.
.Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya : "Jadilah!" maka terjadilah ia.
~ Q.S Yasiin : 82.
.
.***
Pintu ruang melati diketuk. Yoga yang merespon dari dalam ruangan. "Ya. Masuk."
Pintu terbuka. Han dan Pak Jaya datang dengan membawa buku notes di tangan. "Permisi Pak ... ," Mimik wajah Han tampak was-was. Dengan cepat pria cerdas itu menganalisa situasi. Dia tersenyum pada tamu-tamu yang belum pernah ditemuinya sebelumnya. Dan matanya tertuju pada seorang pria mengenakan jas putih. Dia segera mengenalinya sebagai pemimpin kedua orang lainnya.
"Masuk. Duduklah di sini," Yoga mengarahkan mereka untuk duduk tak jauh darinya.
"Kenalkan. Beliau adalah Pak Smith, C.E.O PT Textile International. Pak Santoso, notaris. Dan Pak Bram Manajer operasional mereka. Bapak-bapak sekalian, kenalkan staf saya. Pak Han Direktur Keuangan, dan Pak Jaya Manajer operasional," Yoga saling mengenalkan mereka.
Mereka saling bersalaman, lalu duduk berhadap-hadapan. Yoga menjelaskan tentang perjanjian yang baru saja dibuatnya dengan PT Textile International.
"Semacam ... merger?" Han dengan cepat memahaminya.
Yoga mengangguk. "Ya. Mulai sekarang, kita yang akan mengoperasikan segala aktivitas bisnis PT Textile International. Tapi karena kita belum punya pengalaman dalam bisnis tekstil, Pak Smith datang bersama Manajer operasional beliau, untuk menjelaskan tentang operasional rutin dan keuangan mereka."
Han masih ternganga. Apa ini berarti, mereka tak lagi memerlukan pinjaman Bank? Artinya, dia nanti harus membatalkan janji dengan mereka? Han paham sekarang dengan komentar Mieke barusan.
Pak Han, anda dipanggil Pak Yoga ke ruang melati sekarang. Anda diminta membawa buku catatan dan pulpen. Lalu, Pak Yoga bilang, sinterklas versi anda sudah datang.
Reaksi Han adalah memicingkan mata. "Hehh?? Sinterklas?" Ini bahkan belum masuk bulan Desember, pikirnya.
Smith tersenyum ke arah Han. "Pak Han, anda Direktur keuangan Danadyaksa Corp.? Hebat sekali anda bisa menjabat Direktur di usia masih sangat muda. Pasti Pak Yoga percaya sekali pada anda," pujian itu terdengar tulus.
Han terkesan dengan cara Smith menjalin keakraban. Wajahnya tertunduk malu. "Ah ... saya cuma beruntung."
Plak! Han terkejut saat tangan Yoga memukul pundaknya. "Dia orang yang cerdas, Pak Smith. Anda akan paham kalau kenal dengannya."
Ekspresi wajah Han semakin merah karena menahan malu. Smith tersenyum geli. "Kalau Pak Yoga percaya pada anda, saya juga percaya pada anda, Pak Han."
Han terdiam mendengarnya. Kalimat itu menandakan, orang ini sudah mengenal Yoga sebelum dirinya menawarkan kerja sama untuk mengelola perusahaan miliknya. Atau setidaknya, dia sudah mencari tahu informasi tentang Yoga sebelumnya. Sebab kepercayaan di zaman sekarang ini mahal harganya. Jangankan dengan orang yang baru dikenal. Dengan sahabat lama pun, ucapan dan tindakan seringkali tak bisa dipegang.
"Pak Bram, tolong tunjukkan buku kas keuangan kita pada Pak Han," pinta Smith dengan sopan pada Manajernya.
"Baik Pak." Pria bertubuh tegap itu berdiri dan pindah tempat duduk ke samping Han. Membuka halaman pertama yang memperlihatkan tabel kas dan peruntukan anggaran secara umum.
Han yang telah terbiasa berinteraksi dengan tabel keuangan, segera mengecek nominal saldo kas perusahaan. Dan ... matanya yang sipit otomatis membulat, melihat komposisi deretan digit dan koma yang demikian cantik. Mereka punya alur kas yang sangat sehat. Bahkan tanpa mengutak-ngutik anggaran gaji karyawan dan pengeluaran bulanan serta tahunan, mereka punya 'saldo menganggur' sekitar 15 kali dari total pengeluaran untuk menggaji kelimaratus karyawan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...