Bagian 193 (Mengharapkan Keajaiban)

824 143 17
                                    

.

.

Sesungguhnya mukjizat-mukjizat (keajaiban) itu hanya berada di sisi Allah.

~ Q.S Al An'am 109

.

.

***

Sebulan kemudian ...

Tes! tes! Pagi itu, titik demi titik tetes air jatuh dari langit. Membasahi kaca mobil sedan yang melaju di jalan raya.

Yunan mendekatkan wajahnya ke permukaan kaca. Jari jemarinya seolah ingin menyentuh tetes air hujan yang menempel di sisi luar kaca mobil.

"Wah hujan. Sudah musimnya. Sebentar lagi akhir tahun soalnya," Farhan berkomentar sambil menoleh sesaat ke arahnya, sebelum kembali fokus ke lalu lintas di depan.

Anak remaja itu tersenyum. "Iya Yah."

Setelah respon yang singkat itu, ia kembali melempar pandangan ke jalanan.

Sebulan lagi Ramadhan akan datang. Lalu ... Idul Fitri.

Farhan tersenyum penuh arti. "Mukamu kelihatan lebih cerah. Ada apa Yunan? Apa karena sebentar lagi Lebaran?"

Seperti biasanya, setiap digoda, Yunan akan membuang pandangannya ke arah lain. "E-Enggak kok Yah! Mukaku biasa saja," jawabnya dengan rona malu di wajah.

"Ha ha ha! Yunan ... Yunan. Nanti kalau mau Ayah antar ke rumah lamamu, bilang saja ya. Atau ... kamu mau datang sendiri saja ke sana?" tanya Farhan dengan tatapan menyelidik.

Bayangan akan dirinya mengobrol berdua saja dengan Arisa tanpa ada orang dewasa yang mengawasi, membuat mukanya semakin merah padam. "Jangan! A-aku ... aku diantar Ayah saja!"

Ayah angkatnya sedang cekikikan. Geli melihat ekspresi malu-malu Yunan. "Iya nanti Ayah antar insyaallah."

Suara air yang jatuh dari langit seolah memerangkap ruang sempit di dalam mobil. Hujan semakin deras. Yunan kembali memandang ke luar kaca. Wajahnya tengadah menatap langit.

Tuhan, aku rindu padanya. Apa yang sedang dia lakukan saat ini? Adakah dia merindukanku juga?

Kerinduan itu bercampur dengan kegelisahan. Matanya tertunduk.

Tidak. Aku percaya padanya. Aku percaya.

Pikiran di benaknya itu sebenarnya hanya usaha untuk menenangkan diri. Padahal, dari ayah angkatnya dia tahu, bahwa tak ada cinta manusia yang sempurna. Sebab pada dasarnya manusia diciptakan dalam keadaan penuh kelemahan.

Erika yang sudah menikah dengan Farhan nyaris 10 tahun, ternyata masih menyimpan perasaan pada pria lain. Padahal Ibu angkatnya itu mencintai Farhan. Itu menandakan, seorang wanita bisa mencintai dua pria berbeda di waktu bersamaan. Tak dipungkirinya, kenyataan itu membuatnya sedikit banyak, kuatir.

Tangannya menyusuri rambut hingga poninya terangkat sebagian. Dia menghela napas dengan berat. Ini sungguh memalukan, pikirnya. Bagaimana mungkin seorang murid pencari ilmu agama, membuang waktunya mengkuatirkan hal semacam ini?

Dan bagaimana mungkin dia cemas, padahal dirinya paham dan sadar betul bahwa segalanya telah diatur oleh sebaik-baiknya Pengatur?

Napasnya kembali dihembuskan.

Astaghfirullahal'azhiim ...

Dia segera mengisi pikiran dan memusatkan hatinya pada istighfar. Sesekali bayangan akan Syeikh muncul di ingatannya. Dalam seminggu, jika sedang beruntung, Syeikh mengisi mimpinya dua kali. Tapi kadang hanya sekali. Dan biasanya kejadiannya berlangsung saat dia menginap di rumah, bukan di asrama. Dia bersyukur karenanya. Sebab jika terjadi di asrama, teman-teman sekamarnya bisa geger mencium aroma kayu gaharu yang luar biasa wangi memenuhi kamar.

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang