Damai itu indah

494 140 93
                                    

"PUNANA MINYUN!"

"PUNYA NUNA!"

"MINYUN!!!"

"NUNAAAAAA"

Loh, ada apa ini ribut-ribut?
Tumben si bungsu kesayangan berteriak dan ribut, berebut mainan dengan nunanya yang cantik. Padahal biasanya mereka itu selalu berbagi bersama ketika bermain.

Loh, kok! hari ini  malah pada ribut ya mereka berdua?
Ada apa?

"Punana Minyun loh una. Kan Minyun duluwan yang nemu ditelipan sopa"

"Tapi Nuna duluan yang lihat ada yang nyelip di sofa! Jadi punyanya nuna dong. "

"Hiks, una mah pelit!" Nah loh, malah nangis si bungsu.

"Ih, ini kenapa tih una tama Minyun belantem. Cuyun budeg nih. Dali tadi teliak ajah. Kenapa tih belantem. Kan katana umma tama appa kita halut akul jadi todala"

Eh, ada hyungnim yang gembul. Ups! Tapi benar loh apa katanya hyungnim barusan. Kalau sesama saudara harus saling akur. Dan tidak baik kalau saling bertengkar.

"HEM!" Si cantik Sandeul yang lagi sebal sekarang buang muka tuh. Dia tidak bicara sepatah kata pun. Cuma pasang wajah judesnya saja.

Lain dengan Minghyun yang mukanya ditekuk. Dia cemberut dan menatap sebal pada nunanya yang cantik tapi judes.

Aduh! Sunghyun jadi bingung kan. Sampai menepuk jidatnya. Ini nuna dan adiknya kenapa sih?

Sunghyun itu anaknya memang cuek. Tapi ketika melihat dua saudaranya yang bertengkar, dia tidak suka. Dia tidak akan tinggal diam. Dan berusaha untuk mendamaikan mereka berdua.

Karena baginya mereka bertiga harus selalu saling akur dan menyayangi. Bukanya malah bertengkar seperti ini.

"Minyunie bilang tama yuung. Kok belantem tih tama una?"

"HEM..." Awalnya sih Minghyun tidak mau menjawab. Tapi setelah dipaksa sama Sunghyun akhirnya Minghyun bilang kalau dia dan nunanya itu saling berebut mainan.

"Kan bita maen baleng-baleng. Gantian loh!" Ujar Sunghyun memberi solusi.

Tapi sayangnya nuna dan adiknya sama-sama menggeleng. Karena mereka mau bermain itu diwaktu yang sama.

"Aigoo" Katanya Sunghyun.

"Emangna mau maen apa tih?" Hyungnim jadi kepo nih, tentang mainan yang sedang diributkan keduanya.

Lantas dari balik tangannya si bungsu pun menunjukkan mainan tersebut. Itu bahkan bukanlah mainan seperti boneka atau robot-robotan. Itu hanyalah sebuah kalung yang panjang dan dihiasi dengan manik-manik bulat yang berkilauan.

Sunghyun bingung, bahkan bentuknya saja tidak keren. Tapi sampai diperebutkan kedua saudaranya.

"Aigoo, aigoo!" Seru Sunghyun.

"Beginian ajah pada belantem. Udah enggak utah pada belantem. Tiniin kalungna. Bial Cuyun buwang ajah!"
"Eh, jangan!"

"Enak aja main buang!"

Seru Sandeul tidak terima. Soalnya Sandeul mau pakai itu buat keperluan shownya nanti sore. Kan Sandeul juga butuh aksesoris yang bagus. Kalau sudah dibuang gimana dengan shownya nanti. 

Sementara itu, si bungsu mau memakainya buat si guguk. Kalungnya nanti mau dikasihkan ke guguk. Agar boneka anjing kecil kesayangannya terlihat keren.

Aduh! Sunghyun menepuk jidatnya lagi deh.

"UNA" Sunghyun memanggil sang nuna.

"Minyunie" Kali ini gantian si bungsu yang dia panggil.

"Kata umma tama appa kita enggak boleh belantem. Nanti Tuhan malah loh." Ujarnya memberi nasihat.

"Ih, kalung jelek ajah dilibutin. Biar Cuyun buwang tini"

Waduh, waduh, itu kalungnya langsung direbut dari si bungsu. Dan dibuang Sunghyun. Kalungnya dilempar ke luar jendela.

"Una kan udah cantik. Kalo thow kan biatana pakek lok tutu tama mahkota. Bial kayak belbi"

Idih, si gembul masih kecil sudah tahu yang cantik-cantik. Sudah begitu belajar dari mana coba anak itu merangkai kata-kata seperti tadi.

"Minyunie, gugukie itu kan cowok. Mata dipakekin kalung tih! Gugukie kan tukana digendong"

"Eh, iya juga yah yuung. Kan gugukie cowok. Mata pakek kalung. Kayak cewek. Hihihi" Moodnya si bungsu sudah baik lagi tuh. Buktinya sudah bisa terkikik seperti tadi.

Dan si cantik Sandeul juga tampaknya tidak marah lagi. Terbukti Sandeul meminta maaf duluan pada adiknya.

"Maap ya Minghyunie. Tadi nuna marah :( "

"Iya una, dantana. Tadi Minyun juga teliak. Maapin Minyun juga yaaa"

"Nah, kalo akul kan gud. Damai itu indah katana ibu gulu." Maksudnya Sunghyun tuh, kalau pada akur kan bagus. Katanya ibu guru, damai itu kan indah.

"Telakang taliman. Maapan. Udah gak utah belantem lagi. Yuk, maen tama-tama yuk" Ajak Sunghyun pada keduanya untuk bermain di halaman belakang.  

Dan tanpa mereka bertiga sadari jika kalung yang tadi dibuang asal oleh Sunghyun, adalah merupakan kalung mutiara milik nenek mereka. Dan itu harganya bisa setara dengan satu buah mobil.

"Sungminie, apa kau lihat kalung mutiaranya umma?"

"Aku tidak lihat eomonim. Memangnya tadi diletakkan dimana?"

"Disini. Waktu duduk tadi umma lepas. Loh kok tidak ada. Apa nyelip ya ?"

Haduh, ibu mertuanya itu. Memang sebelas dua belas dengan suaminya. Kadang suka teledor kalau meletakkan barang.

.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20190117.21:13
.
.
.
See ya^^

Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang