Aku tetap ada. Ada pada hakekat.
Namun tiada pada rupa.
Aku yang tidak berupa. Merupakan sumber atau daya Qudratullah.
Yang hidup, lagi menghidupkan.
Karena Aku adalah Al Hayatullah.
***
.
.Hari ke-15 Suluk ...
Ada yang tak biasa hari ini. Salat Subuh berjamaah tidak diimami oleh Syeikh Abdullah, melainkan Ustad Umar. Sementara Syeikh juga tak nampak di barisan jamaah.
Para peserta Suluk bertanya-tanya dalam hati. Termasuk Yoga yang sedari tadi cemas. Melirik ke satu per satu barisan jamaah. Tapi tetap tak melihat sosok Syeikh di mana pun.
Alisnya berkerut.
Apa Syeikh sakit? Pikirnya kuatir.Lalu saat tiba waktunya Ceramah Subuh, Syeikh tidak juga muncul. Yang menaiki pelataran kayu adalah Ustad Umar.
Beliau membuka kitab dan memulai ceramah dengan shalawat dan do'a.
"Pagi ini kita akan membahas tentang syukur kepada Allah ta'ala.
Penting bagi kita untuk selalu mengingat bahwa dalam tiap-tiap apa yang ditentukan oleh Allah, segalanya Allah tentukan dengan hak, bukan dengan hawa.
Dikisahkan dahulu ada seorang sholeh yang luka hingga menimbulkan borok yang cukup parah di kakinya. Teman-temannya kasihan melihatnya.
Akan tetapi orang tersebut malah berkata, "Kalau kamu cinta pada saya, ayo kita sama-sama bersyukur pada Allah. Sebab setidaknya borok ini munculnya bukan di muka atau kemaluan saya. Cuma di kaki."
Ini menandakan bahwa orang tersebut sekali pun dalam kondisi terkena musibah, tetap bersyukur pada Allah Subhana wa ta'ala.
Lalu dalam kisah orang sholeh yang lain, ada seorang laki-laki yang terkena penyakit kusta. Kedua tangan dan kakinya putus. Dia tuli, buta dan rambutnya rontok. Akan tetapi orang tersebut masih bisa berkata, "Tuhanku, Engkau masih sisakan harapan padaku. Engkau sungguh baik padaku."
Para jamaah mengernyitkan dahi. Tak sanggup membayangkan jika penyakit separah itu sampai menimpa diri mereka.
"Dalam riwayat yang lain, dikisahkan seorang pengembara berjumpa dengan seorang lelaki yang menderita penyakit kusta yang parah. Orang itu belang dan buta. Orang-orang mengatainya gila. Lelaki itu dalam kondisi setengah pingsan di tengah teriknya matahari. Serangga memakani dagingnya.
Sang pengembara mengangkat kepala lelaki itu dan menyandarkannya di pangkuan. Lelaki itu tersadar. Dia bertanya, "Siapa orang yang ikut campur dalam urusan antara Allah dengan saya? Apa pun yang Allah lakukan pada saya, saya tetap cinta."
Jamaah terkesima. Beberapa mengucap asma Allah karena rasa kagum.
"Banyak orang mengaku cinta pada Allah, tapi begitu ditimpa bala atau musibah, mengeluh dan uring-uringan. Padahal pepatah mengatakan, dipukul kekasih lebih manis dari pada kismis," ujarnya sambil tersenyum melirik ke para jamaah yang menderai tawa.
Yoga menghembuskan napas. Tak menyangka kalau gurunya yang satu ini ternyata bisa bercanda juga. Disangkanya Ustad Umar kaku seperti batu.
Ustad Umar mengangkat kedua belah tangannya seraya berdo'a, "Ya Allah, selamatkanlah kami dari musibah bodoh akibat tidak mengenal Allah." Do'a itu diaminkan para jamaah.
"Kalau kita mengeluh saat mendapat bala, selain membuat kita capek, juga membuat kita kehilangan pahala.
Yang tidak terima dengan ujian dari Allah dan mengungkapkan ketidaksukaannya dengan takdir Allah, itu sama dengan mengambil tombak atau pedang untuk menantang Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...