Cerita hari ini

517 144 44
                                    

Anak-anak sudah semakin besar terkadang semakin susah juga diberi nasihat. Apalagi sekarang nih mereka sudah pada pintar menjawab dan beralasan. Belum kalau mereka mulai ngeyel.

"Ih appa mah pelit! Masa pinjam sebentar tidak boleh!"

Nah loh, ada apa lagi itu Sandeul sama ayahnya. Hem, pasti masalah main handphone lagi deh. Ya ampun! Itu anak tidak ada kapok-kapoknya dibilangin. Kalau tidak boleh terlalu lama bermain handphone. Tapi masih saja.

"Appa aja boleh lama-lama. Kok Sandeul enggak. Ini enggak adil!"

Hem, mulai deh drama si cantik. Sudah begitu bukannya memberi masukan yang baik. Eh, ayahnya anak-anak malah bilang.

"Appa kan udah gede jadi boleh dong. Wlee"

Aduh! Kalau dibilang begitu mana mau nurut anaknya. Ayahnya juga suka usil. Sudah begitu dari tadi dia juga belum berhenti main game.

"Sandeul juga udah gede!" Sandeul memang anaknya tidak mau kalah.

"Tidak boleh nuna. Tadi kan sudah satu jam mainnya. Sekarang mending nuna bobo. Gih sana..."

"Appa suruh Sandeul bobo. Appanya aja masih main. Enggak bobo siang..."

Biarlah, ku dengarkan dan biarkan saja mereka berdua berdebat. Toh nanti juga mereka diam sendiri. Tapi memang untuk mengawasi anak seusia Sandeul dalam pemakaian gadget susahnya minta ampun.

Namanya sudah jaman maju. Mau tidaj dikasih tapi kawan-kawannya sudah punya. Nanti kasihan. Sandeul tidak tahu sendiri. Tapi begitu dikasih, hem... Anak itu jadi tidak terkontrol. Apalagi kalau sudah main game.

Waktu itu sudah terapkan padanya kalau mau pakai gadget tidak boleh lebih dari satu jam. Awal-awalnya sih dia nurut. Tapi peraturan itu cuma mampu dia terapkan seminggu. Sisanya Sandeul kerap nyolong-nyolong waktu.

Yang tadinya sudah bagus hanya sejam. Eh, esoknya jadi bertambah jadi dua jam. Sampai terus bertambah jadi seharian. Akibatnya waktu itu dia sampai sakit mata. Namun bukannya kapok. Ini lagi mau dia ulangi.

"Appa~~~~~"

Nah, lagi merengek dia sama ayahnya. Sandeul itu sama seperti dua adiknya. Senjata pamungkasnya adalah air mata.

"Tidak Sandeul. Eh, enggak nangis. Kalau nangis nanti jelek. Baro oppa sukanya sama yang cantik"

"Pffft" Aduh aku mau tertawa tapi langsung aku tahan. Ketika mendengar ucapan ayahnya anak-anak barusan. Yang terbukti ampuh membuat Sandeul tidak jadi menangis.

Lagian juga Sandeul percaya saja sama ayahnya. Astaga, boro-boro suka sama yang cantik. Lah wong definisi wanita cantik saja Baro belum mengerti. Tidak tahu cantik itu apa.

Bocah lelaki keluarga Kim itu kelewat polos. Dia bahkan lebih suka serial kartun seperti Scoobydoo atau gravity falls ketimbang dengan gadis yang katanya cantik.

"Iiiiih appa mah~~~" Nah mulai lagi deh serangan yang kedua. Kalau menangis gagal. Ya Sandeul bakal merengek sampai permintaanya dituruti.

"Tidak!" Jawab ayahnya dengan tegas.

"APPA PELIT!" Sandeul pun protes. "Kalau Sandeul enggak boleh main hape. Ya berarti appa juga dong. Baru namanya adil. Appa juga kerjanya maen hape terus!!!"

Skakmat!

Kalau dipikir ada benarnya juga sih apa yang Sandeul bilang pada ayahnya barusan. Kalau kita menyuruh anak untuk tidak bermain gadget ya otomatis kita sebagai orang tua juga melakukan hal yang sama. Dan hanya menggunakan gadget seperlunya saja.

Jangan mentang-mentang kita sebagai orang tua juga bisa berbuat seenaknya. Justru kita harus selalu mencontohkan hal-hal yang baik pada anak-anak.

Baiklah mulai besok aku juga harus lebih memantau mereka. Serta juga lebih sering mengajak untuk bermain. Biar dirumah mereka ada kegiatan. Jadi tidak melulu nonton TV atau bermain gadget saja.

"APPA~~"

"Iya nuna~~~"

Masih aku pantau mereka berdua dari sini. Aku penasaran setelah dikomentari begitu, ayahnya anak-anak mau jawab apa.

"Iya deh iya. Appa yang salah. Oke handphonenya appa taruh ya. Appa berhenti main" Ujar ayahnya.

"Sudah yuk sudah. Sandeulie bobo siang saja ya. Appa temenin deh. Aigoo, itu kalau cemberut jelek ah. Kayak cumi-cumi"

"Tapi cumi-cumi enak!" Seru Sandeul yang masih kesal sama ayahnya. Lantaran disamakan dengan cumi-cumi.

"Iya enak" Ayahnya cuma bisa geleng-geleng kepala saja. Lantaran tidak tahu lagi harus menjawab apa lagi.

"Udah yuk bobo siang ya nuna"

Nah, benarkan apa yang aku bilang. Masalahnya sudah selesai sendiri. Anak-anak dan ayahnya sudah pada tidur. Sekarang waktunya aku istirahat juga. Bersantai sembari minum teh enak nih sepertinya.

.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20181211.13:54
.
.
.
See ya^^


Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang