.
.
"Yoga, apa kamu ganggu istri orang?"
.
.
***
Setelah agak lama, Farhan membuka pintu kamar mandi perlahan. Sesuai tebakannya, Erika sudah tertidur pulas. Farhan berjalan ke arah meja dan duduk di kursi. Matanya semakin sembab. Tak terbayangkan besok dia tetap harus ke galeri dalam kondisi seperti ini.
Aku harus melakukan sesuatu. Tidak boleh terus-terusan seperti ini.
Mikir, mikir, Farhan, batinnya pada diri sendiri.
Teman SMA Erika. Teman SMA ...
Farhan teringat sesuatu. Dia pernah bertemu teman SMA Erika yang bernama Gito. Pertama kali Farhan bertemu Gito adalah saat dia dan Erika menikah. Lalu yang kedua adalah saat Gito menikah. Dan setelahnya, mereka bertemu lagi di sebuah pusat perbelanjaan. Saat itu Gito sedang belanja bersama Mona, istrinya. Di pertemuan ketiga inilah, mereka mengobrol agak lama. Farhan merasa Gito adalah orang yang sangat ramah dan baik.
Mata Farhan melebar. Dia ingat sesuatu. Di hari dimana dia dan Erika menikah, Gito bicara pada Erika. "Erika, maaf. Yoga tidak bisa datang. Dia sedang di luar kota."
Saat itulah Farhan untuk pertama kalinya mendengar nama Yoga disebut.
Farhan tersadar dari lamunannya. Dia melirik ke tempat tidur. Memastikan Erika masih tertidur pulas. Diam-diam Farhan membuka tas Erika dan mengambil ponselnya.
Dengan susah payah mencari contact list, dan akhirnya menemukan sebuah nomor atas nama Gito. Semoga dia belum mengganti nomornya.
***
Erika menatap suaminya penuh kekhawatiran. "Kamu yakin gak sakit mata?" tanya Erika.
Farhan menggeleng. "Enggak, kok. Kamu berangkat aja. Ntar telat."
"Kalo ada apa-apa, kasih tau aku, ya. Kalo matamu makin bengkak, ntar kamu izin aja," kata Erika merasa berat meninggalkan suaminya dalam kondisi seperti ini.
"Enggak bisa. Aku harus ke galeri hari ini. Kemarin aku sudah izin," kata Farhan menggeleng.
"Ya udah. Aku berangkat, ya. Assalamualaikum," ucap Erika pamit dengan berat hati.
"Wa alaikum salam," sahut Farhan lesu.
Tangan Erika sudah menggenggam gagang pintu, tapi dia tidak jadi membukanya, dan malah membalik tubuhnya.
Farhan merasa heran. "Kenapa? Apa ada yang ketingga --" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Erika menarik kerah baju Farhan mendekat ke arahnya, dan mencium bibir Farhan paksa.
Mata Farhan membuka lebar. Erika belum pernah sekalipun seperti ini padanya. Biasanya selalu Farhan yang harus memulai. Tadi malam juga, untuk pertama kalinya Erika 'memancing'nya duluan.
Perlakuan Erika padanya membuatnya ingin luluh dan melupakan segala yang mengganjal di hatinya. Foto rahasia itu.
Tangan Farhan mengelus rahang Erika. Dia membalas ciuman Erika dengan gairah yang sama.
Aku cinta kamu, Erika. Kenapa? Kenapa foto itu harus ada? batin Farhan.
Beberapa saat kemudian, Erika sudah di dalam mobil. Farhan melambaikan tangan pada Erika yang tersipu malu. Ciuman panjang mereka barusan telah membuat hubungan mereka membaik.
Farhan terus berdiri di luar pagar, hingga mobil Erika tak terlihat lagi. Dia menghela napas.
Ya sudahlah. Biarlah sementara seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...