Bagian 69 (Akhir Masa Penantian)

1.1K 89 25
                                    

.

.

"Sebab bagi kami, kamu lebih berharga dari seluruh dunia seisinya."

.

.

***

Dua cangkir kopi sudah tersaji di atas meja kayu. Farhan dan Yunan duduk berseberangan di meja bundar, dinaungi bayangan payung berwarna hijau tua. Selain meja mereka, ada tiga meja lagi yang juga ditempati pengunjung.

Farhan baru saja menjemput Yunan di pesantren. Di akhir pekan ini, Farhan berniat akan memberitahukan perihal kehamilan Erika pada Yunan.

Itu sebabnya, Farhan tidak langsung pulang ke rumah dan malah mengajak Yunan mampir ke teras sebuah mini market. Mau nongkrong-nongkrong antar sesama lelaki, kata Farhan. Namun Yunan yang tajam intuisinya, segera menangkap ada sesuatu yang lain. Ayah angkatnya ingin membicarakan sesuatu yang penting, ia tahu.

"Yunan."

Panggilan itu membuat Yunan berhenti mengunyah. "Ya?" sahutnya.

"Ada yang ingin Ayah bicarakan," kata Farhan.

Melihat air muka Farhan nampak serius, Yunan meletakkan cup kopinya di meja. Ini dia, batin Yunan. Mampir ke tempat nongkrong, bukanlah kebiasaan Farhan. Yunan mengenali Farhan sebagai orang rumahan yang mencintai istrinya setengah mati. Farhan akan lebih suka buru-buru pulang ke rumah, ke tempat dimana ada Erika di sana.

Yunan tersenyum walau otot pipinya terasa kaku. Apapun yang ingin Farhan bicarakan dengannya, semoga ini bukan hal buruk.

"Ya Ayah? Ada apa?"

Farhan memulai percakapn itu dengan sebaris kalimat yang membuat Yunan semakin merasa was-was.
"Sebelum Ayah bicara tentang ini, Ayah ingin kamu tahu, kalau kami -- Ayah dan Ibumu, sangat sangat sayang padamu. Perasaan kami padamu tak akan berubah apapun yang terjadi. Kamu mengerti, Nak?"

Alis Yunan berkerut karena khawatir. Dia mengangguk perlahan.

Farhan tersenyum lembut dan mulai bicara. Setelah sempat bicara berputar-putar, akhirnya dia sampai pada inti pembicaraan mereka.

Mata Yunan terbelalak. "Ibu hamil??" serunya.

Farhan menatap anak itu dengan serius. Dia tidak yakin, apakah sekarang sebaiknya dia tersenyum atau tidak. Dia merasa tegang menunggu reaksi Yunan. "Iya. Ibumu hamil dua bulan."

Rasa terkejut luar biasa membuat bibir Yunan terbuka. Matanya masih tak bergerak seolah waktu terhenti. "Benarkah? Ibu hamil?"

Farhan mengangguk dengan hati-hati. Dua detik kemudian, Yunan seperti tersadar dari kondisi syok. Dia melepas napas yang sejak tadi ditahannya. "Alhamdulillah. Jadi aku akan punya adik?? Calon adikku perempuan?? Atau laki-laki, Yah??"

Melihat tak ada tanda-tanda kekecewaan di wajah Yunan, Farhan merasa lega. "Ha ha. Ya belum ketahuan jenis kelaminnya. 'Kan baru dua bulan."

"Oh iya, ya. Ayah ngagetin aku aja. Aku kira ada kabar buruk," komentar Yunan santai.

Farhan tersenyum hangat. Jarinya mengacak poni rambut Yunan. "Ayah lega kamu senang mendengar kabar ini."

"Senang dong, Yah. Kenapa harus sedih? Ayah ada-ada aja," tegas Yunan dengan senyum mengambang.

Farhan tertawa. Mereka melanjutkan obrolan ringan tentang keseharian Yunan di pesantren. Kejadian-kejadian lucu saat mengantri toilet, saat seorang teman sekamarnya yang bernama Ramdhan salah masuk kamar karena ngelindur saking ngantuknya, dan cerita konyol lainnya yang membuat mereka terlarut dalam suasana gembira.

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang