.
.
Setiap kali pintu dibuka, dia berharap Erika yang membukanya.
.
.
***
Sebulan kemudian, di pesta pernikahan Gito, Yoga sempat melihat Erika datang bersama Farhan, suaminya. Dia bersembunyi dari mereka, dan akhirnya memutuskan pulang lebih dulu tanpa ikut sesi foto.
Melihat mereka berdua secara langsung terasa lebih menyakitkan ketimbang melihatnya di layar laptop.
Dia berharap Erika akan datang sendirian nanti di acara reuni.
Sebulan setelah Gito menikah ...
Reuni akbar itu resminya berlangsung di gedung sekolah. Tapi Yoga merasa heran saat tidak menemukan Erika di sana. Gito menyadari Yoga yang gelisah sejak tiba di gedung SMA.
"Ada apa Yoga?" tanya Gito.
"Eh ... gak ada apa-apa," jawab Yoga tersenyum, meski Gito masih menangkap kecemasan di matanya.
Sosok Ratih dari kejauhan terlihat oleh Yoga. Dia pun pamit sebentar pada Gito, dengan alasan ingin menyapa Ratih.
"Tih! Apa kabar?" sapa Yoga ramah.
Ratih berbalik dan terkejut saat melihat Yoga yang menyapanya. Yoga kelihatan ganteng sekalipun rambutnya sekarang sudah tidak gondrong lagi seperti waktu SMA.
"Ehh! Kamu, Yoga?? Kabar baik alhamdulillah," jawab Ratih.
Mereka berbasa-basi sesaat, sebelum akhirnya Yoga menanyakan Erika. "Apa Erika akan datang ke reuni hari ini?" tanya Yoga, berusaha terdengar biasa saat menanyakannya.
Ratih melirik layar ponselnya. "Iya nih. Barusan aku chat Erika. Katanya dia kena deadline di kantornya. Sore mungkin kerjaannya baru kelar," jawab Ratih.
Yoga nampak kecewa. "Oh gitu," gumamnya.
Ratih menghela napas. "Ya gitu lah. aku sempet bete sama dia. Pengen ketemuan sama Erika, tapi kalo malem, 'kan acara reuni di sini udah selesai."
Yoga terdiam. Muncul ide di benaknya. "Kalau misalnya ada acara reuni lanjutan malem ini, Erika bisa dateng?" tanya Yoga antusias.
Ratih mengernyitkan dahi. "Reuni lanjutan??"
***
Yoga duduk di bangku taman belakang sekolah. Ini adalah tempat dimana dia dulu menyatakan perasaannya pada Erika. Dia memang sudah berencana ingin melihat tempat ini.
Tangannya mengeluarkan ponsel dari kantung celana. Jemarinya mencari nomor telepon kantor.
"Mieke, tolong booking ruang VIP di Restoran Ikan kita di Pecenongan. Untuk malam ini. Kosongkan ruangan yang paling besar. Kalau sudah ada yg pesan, pindahkan ke ruang lain."
Tak lama, Yoga menyudahi sambungan telepon. Punggungnya direbahkan ke sandaran bangku. Sebelah tangannya bertopang lurus di atas ujung sandaran. Dia masih ingat, saat itu dia duduk di sisi ini. Dan Erika duduk di sampingnya. Sekarang, dia duduk sendirian. Matanya menerawang. Cemas. Apa dia bisa bertemu Erika malam ini?
"Yoga!! Kamu di sini ternyata!" Suara Gito. Yoga mengenalinya.
Yoga menoleh ke arah suara. Ternyata benar Gito mencarinya.
"Lagi ngapain? Dicariin. Kirain kamu cabut duluan gak bilang-bilang," kata Gito.
Yoga tersenyum. "Maaf. Tadi dari toilet, trus kepikiran mampir ke sini," jelas Yoga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualitéJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...