Mencuci

635 158 150
                                    

"Panasnya"

"Panat na"

"Hufft! Malasnya"

"Hufft! Malat na"

Dari tadi kerjanya Sunghyun cuma mengkopi ucapakan ayahnya saja. Mereka berdua itu memang kompak. Kalau disuruh malas-malasan. Dari tadi kerjanya cuma tidur-tiduran di lantai. Sudah begitu sambil pada makan semangka pula.

"Appa kalau tidak ada kerjaan bisa ya bantu umma mencuci"

Aigoo, ayahnya anak-anak ini memang benar-benar. Aku mintai tolong bukannya langsung bersedia dan menjawab iya. Eh, dia malah pasang wajah lesu begitu.

"Memang mesin cucinya kenapa. Kok mencucinya sampai pakai tangan begitu"

"Rusak. Entah kenapa. Tadi sudah ku otak-otik tetap tidak menyala. Padahal tadi lagi tanggung kerjaanya. Masih ada sprei dan selimut yang belum kecuci" Aku pun menjelaskan padanya.

"Ya kalau rusak beli saja yang baru" Katanya santai.

"Sudah, tapi dikirimnya masih nanti. Dan cucian ku tidak bisa menunggu. Sudah ah ayok cepat bantuin!"

Aku jadi kesal, dari tadi kebanyakan mengobrol. Kapan mau selesainya ini. Aigoo, kenapa baju kotornya Sunghyun yang paling banyak disini. Belum lagi kaos kakinya. Ada selusin mungkin. Pantas tadi pagi dia kehabisan kaos kaki. Kotor semua ternyata.

"Sandeulie appa" Aku memanggil ayahnya anak-anak lagi. Agar menghampiri ku di halaman belakang.

Tidak peka ih, kalau istrinya yang imut ini sedang berjuang untuk membuat tali jemuran yang baru. Karena jemuran yang biasanya sudah penuh sama pakaiannya anak-anak.

Sunghyun bersama ayahnya pun akhirnya datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunghyun bersama ayahnya pun akhirnya datang. Dan aku langsung menyuruh mereka untuk menginjak-nginjak sprei serta selimut yang telah aku rendam sebelumnya.

"Aigoo, ckckck lihat lah mereka berdua saat melakukannya dengan ogah-ogahan"

Kalah ih sama Minghyun yang tadi sempat membantu ku menjemur pakaian. Sebenarnya sih bukan membantu, lebih ke arah merecoki sih. Tapi namanya si bungsu yang selalu ingin membantu. Jadi ya begitulah. Aku sampai menghabiskan waktu lama untuk menjemur pakaian.

Lantaran lelah habis membantu ku menjemur. Kini si bungsu kesayangan semua itu tidur. Begitu masuk rumah, dia langsung tidur di kamarnya. Kasihan. Jangan dibangunkan.

"Appa et telim nih pa. Hem umami... iyak!"

"Hyungnim! Kenapa di jilat sih. Pahit ya. Hahahaha... Salah loh ini tuh bukan es krim. Tapi janggut sinterklas. Hahahahaha"

Omo!

Lihatlah mereka berdua, tadi pada ogah-ogahan dan sekarang malah bermain busa cucian.

"Uwah, tinteltlat hohoho. Cuyun mau kado dong tuan tintel. Juteyo, bbuin bbuin...."

"Hohoho, ini kado untuk mu anak baik. Sebuah rambut kribo dari busa. Hohoho"

Ayahnya sekarang malah tambah meladeni Sunghyun. Nah kan jadi basah semua baju dan rambutnya anak itu. Terserah deh yang penting sprei dan selimutnya selesai di cuci.
'Drrrt'

Oh, ponsel ku bergetar. Ada panggilan masuk dari ibu guru di tempat les baletnya Sandeul. Astaga! Sudah jam segini. Pantas saja. Karena sibuk mencuci jadinya telat menjemput Sandeul.

"Appa tolong nanti dijemur sekalian ya. Tapi hati-hati dicek dulu jemurannya kuat atau tidak. Takut roboh"

"Arraseo, arraseo. Tidak perlu khawatir. Aku ahlinya dalam mencuci dan jemur menjemur" Katanya sok PD. Hem, ahli mencuci apanya?

Wong dari tadi dia kerjanya cuma main busa dan air saja bersama Sunghyun. Ah, yasudah lah aku mau bergegas bersiap. Mau berganti baju untuk menjemput Sandeul.

Tapi aku jadi ragu mau meninggalkan mereka berdua. Sebaiknya aku selesaikan dahulu deh. Toh hanya tinggal membilas dan menjemur saja kan. Cepat kok ini tak akan lama.

"Hahahaha. Appa jadi pak kumit" Sunghyun tertawa terpingkal-pingkal ketika ayahnya membuat kumis dari busa.

Sunghyun dan ayahnya masih belum bosan bermain dengan busa. Bekas air rendaman cucian. Jorok ih. "Habis ini mandi ya Hyung!" Seru ku pada si gembul yang sedang mengobok-ngobok air bekas rendaman yang penuh busa.

"Ndee umma" Sahutnya lalu dia tertawa cekikikan lagi dengan ayahnya.

Akhirnya selesai juga. Semuanya sudah dicuci dan menunggu kering.

"Hei, ini nanti jemurannya jangan disenggol-senggol ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, ini nanti jemurannya jangan disenggol-senggol ya. Takut jatuh ntar" Pesan ku pada mereka berdua yang kini malah bermain kejar-kejaran. Entah ucapan ku barusan di dengar atau tidak.

"Omo!" Melirik jam di ponsel ku. Ini sudah sangat telat untuk menjemput Sandeul. Aku harus bergegas.

Namun belum juga aku masuk rumah. Aku mendengar ada suara yang tak mengenakkan. Jemuran ku roboh. Karena tiangnya tak sengaja tersenggol ayahnya anak-anak ketika sedang bermain kejar-kejaran dengan Sunghyun. Nah kan baru saja ku bilang.

Asdfghjk... Ah, rasanya sudah lama juga ya aku tidak marah. Kepalaku terasa berasap.

"Ming, maaf ya!!! Maaf. Kan tidak sengaja"

"Hoho, hayoloh appa. Hayoloh appa!!!"

"POKOKNYA AKU TAK MAU TAHU. SAAT PULANG NANTI CUCIANYA HARUS SUDAH BERSIH DAN WANGI!"

Titik.



.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20181009.14:38
.
.
.
See ya^^

Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang