan kaca pecah berantakan di ingatannya. Inikah yang terjadi saat seseorang mendekati ajalnya?
Punggung Yoga menghantam cabang batang pohon yang melintang, membuatnya berteriak.
Belum pernah selama hidupnya dia merasakan rasa sakit seperti yang baru dirasakannya. Apa tulangnya patah? Dia tidak tahu. Tapi benturan barusan membuatnya semakin takut akan hantaman tubuhnya nanti saat mencapai permukaan tanah. Darah muncul dari tepi bibirnya. Luka dalam akibat hantaman di punggungnya tadi."YO-YOGAAAAAA!!!" jerit Rizky ketakutan seraya menutup mulut. Dia berderai air mata, seolah merasakan sakit yang dirasa Yoga. Penyesalan muncul dalam dirinya. Seharusnya dia melarang Yoga melaksanakan ide gila ini. Sejak awal ini sama sekali bukan ide bagus.
Tangan Yoga terangkat ke atas, menghadap cahaya matahari di balik sela dedaunan. Seolah ingin meraih sesuatu. Apa saja! Apa saja yang bisa menyelamatkannya!
Erikaaa!!! Aku ingin bertemu denganmu!!
Yoga selalu merasa memiliki urusan yang belum tuntas dengannya.
Tuhan ... tolong beri aku waktu!
Bersamaan dengan permohonan tulus itu, wajah Erika muncul di atasnya. Seperti antara nyata dan tidak.
Dengan wajah penuh kecemasan, Erika berteriak padanya.
"YOGAA!! Pegang tanganku!!!"Mata Yoga terbelalak. Erika nampak begitu nyata di hadapannya.
Apa ini nyata??Yoga mengulurkan tangannya. Tangan mereka bertemu, tapi sayangnya dia tak dapat menggenggam tangan Erika yang transparan.
Dia terus jatuh. Semakin dekat ke bawah. Sementara Erika sedang berlinangan air mata. Merasa gagal menyelamatkannya.
"YOGAAA!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...