Hari ini tuh rasanya lelah sekali. Mata rasanya juga sudah berat. Tapi sayangnya kami berdua belum bisa istirahat sampai si kembar benar-benar tidur.
Mengurus dua bocah aktif yang kena cacar air itu berat. Yang satu mengeluh pusing, matanya panas, badannya terasa linu dan pegal. Yang satunya merengek terus karena badannya gatal tapi tidak boleh digaruk. Belum lagi ketika mereka muntah. Karena tak mau minum obat. Pahit katanya. Padahal sudah diberi sirup rasa pisang.
Yah, namanya juga anak-anak. Kami berdua sih menikmati saja ketika mengurus mereka. Tapi masalahnya mata kami ini loh. Hanya tinggal lima watt lagi. Kalau saja si bungsu tidak merengek mau pipis. Mungkin aku sudah berkelana ke alam mimpi.
"Hoam" Karena sangking ngantuknya jadi tidak fokus kan jalannya.
"Appa jalan na jangan melem" Kata si bungsu padaku.
"Nde, appa bakal buka mata lebar-lebar" Rasa-rasanya aku seperti orang linglung ketika berkata seperti itu.
Selesai membantu si bungsu pipis. Kami pun kembali ke kamar. Di kasur, ibunya anak-anak sedang mengoleskan salep dengan cotton bud pada Sunghyun.
Aigoo lihat lah si gembul itu. Dia cuma pakai singlet dan celana dalam. Berbaring tengkurap di kasur dan sesekali bilang geli ketika ibunya mengolesi ruam cacar yang ada di punggungnya.
Sama nih seperti si bungsu. Untung saja neneknya anak-anak memberikan salep mujarab dari China yang bisa memudarkan bekas cacar. Jadi kami tidak perlu risau dengan bekasnya nanti. Oh iya, Sandeul tadi ikut neneknya. Dia terpaksa kami suruh mengungsi. Karena takut nanti akan tertular. Dan ketika melihat jam ini waktunya mereka berdua minum obat.
"Aigoo, ini yang paling sulit" Kalau si bungsu sih gampang. Dia mau minum obat tanpa drama.
Berbeda dengan Sunghyun yang kalau mau minum obat harus dengan drama dahulu. Yang nangis lah, yang muntah lah, pokoknya macam-macam. Dia punya cara untuk menolaknya.
"Pait pa~"
"Enggak kok nak. Manis kan rasa pisang loh ini sirupnya"
"Cuyun mau muntah, hoek!!"
Aigoo, tumpah semua kan jadinya. Kalau Sunghyun tidak mau minum bagaimana bisa sembuh. Padahal dia masih demam. Belum lagi masih merasa gatal.
"Minum lagi ya obatnya. Hyungnim kan pintar" Bujuk ibunya.
"Hiks, ndak mau umma. Pait. Cuyun ndak tuka" Hem, mulai deh pakai senjata andalannya. Yaitu air mata.
"Hyungnim kalau enggak mau minum obat gak bakal sembuh loh!" Ujarku padanya.
"Hiks, pait pa. Appa bita gak gantiin Cuyun aja yang minum obatna?"
Hah?
Apa katanya tadi?
Menggantikannya minum obat?
Aigoo, Sunghyun. Ya mana bisa nak. Kadang-kadang deh anak satu ini.
Hah....
.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20181101.08:43
.
.
.
See ya^^
…

KAMU SEDANG MEMBACA
Life (season 2)
FanfictionKisah lanjutan dari kehidupan Kyumin yang semakin matang menjadi orang tua dari ketiga bocah yang sudah tumbuh besar. Si cantik Sandeul yang makin centil sama Baro oppa dan si kembar yang makin aktif. Tingkahnya makin membuat orang tua mereka jadi t...