.
.
"Jangan tertawa. Aku bisa jadi ganas kalau cemburu."
.
.
***
Erika menyentuh keningnya dengan mata terpejam. Farhan yang sedang duduk di depannya, menatap istrinya dengan kekhawatiran.
"Sayang, kamu sakit?" tanya Farhan.
Menyadari Farhan memperhatikan gerak-geriknya barusan, Erika segera memasang mimik ceria.
"Ng-nggak kok, sayang. Cuman gak enak badan dikit aja. Mungkin masuk angin," jawab Erika.
"Apa izin aja dari kantor? Biar kamu bisa istirahat hari ini," kata Farhan.
Erika menggelengkan kepala.
"Oh ... sepertinya itu bukan ide bagus. Ada laporan tahunan yang harus selesai besok. Seisi kantor lagi hectic. Aku gak enak kalau izin pas lagi sibuk kayak sekarang.""Oh ... gitu?" Wajah Farhan menyiratkan ketidaksukaannya.
Erika tahu kalau suaminya itu tidak pernah senang dengan ritme kerja di kantornya. Farhan pernah satu kali menyarankan Erika untuk pindah tempat kerja, tapi Erika menolak dengan alasan sudah merasa nyaman dengan teman-teman kantornya. Alasan yang lebih lengkapnya adalah, dia merasa malas kalau harus memulai karir lagi di tempat baru, dan harus mengulang proses penyesuaian diri dengan orang-orang baru.
Erika buru-buru menuntaskan sarapan telur omeletnya. Dia harus segera berangkat. Semakin siang, kemungkinan macet bisa semakin parah.
Saat Erika berdiri dari kursi, Farhan segera menumpuk piring kotor. "Kamu berangkat aja sayang. Cucian piring biar aku yang urus," ucap Farhan.
"Eh? Jangan, sayang! Biar aku aja yang beresin nanti setelah pulang kantor," kata Erika sebelum menepuk keningnya.
"Aduh. Aku lupa kalau hari ini kayaknya aku bakal lembur," kata Erika lesu.Farhan mengerutkan alis. "Hah? Kamu lembur lagi? Bukannya semalem udah lembur?"
"Iya. Maaf ya, sayang. Soalnya, belum selesai laporannya."
Suaminya menghela napas. "Yah. Mau gimana lagi? Kamunya ngeyel sih. Betah banget kerja di kantor favoritmu itu."
Sindiran itu membuat Erika merajuk. Dia menarik ujung kaus polo putih suaminya. "Iih ... sayang. Kamu kok gitu sih?"
Farhan memperhatikan wajah Erika yang semakin cantik dengan pulasan bedak, blush on merona dan lip tint berwarna pink. Ia menyentuh pipi istrinya.
Erika memberi tatap penuh arti. "Kenapa?" tanya Erika.
"Enggak. Aku cuman kesel aja," sahut Farhan.
"Kesel?"
"Kesel kenapa wajahmu yang cantik ini bisa bebas diliatin sama temen-temen kantormu yang laki-laki."
Erika tertawa. "Ya ampun. Bapak Farhan Akhtar cemburu, nih?"
Tawa Erika malah menambah kesalnya. Dalam sekejap mata, Farhan mendaratkan ciuman ke bibir istrinya. Mata Erika terbelalak.
Farhan memberi jarak, tapi matanya masih menatap tajam. "Jangan tertawa. Aku bisa jadi ganas kalau cemburu."
Sebaris kalimat itu membuat wajah Erika terasa panas. "Memangnya, kamu pernah cemburu? Cemburu sama siapa?"
Ujung jari tangan Farhan menyentuh bibir istrinya. "Cemburu sama siapa?" gumam Farhan. Terbayang wajah pria itu di kepalanya. Yoga Pratama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
EspiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...