Evening Story

606 157 139
                                    

"Bukan dititu appa. Ditana loh!"

Si boss kecil lagi jadi mandor ceritanya. Sore ini Minghyun dan Sunghyun mengajak ayahnya untuk membuat miniatur jalur kereta dari lego.

Pinggang ayahnya sampai encok tuh. Gara-gara jongkok melulu. Habisnya dia marahi terus oleh sang mandor cilik aka Cho Sunghyun.

Sementara asisten si boss kecil, yaitu Minghyun sedang asik duduk dekat mereka sembari ia menyusun lego hingga membuat sebuag miniatur kereta. Dan tentu saja dia tidak sendiri. Minghyun di bantu Sandeul beserta ibunya untuk merakit kereta tersebut.

"Aduh! Appa mundul ke kili. Ya ampun. Nah kan gak lulut kan lel nya. Di tebelah titu kan ada bukit"

Entah ngomong apa Sunghyun barusan. Yang jelas ayahnya cuma mengangguk dan bilang "iya, iya" saja.

"Kayak gini Hyung?" Tanya ayahnya ketika replika rel kereta api tersebut sudah selesai dirakit.

"Hem" Sunghyun yang tadinya berkacak pinggang. Memandori ayahnya. Kini dia ganti posisi dengan tangan yang diletakkan di dagu. Si gembul itu mundur selangkah. Lalu maju tiga langkah. Kemudian mundur lagi dua langkah. Berjongkok, lalu melihat penampakan rel nya dari posisi itu.

"Kayakna kulang lapih deh. Appa coba pindahin yang tebelah titu ke tini"

Dari tadi tuh ayahnya bingung, Sunghyun tuh ngomong apa. Titu, tana, titu, tini. Haduh! Maunya di sebelah mana sih nyusun rel nya Hyung.

"Begini?" Tanya ayahnya setelah selesai melakukan apa yang Sunghyun mau.

"Hem..." Sunghyun tampak berpikir lagi. Keningnya ia tautkan. Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan. Lalu memberikan dua jempol untuk ayahnya.

"Appa gud" Katanya memuji.

"Fiuh" Ayahnya elap keringat. Lalu bangkit berdiri seraya merenggangkan ototnya yang kaku.

Rel kereta nya sudah selesai dirakit. Kini giliran melihat apakah kereta api nya sudah jadi atau belum. Namun ternyata pada saat Sunghyun menghampiri ibu, nuna, dan adiknya. Kereta apinya masih belum selesai.

Melihat hal tersebut lalu dengan seenak jidat. Si boss kecil itu bilang, "Loh kok belom teletai. Kan keletana mau jalan. Lel na udah teletai loh"

Huh, si gembul mah protes melulu. Tahunya beres.

"Yaudah yuung ayok bantuin!" pinta Minghyun yang sedang  berusah menyambung badan kereta.

"Iya nih. Sunghyunie mah bantuin enggak protes iya" Sambung Sandeul.

"Ih, enggak loh. Kan Cuyun dah buwat lel na. Buwat jalan keleta wlee"

"Ih, orang appa yang bikinin. Sunghyun mah dari tadi nyuruh-nyuruh aja"  Sandeul menyangkal.

"Yakan Cuyun jadi botna. Wleee"

"Aigoo sudah sudah. Tidak baik bertengkar. Semuanya sama-sama membantu kok untuk bikin kereta nya" Lerai ibu mereka.

"Yup betul!" Kini giliran ayah mereka yang bicara. Setelah di rasa cukup dengan perenggangan ototnya. Ia kembali duduk dengan semuanya.

"Hyung sini sayang. Sekarang gantian bantu appa untuk menyambung gerbong keretanya ya!" Ajak sang ayah. Dan beruntung Sunghyun mau menurut tanpa banyak kompromi.

"Uwah, uri Minghyunie Keren!" Ayahnya memuji Minghyun yang sudah berusaha keras sekuat tenaga untuk menyusun lego tersebut untuk menjadi sebuah gerbong kereta.

"Uwah, nuna juga tidak kalah keren. Jago deh!" Sandeul pun tak luput dari pujian ayahnya.

"Cuyun juga kelen kok appa" Cicit Sunghyun yang mau di puji juga. Biasa problema anak kecil. Harus adil dalam perkara apapun. Termasuk memberikan pujian.

"Iya dong. Sunghyunie juga keren loh. Kan tadi kita berdua sama-sama bikin rel yang bagus ya nak. Tuh lihat. Uwah!" ayahnya mengacungkan jempolnya untuk ketiga buah hatinya tersebut.

"Aigoo, jadi cuma kalian saja nih... Buat umma mana? Umma keren juga dong" Ibunya pun tak mau kalah. "Yang bilang umma keren nanti bakal dapet roti bakar keju yang umami~"

Mendengar sogokan itu maka langsung saja ketiga krucil beserta ayahnya pun kompak bilang kalau ibunya keren. Demi roti bakar yang umami. Hehehe. Bercanda kok. Tentu saja agar ibunya senang.

"Nah ayo selesaikan bersama-sama. Tidak baik bertengkar seperti tadi. Semuanya bekerja!" Seru ibunya pada mereka semua. Lalu pergi ke dapur untuk membuatkan kudapan yang sudah di janjikan.

Kalau melihat ketiga nya akur begini kan enak. Ayah dan ibunya juga senang.

"Anak-anak" Panggil ayahnya.

"Ingat ya, sesama saudara harus selalu akur. Tidak baik bertengkar atau pun eyel-eyelan pendapat. Kalau ada perbedaan sebaiknya diskusikan bersama. Ingat ya harus saling menyayangi. Dan kalau ada saudara yang butuh bantuan harus saling membantu. Arachi"

Mendengar nasehat ayahnya pun membuat ketiganya kompak mengangguk.

"Pintar! Baiklah, ayo kita bikin kereta nya sama-sama. Supaya cepat selesai!"

"Ndeee appa" Koor ketiganya kompak.

.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20181006.18:00
.
.
.
See ya^^


Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang