.
.
Setelah semua do'a, semua tasbih, semua istigfar, semua kalimat tauhid yang kuhitung jumlah bilangannya dengan menggerakkan jari-jari ini.
Setelah semuanya itu, bagaimana mungkin??
.
.
***
Hari ini adalah hari bersejarah bagi keluarga kecil mereka. Erika, Farhan dan Yunan. Mereka berkumpul di sebuah ruang rawat Rumah Sakit Bersalin. Baru saja orang tua Erika, orang tua Farhan dan adik Farhan pamit pulang. Kado-kado kelahiran yang dibungkus dengan kertas kado bermotif anak bayi, dan motif hewan-hewan lucu, ditumpuk di atas meja kecil di samping tempat tidur.
Teman-teman kantor Erika dan teman kantor Farhan kabarnya akan datang menjenguk sore ini. Jadi mereka masih punya family time berempat saja. Anggota keluarga baru mereka adalah seorang bayi perempuan mungil yang sudah diberi nama Raesha Akhtar.
"Yunan, kamu mau coba gendong Raesha?" tanya Erika.
Yunan terperanjat. Dia? Menggendong bayi? "A-ah ... aku agak takut. Aku belum pernah --," jawabnya gugup.
Farhan menepuk punggungnya. "Ayo, Yunan. Gak apa-apa. Nanti Ayah ajarkan cara gendongnya."
Cara Farhan membujuknya, seolah meyakinkan Yunan kalau menggendong bayi sama sekali tidak sulit.
"Baiklah. Aku coba," kata Yunan berdiri dari kursi dan mendekat ke Erika yang sedang rebahan di atas kasur, dengan sandaran bantal bertumpuk. Raesha baru saja minum ASI yang cukup, hingga saat ini bayi mungil itu sedang tidur-tiduran. Walau tidak benar-benar tidur, karena sesekali mata sipitnya terbuka.
Farhan memberi instruksi cara menggendong Raesha. "Tanganmu yang ini, taruh di bawah bagian kepala, leher sampai punggung atas. Terus tanganmu yang satu lagi, untuk menopang bagian bawahnya."
Yunan mengangguk patuh. Dia mengangkat Raesha dengan sangat hati-hati. Akhirnya Raesha sudah sepenuhnya di dalam timangan Yunan. Raesha seolah tahu dirinya baru saja berpindah rangkulan. Perlahan kelopak matanya melebar. Yunan mengamati mata sipitnya, mata yang jelas diwariskan dari Farhan. Sementara hidung mungil dan bibir tipisnya berasal dari Erika. Sepasang mata bening Raesha sudah terbuka sempurna. Yunan tiba-tiba khawatir kalau-kalau Raesha tidak suka lepas dari Ibunya. Tapi alih-alih menangis, Raesha malah senyum bercampur tawa saat melihat wajah remaja tanggung yang tengah menggendongnya. Perlahan bibir Yunan melengkungkan senyuman. "Ih! Dia lucu, Yah!"
Yunan begitu fokus pada Raesha hingga tidak menyadari kalau Farhan sedang mengambil foto dirinya yang menggendong Raesha. Farhan menjawab sembari membidik foto kedua anaknya, "Iya dong, lucu. Dia 'kan adikmu, Yunan." Erika tersenyum melihat Raesha dalam timangan Yunan.
Yunan mengamati tingkah polah Raesha, sembari meresapi makna kata itu. Adik.
Yunan adalah anak tunggal, dia tidak pernah tahu rasanya punya adik atau kakak. Raesha masih nyengir menggemaskan. Iseng, Yunan mengelitiki badan Raesha dengan jarinya.
Raesha menggeliat geli sembari tertawa dengan suara yang lucu. "Uggyaaa!"
Alis Yunan turun merendah. Matanya berkaca-kaca. "Ouuwwwh! Luccunyaaaa! Lagi, ah. Kitik ... kitik ... kitik!"
"Awas nanti Raesha pipis kegelian," kata Farhan berseloroh mengingatkan. Erika tertawa. Tangan Farhan merangkul istrinya. Sama-sama menikmati pemandangan di hadapan mereka. Yunan nampak menikmati peran barunya sebagai seorang kakak. Mereka punya dua orang anak sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...