Sore-sore begini enaknya santai sambil ngeteh sama makan cemilan. Apalagi kalau makan cemilannya ditemani sama orang terkasih. Sembari mengobrol atau bersenda gurau. Pasti asik.
Tapi sayangnya sore ini tidak jadi asik. Lantaran si gembul lagi berulah. Biasalah, kalau lagi tantrum memang begitu kelakuannya. Suka nangis bahkan sampai guling-guling.
Heran deh sama Sunghyun. Kan sudah besar. Sudah mau lima tahun. Tapi masih saja cengeng. Wajar sih namanya anak-anak. Tapi Sunghyun kalau sudah ngambek ya begitu, semua barang yang ada di dekatnya bisa di lempar kemana-mana.
Dia kalau ngambek tak kena di bilangi. Berbeda sekali sama Minghyun yang penurut. Heran deh, padahal mereka kembar. Tapi sekali lagi wajar. Karena sifat anak kan beda-beda. Dan sudah jadi tugas kami sih, sebagai orang tuanya yang harus membimbing.
"HUWEEEE"
Aduh! Ampun! Aku sampai tutup telinga. Pusing mendengar suaranya yang menangis. Awalnya Sunghyun minta di buatkan kue bolu. Tapi ketika kuenya sudah jadi eh, malah di makan sama pamannya yang tiba-tiba datang entah dari mana.
Sunghyun ngambek, lantaran bentuk kuenya sudah tidak bulat lagi. Dia ngambek. Maunya minta kue yang bulat.
Kalau masalah kue yang tinggal separuh sih bisa kan ibunya bikin lagi. Namun yang jadi soal adalah Sunghyun maunya kue yang tadi. Lantaran ketika ibunya membuat kue. Sunghyun tadi juga ikut membantu.
"DASAR ANAK NAKAL! Pergi sana ke toko kue. Beli semua kue bolu yang ada"
"Tapi hyung, itu banyak sekali kalau harus membeli semua kue nya"
"Tak usah protes. Nanti semua kue itu kau yang harus habiskan. Siapa suruh makan kue nya Sunghyun. Kau kan tahu anak itu bagaimana"
"SAMCHON SANDEUL IKUT"
"Minyun juga itut"
"Nah bagus, ajak sekalian mereka berdua"
Setelah pamannya anak-anak pergi sembari merengut barulah aku mendekati Sunghyun. Dia masih berguling-guling di lantai. Mulutnya tak pernah lelah berteriak meratapi nasin kue bolunya yang sudah tak bulat lagi.
Sementara ibunya anak-anak dari tadi menghela napas lelah. Habisnya anak ini kalau semakin di alem bakalan terus meraung. Makanya kalau Sunghyun lagi kumat begini mending didiamkan saja. Nanti juga capek sendiri.
Tapi sekali lagi, kami tak akan tega. Kan kasihan.
"Hyungnim"
Mendengar suara ayahnya ini lantas membuat Sunghyun berhenti menangis. Namun hanya sejenak.
"Enggak capek nangis terus. Enggak aus?"
"Hiks, capek. Hiks, aut mau minum" Jawabnya.
Haduh!
Ampun deh nak, ayah mu ini dengan segala kelakuan mu itu. Dulunya aku nakal kali ya. Makanya ketika jadi orang tua banyak di uji dengan kelakuan ketiga krucil.
Tapi lucu juga ketika Sunghyun menjawab seperti itu. Diam-diam aku dan ibunya anak-anak sama-sama tertawa.
"Ya makannya kalau haus dan capek berenti dong nangisnya" Kataku padanya.
Lalu ibunya anak-anak menghampiri kami. Dengan membawa air putih segelas. "Sunghyuni haus ya. Minum dulu yuk"
Dan benar saja, jagoan kecil ku itu langsung meneguk habis airnya sampai tak bersisa.
"Aigoo" Keringatnya sudah bercampur dengan air mata. Pokoknya wajah dan tubuhnya basah karena keringat.
"Hiks, kuwe bolu Cuyun hiks"
Hem, masih dia menangisi kue bolu...
"Uljima" Ujar ibunya yang mengelap wajah Sunghyun dengan tissue basah. Baju anak itu juga sudah di buka untuk diganti dengan yang baru.
"Besok kan masih bisa bikin lagi sama umma. Lagian samchon cuma minta sedikit. Tuh sisanya masih banyak" Ujar ibunya.
"Jadi anak tidak boleh pelit ya. Harus saling berbagi. Kan tadi samchon cuma minta secuil. Punyanya Sunghyun masih banyak nih"
Nah, kalau Sunghyun sudah agak tenang begini. Adalah waktu yang pas untuk menasehatinya. Sebiss mungkin kami menunjukkan mana yang salah dan tidak boleh di lakukan.
"Iya loh Hyung. Coba lihat kuenya kan masih banyak. Uwah coba coba lihat nih. Appa sambung lagi nih masih bisa bulet nih bentuknya"
"Jinjja" Sunghyun yang penasaran dan masih gemetar karena isakan tangis pun mendekat ke arah ku.
"Uh, pakai baju dulu dong hyung. Ndutna kelihatan deh... malu ih malu"
"Iya ya, pakai bajunya dulu. Uwah kuenya bisa bulet lagi ya appa. Bagus deh. Kuenya bulet bulet, kayak ndutnya hyungnim bulet" Ujar ibunya menambahkan. Sembari mamakaiannya kaus.
"Tapi ndak bagut kayak tadi pa... kuwena jadi ndak bulet bulet banget" Dia masih protes.
Oke, dicoba dibuat sabar lagi...
"Ah, kata siapa. Ini bagus kan ya umma. Bulet loh ini" Kataku sembari mencoba menyatukan bentuk kue yang sempat terpotong itu.
"Eh, iya hyung. Kuenya jadi bulet lagi. Uwah appa pintar ya hyung" Ujar ibunya menimpali.
Sunghyun yang tadinya meragu, lama-lama pun mengangguk. Dia lantas menaruh kepalanya di meja. Guna melihat bentuk kue tersebut dari dekat.
"Kuwena Cuyun, hiks" komentarnya ketika meratapi bentuk kuenya yang tak lagi sesempurna seperti tadi. Yah, masih sedih dia ternyata.
Sementara aku dan ibunya anak-anak saling melirik. Lalu sama-sama tertawa tanpa suara. Menahan sih sebentulnya. Lantaran mendengarkan Sunghyun yang berceloteh tak jelas. Tentang kuenya yang kini tak bulat lagi.
Anak satu ini memang ampun deh, tingkahnya suka bikin geleng kepala dan tertawa secara bersamaan.
.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20181016.18:11
.
.
.
A/n: Mau tanya, apa yang kalian suka dari tulisan ku?
.
.
.
Epilog
.
.
."Hyung kue sebanyak ini mana habis aku makan semua. Ini mau diapakan."
"Yasudah kalau kau sudah tak sanggup lagi. Yasudah jangan di makan. Bagi-bagikan saja kue nya."
"Hyung T_T. Kau kejam. Tadi suruh aku habiskan semuanya. Tapi sekarang suruh aku bagi-bagi kue. MAU MU TUH APA!"
Yah tak usah dibilang juga tahu kalau aku cuma mau mengerjai pamannya anak-anak saja. "KKKKK...." Lagian dia sendiri yang mau menghabiskan kue nya. Aku kan tak memaksa. "Kkkkkk"
"Aigoo, aku tak sanggup lagi. Aku tak bisa berdiri. Aku mabuk kue. Nunaaaaa selamatkan aku. Huweeee T_T"
.
.
.
See ya^^
…
KAMU SEDANG MEMBACA
Life (season 2)
ФанфикKisah lanjutan dari kehidupan Kyumin yang semakin matang menjadi orang tua dari ketiga bocah yang sudah tumbuh besar. Si cantik Sandeul yang makin centil sama Baro oppa dan si kembar yang makin aktif. Tingkahnya makin membuat orang tua mereka jadi t...