Nah kan! Apa umma bilang...

603 153 59
                                    

"Minghyunie jalannya pelan-pelan saja sayang. Tidak usah berlari seperti itu!"

Si bungsu kesayangan karena terlalu senang kita mau pergi ke rumah Nini hyungnya. Dia jadi auto semangat begitu. Maunya cepat-cepat saja.

'Bruk'

Aduh! Nah kan baru ibunya tadi bilang kalau harus hati-hati. Oh bungsu ku yang malang. Kasihan jadi jatuh kan karena tersandung karpet.

"Hiks umma~~~"

Uh, dia pun langsung menangis ketika sadar baru saja habis terjatuh. "Sini sayang sama umma" Aku pun memeriksa tubuhnya. Ada yang luka atau tidak.

"AWW! takit" Katanya.

Kasihan sikunya merah. Waduh, sepertinya ini akibat terbentur di lantai nih. Karena tadi pas jatuh Minghyun sempat menahan berat tubuhnya dengan siku. Untung saat ku periksa lukanya tidak apa-apa. Hanya luka ringan. Dikasih salep saja kalau ini mah.

"Takit~~" Minghyun masih mengaduh. Dan masih menangis.

"Uljimaa. Umma tiup ya. Sayaaang. Minghyunie sayang"

Mendengar si bungsu menangis sontak saja semua anggota keluarga berkumpul. Tadinya ayahnya anak-anak sudah ada di mobil bersama Sunghyun dan Sandeul.

"Minyunie kenapa!" Sunghyun langsung histeris. Perhatiannya langsung tertuju pada area siku si bungsu yang terlihat memerah.

"Jatoh yuung" Jawabnya masih sembari terisak.

"Aigoo, dantana. Minyunie tayaaaang~~ hush, hush, takit pelgi jauh-jauh" Katanya Sunghyun sembari meniupi area sikunya Minghyun.

"Kok Minghyun bisa jatoh sih. Pasti lari-lari ya tadi. " Ujar Sandeul.

"Iya lain kali tidak usah lari-lari. Apalagi didalam rumah. Uh, bungsunya appa kasihan. Sini appa kasih salep obat dulu ya"

"Aduh!" Minghyun mengaduh ketika ayahnya mengoleskan salep khusus luka.

"Gwancanha. Tidak perih kok. Biar nanti sembuh. Kan mau main ke rumah Nini hyung loh kita. Jadi tidak?" Ayahnya bertanya sembari pelan-pelan mengoleskan salepnya pada si bungsu.

"Jadi dong appa. Minyun kan tanen. Mau maen" Minghyun tampak meringis. Lalu menyandarkan kepalanya di bahu Sunghyun.

"Dantana~~ Minyunie tayaaaang" Kata si gembul yang tanpa henti menenangkan adiknya.

Aduh, aku boleh bahagia tidak sih? Bukan bahagia karena Minghyun yang terjatuh. Tapi bahagia karena melihat Sunghyun yang bersikap manis. Ini moment langka. Jarang-jarang kan dia begini.

Sampai ayahnya anak-anak memvideokan moment si kembar secara diam-diam.

"Masih sakit enggak Minghyun? Makanya jalannya pelan-pelan aja loh. Hati-hati" Celetuk Sandeul ditengah-tengah moment 'kemesraan' si kembar.

Ayahnya pun langsung mendengus seraya bergumam. "Ih, nuna ganggu aja deh"

"Udah ndak kayak tadi takitna una. Hiks" Minghyun menjawab dan kemudian dia menunduk. Mimik wajahnya menyesal sekali. Lalu si bungsu bilang begini,

"maap ya umma. Minyun tadi enggak dengel kata umma tih. Jatoh deh"  Ujarnya penuh penyesalan.

"Aih, kasihannya bungsunya umma"

"Gwancanha sayang. Tadi Minghyun jatuh karena kurang hati-hati. Lain kali kalau berjalan harus-"

"Pelan-pelan" Sambung si bungsu. Biarlah kejadian malam ini biar menjadi pelajaran juga untuk mereka bertiga agar  lebih berhati-hati. Serta harus mendengarkan apa kata orang tua.

"Sudah yuk! Minghyunie masih merasa sakit nak?" Tanya ayahnya sembari memasukkan ponselnya di kantong.

"Udah enggak. Tapi matih cekit-cekit" jawabnya.

Aduh, nak. Ibunya ini tertawa loh. Cekit-cekit itu gimana sih? Ada-ada saja nih Minghyun.

"Yaudah yuk! Berangkat kita ke rumah Nini dan Taetae hyung..." Ajak ayah mereka.

"Ndeeeee" dan serempak mereka menjawab dengan kompak.

.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20181211 19:10
.
.
.
See ya^^





Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang