Bagian 179 (Reach The Limit)

771 135 49
                                    

.
.

Salah satu rahmat Allah yang saat kamu mendapatkannya, janganlah disia-siakan :

Kesehatanmu. Sebelum datang sakitmu.

.
.

***

Trrr ... trrr!! Farhan baru saja akan pulang dari kantornya, saat nada panggil ponselnya bergetar. Nomor yang muncul di layar tak dikenalinya. Tapi tetap diangkatnya sambungan telepon itu.

"Assalamualaikum."

Suara pria dari lawan bicaranya terdengar agak panik. "Wa alaikum salam. Apa benar ini dengan Ayahnya Yunan?"

Farhan mengernyitkan dahi. Segera menyadari ini adalah telepon penting. "Ya benar. Saya Farhan, Ayahnya Yunan."

"Saya hanya ingin mengabarkan. Anak anda mengalami demam tinggi. Tiba-tiba saja di kelas sore ini dia nyaris pingsan. Kami sudah coba kompres kepalanya tapi panasnya belum turun. Makanya kami buru-buru menghubungi anda."

"Saya akan ke sana menjemputnya sekarang, Pak," jawabnya cepat.

Setengah jam berselang, mobil Farhan sudah parkir di luar gerbang Pesantren.

Yunan tampak lemas dengan mata berair menahan panas tubuh yang tinggi. Seorang teman sekamarnya membawakan tas punggung Yunan.

"Kenapa nak? Kok kamu tiba-tiba panas?" Tanya Farhan seraya merangkul pundak anaknya.

"Aku juga enggak tahu Yah. Padahal sebelumnya aku sehat-sehat saja. Tiba-tiba badanku terasa panas," jawabnya dengan suara sengau.

Farhan menatapnya penuh simpati. Dia melepas jaket dan memakaikannya di tubuh Yunan.
"Saya bawa pulang dia ya Pak Ustad. Kalau Senin belum membaik, Yunan izin dulu ya," katanya pada pria berpeci putih di hadapannya, yang adalah salah seorang Ustad pengajar di Pesantren.

"Baik Pak. Kalau masih tidak mempan dikompres, langsung saja ke Dokter Pak."

Farhan mengangguk."Iya Pak Ustad. Terima kasih." Mereka berpamitan.

"Semoga cepat sembuh ya Yunan, kami akan kirim do'a untuk kamu," kata pria itu sambil memeluk anak didiknya.

"Jazakallah khairan, Ustad," jawab Yunan sambil memaksakan dirinya tersenyum. Bahkan bibirnya terasa kesemutan. Belum pernah dia panas sampai separah ini. Meski dulu dia pernah panas sampai pingsan, tapi kali ini ada yang aneh dengan panasnya. Sakit ini bukan muncul dari luar. Bukan dari cuaca atau makanan atau minuman. Tapi terasa muncul dari dalam.

Mereka menaiki mobil. Farhan menyuruhnya tidur supaya tubuhnya beristirahat total. Sepanjang perjalanan anak itu tidur lelap. AC sengaja dipasang tidak terlalu dingin. Beberapa kali Farhan mengecek keningnya.

Masyaallah ... Panas sekali! Mungkin sebaiknya nanti aku cari air kelapa hijau. Kalau besok tidak ada perubahan, langsung saja kubawa ke dokter.

***

Suasana Rumah Sakit tampak hiruk pikuk. Sebab hari ini ada pasien istimewa yang sedang dirawat di salah satu ruangan VVIP. Yoga Pratama, C.E.O Danadyaksa Corp. Dan sebagai efeknya, belum lama berselang setelah Yoga masuk ke UGD dan resmi menginap di ruang rawat, wartawan mulai berdatangan di lobi. Awalnya hanya ada beberapa orang. Mereka datang dengan membawa kamera dan lampu sorot. Lama-kelamaan jumlah mereka semakin banyak hingga keberadaan mereka mulai terasa mengganggu para pasien di dalam lobi. Akhirnya Direktur Rumah Sakit turun tangan memohon agar para wartawan menunggu di teras atau area parkir Rumah Sakit.

Tak lama kemudian, sebuah mobil limosin hitam yang berhenti di depan lobi, menarik perhatian para wartawan.

Pintu belakang dibuka oleh pria tegap berpakaian serba hitam dan berkacamata hitam, khas bodyguard. Mereka segera meyakini bahwa yang datang pastilah orang penting.

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang