Afternoon Story

564 152 122
                                    

Aigoo, capeknya. Akhirnya aku bisa meluruskan punggung ku setelah sekian lama. Si kembar sudah tidur siang. Dan aku pun telah selesai membereskan kekacauan yang terjadi di rumah.

Lantai yang tadinya lengket sana sini karena makanan si kembar sudah ku pel hingga bersih. Hem, harum. Mainan yang tadinya berserakan pun sudah ku rapihkan ke tempat semula.

Sekarang aku sudah aman. Dan waktunya bagi ku untuk santai. Rebahan di sofa sembari menonton tv sepertinya enak nih. Untung si kembar pada tidur jadi aku bisa bebas menonton chanel olahraga.

"Sandeul pulang"

"Eh, cantiknya appa sudah pulang"

Si cantik itu pun mengangguk. Lalu langsung menghampiri diriku yang sedang rebahan di sofa. Minta dipangku ternyata.

"Loh umma mana?" Tanya ketika tidak melihat ibunya anak-anak. Dan yang masuk hanya bibi Kim yang dibantu Pak Kim untuk memasukkan belanjaan.

"Ada tuh di luar. Tadi pas turun dari mobil, umma ketemu sama ahjumma yang tinggal di ujung sana tuh. Terus ngobrol deh"

Hem, dasar ibu-ibu. Tak kenal tempat dan waktu. Sukanya ngerumpi. Pasti bakalan lama mereka mengobrol di luar. Ku jamin seribu persen. "Eh, nuna kok di pindah. Kan appa lagi nonton" Ini anak kok main pindah chanel tvnya sih.

"Jelek acaranya appa. Bagusan juga ini"

Ckckck, kartun lagi kartun lagi. Tidak ada bosan-bosannya apa dia menonton kartun. Mengalah lagi deh. Tak papa demi anak.

"Appa kita main yuk!" Ajak Sandeul, "Adik-adik pada kemana?"

"Adik-adik lagi pada bobo siang. Nuna bobo gih sana. Kan capek abis ikut umma belanja. Mainnya nanti aja"

Maaf ya Sandeul, ayahmu ini lagi capek level dewa soalnya. Punggung, kaki, dan tangan rasanya mau copot. Pegal semua.
"Yah, enggak asik dong. Sandeul kan cuma mau main bentar sama appa" Katanya merajuk.

Tapi tenang, hari ini rajukan Sandeul tak akan berpengaruh pada ku.

"Appa capek nak. Bobo aja yuk. Hoam. Appa ngantuk deh" Ujar ku berpura-pura menguap. Kalau capeknya sih beneran, tapi kalau ngantuknya hanya pura-pura. Sst... jangan bilang-bilang. Hehe.

"Sandeul enggak ngantuk appa. Tadi dah bobo sebentar di mobil. Appa ayok main yuk! Bbuin bbuin"

Yah, sekarang anak ini malah mengeluarkan aegyo lagi. Waduh! Gimana caranya menolak yah?

"Tadi Sandeul abis beli mainan baru nih. Ada rol rambut sama hairdrayer mini juga loh appa"

Aigoo, seketika di kening ku muncul lagi yang namanya segitiga siku-siku imajiner. Sandeul nih kalau sudah besar mau buka salon apa. Kok enggak bosen-bosen juga beli mainan seperti ini. Bukankah dia sudah punya banyak.

"Ayok appa. Nanti rambutnya appa dibikin kriting biar bagus"

Ogah! Sandeul, Sandeul. Tega sekali sih menjadikan ayahnya ini sebagai objek percobaan. Aku masih ingat seminggu yang lalu aku hampir saja botak. Lantaran Sandeul iseng menyisir rambut ku. Dan entah kenapa sisirnya nyangkut. Jadi susah dilepas. Hampir saja rambut ku yang nyangkut disisir itu di potong. Untung bisa lepas.

"Nuna gimana kalau cari pelanggan baru saja. Itu ada pak Kim-"

 ̄ˍ ̄

Dasar tidak setia. Begitu aku panggil untuk diminta buat jadi keriting rambutnya sama Sandeul. Pak Kim malah langsung pergi. Mau cuci mobil katanya? Huhu, bilang saja takut.
"Eh, atau sama ahjumma-"

"Aigoo, saya lupa beli daun bawang tadi. Aigoo, aigoo!"

Yah, bibi Kim juga ikutan kabur.

"Appa ayok!" Sandeul mulai merengek.

"Cantik kok, cantik. Nanti pasti bagus deh hasilnya. Sandeul janji..."

Ckckckc sepertinya ayah yang mau dijadikan bahan percobaan untuk bermain salon-salonan sama putrinya cuma aku saja deh. Tega ih Sandeul. Masa ayahnya yang ganteng-ganteng begini didandanin jadi cantik sih.

"Appa mah ganteng tahu nak. Kayak Marcus Jo maknaenya boyband Super Senior itu loh"

"Siapa tuh appa? Sandeul enggak kenal" Katanya dengan wajah bingung.

Ya wajar sih kalau dia tidak kenal. Itukan penyanyi lawas. Kalau sekarang tuh Sandeul sukanya sama Bities ya nak,  Dark Pink, lalu ada lagi tuh siapa namanya aku lupa. Sering kok ibunya anak-anak dan bibi Eunhyuk menonton mereka di tv. Ekso? Eksis? Ah, molla. Tak tahu aku.

"Appa~~~" Sandeul merengek lagi.

Dia pasti sudah akan mengeluarkan jurus pamungkas nih. Yup! Betul, jurus pamungkasnya adalah menangis. Tapi tenang, jangan khawatir. Sebelum si cantik ini menangis aku sudah punya solusinya.

"Puss, sini-sini" Kebetulan ada si Sen yang baru bangun tidur. Enak sekali sih jadi kucing, kerjanya cuma tidur sepanjang hari.

"Nuna main salon-salonannya sama meong aja ya. Kan kumisnya Sen lurus nih. Kayaknya butuh di keriting deh biar bagus" Karena iri dengan kucing gendut itu. Tiba-tiba tanpa sadar aku mengucapkan hal barusan.

"Oh iya juga yah appa. Kalau Sen nya Sandeul dandanin boleh juga enggak appa?" 

"Oh, boleh, boleh. Lakukan apa yang Sandeul mau hem. Akur-akur ya mainnya sama Sen. Appa mau bobo sebentar"

Aduh! Maafkan aku ya Sen. Aku janji deh nanti kamu akan kukasih makanan double. Ku belikan makanan kucing yang paling mahal deh.

"Muehehe... " Diam-diam aku pun tersenyum.

"Sen, pusss meong meong... Ayo main. Sandeul bikin jadi cantik"

"MEOOOOOONG"

(=TェT=)

Kasihan, kasihan, kucing yang malang. Ckckckc....

.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20181009.16:02
.
.
.
See ya^^

Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang