Bang

542 165 82
                                    

"APPA TEMBAK. BAAANG!"

"Aaaghhhh" Ayahnya yang kena tembak langsung pura-pura mati. Menjatuhkan dirinya di karpet.

"Fuuhh" Si bungsu sang pelaku penembakan itu pun terlihat meniup moncong pistol mainan miliknya. Yang dimana gerakan tersebut ditirunya dari film kartun koboi di tv.
Lalu dengan langkah kaki pendeknya si bungsu itu tampak mengendap-ngendap. Berjalan menuju pantry dapur. Ke tempat dimana ibunya sedang membuat kudapan untuk nanti sore.

"Umma tembak!"

"BAAAANG!"

"AAAAGGGH!" Sama seperti ayahnya. Respon yang pertama yang ibunya lakukan adalah berteriak. Memegang perutnya dan pura-pura kesakitan.

"Fuh" Minghyun meniup ujung pistol mainanya lagi. Dan kemudian memasukkan pistol mainannya tersebut ke dalam saku celana. Lalu pergi ke tempat dua saudaranya yang lain.

"Hahahahahahaha"

Setelah si bungsu itu pergi baru deh, ayah dan ibunya sama-sama tertawa. Karena tingkahnya barusan. Astaga, si bungsu kesayangan itu tampaknya amat senang dengan mainan barunya saat ini.

Setiap orang yang dilihatnya pasti akan Minghyun tembak.

"Yuuung tembak!"

Nah kan. Baru dibilang. Dan Sunghyun jadi korbannya Minghyun yang ketiga.

"Yuung jatoh dong!" Terdengar suara si bungsu yang protes. Lantaran kakak kembarnya tak bisa diajak bermain. Harusnya setelah Minghyun tembak. Minimal kakaknya itu pura-pura kesakitan. Tapi ini malah anteng saja duduk sambil memilin plastisin.

Orang tuanya yang penasaran pun diam-diam mengintip si kembar dari balik tembok. Sembari sesekali tertawa. Dan penasaran menunggu jawaban dari Sunghyun.

"Enggak ah. Cuyun malet ditembak!" Jawab si gembul itu dengan muka datar.

"Uh, Yuung mah gak atik!" Minghyun cemberut dan bilang kalau hyungnya itu tidak asik.

"Bialin wleee" Tapi Sunghyun malah ngeledek. Lalu fokus lagi dengan plastisin di meja.

"Ih, Yuung!" Minghyun gemas lalu menodongkan pistol mainan itu lagi ke arah Sunghyun.

"Yuung tembak nih, tembak nih..Baaang, baaang, baaang!"

Tapi Sunghyun cuek-cuek saja.

Minghyun makin cemberut lalu menyerah. Percuma saja deh mengajak kakaknya itu bermain kalau dirinya lagi asik sendiri.

"Uh, yuung gembul" Kata Minghyun.
"Pfft!" Dan dari balik tembok ayah dan ibu mereka sampai merasa sakit perut karena menahan tawa.

"Minyun" Sunghyun menggeram. Dia paling tidak suka dibilang gembul. Sekalipun itu Minghyun yang bilang.

"Pendek wleee"

Nah loh, sekarang dua bocah kembar itu malah saling mengejek. Aduh! Orang tuanya harus cepat melerai mereka berdua ini. Karena kalau tidak bisa repot.

"STOOOP"

Namun langkah kaki kedua orang tuanya terhenti ketika lebih dulu dilangkahi oleh Sandeul yang melerai.

"Sesama saudara itu tidak boleh saling ejek loh!" Ujar Sandeul sembari berkacak pinggang. Memelototi mereka berdua satu-persatu.

"Minyun duluwan una. Bilangin Cuyun gembul" Ujar Sunghyun.

"Ya abit, Yuung na gak mau ketembak. Malah maen tendili. Huh!" Minghyun protes. Ngomong-ngomong si bungsu tidak tersinggung ketika Sunghyun bilang pendek. Karena memang Minghyun belum tumbuh tinggi. Tidak usah marah kalau itu kenyataan.

Namun beda dengan Sunghyun. Dia rada sensi jika dibilang gembul. Lantaran kesal. Karena kata pamannya kalau dia gembul nanti mau di gelundungin pamannya dari atas. Padahal pamannya cuma bercanda. Tapi Sunghyun anggap serius. Dia tidak mau digelundungin. Dia kan anak kecil. Bukan ban bekas.

"Yasudah loh! Kenapa pada saling teriak" Seru Sandeul lagi. Lalu si cantik itu menghela napas.

"Sunghyunie kan kakaknya Minghyun. Wajar dong kalau Minghyunie mau ajak main. Orang tinggal pura-pura ditembak aja kok susah" Ujar Sandeul.

"Terus Minghyunie. Enggak baik bilangin kakaknya gembul. Sunghyunie kan bukan gembul. Tapi empuk badannya. Daging sama lemaknya banyak."

???

Mendengar ucapan Sandeul lantas membuat orang tuanya yang masih di balik tembok pun saling melirik. Saling bertanya-tanya. Apa sih maksud dari kalimat Sandeul itu?

Ah, tak penting apa maksudnya. Yang penting karena Sandeul si kembar tidak bertengkar lagi. Orang tuanya pun bisa tenang. Dan kembali ke perkerjaan mereka sebelumnya. Ibunya membuat kudapan di dapur. Dan ayahnya beristirahat. Maklum masih lelah. Baru pulang bekerja.

"Udah ah, jangan pada berantem main lagi yang akur. Nuna mau nonton tv nih. Acaranya baru mulai. Awas ya jangan pada berisik!"

Sekarang gantian si kembar yang menghela napas setelah mendengar ucapan nuna mereka. Sandeul itu kalau judesnya kumat ya begitu. Tapi yang barusan dibilang kalau sesama harus akur juga benar.

"Yuuung" panggil si bungsu dengan bisik-bisik. Takut kalau pakai suara keras nanti nuna mereka terganggu lagi. Terus mereka dimarahi.

"Maen di lual aja yok!" Ajak Minghyun.

"Ayok" Sunghyun lantas mengangguk lalu meninggalkan plastisin miliknya yang sudah pada gepeng dan melekat di meja.

Dan si kembar yang tadinya sempat bertengkar itu kini jadi akrab kembali. Mereka juga tampak bermain bersama di halaman belakang rumah.

"Yuuung tembak!"

"Aaaghhh"

"Minyunie tembak. Baaaang"

"Aaahhggg"

Pada lagi asik main tembak-tembakan.

.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20181021.14:45
.
.
.
a/n: Maklum ya belakangan ini aku lagi kurang kerjaan. Jadi updatenya kayak minum obat. Sehari bisa tiga kali. Semoga kalian enggak gumoh atau overdosis ya.
.
.
.
See ya^^




Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang