Friday night

627 167 170
                                    

Sore ini tidak biasanya si cantik Sandeul mendengarkan radio. Biasanya kalau sore hari seperti ini dia nonton tv sembari menunggu makan malam. Maka dari itu ayahnya jadi heran.

"Tumben nuna nyetel radio. Enggak nonton princess Sophie?" Tanya ayahnya yang baru selesai mandi. Biasanya kan jam setengah enam Sandeul nonton TV.

"Enggak, libur dulu" Jawabnya sembari fokus mendekatkan telinganya ke radio. Sandeul kalau begini mirip seperti anak tahun antara delapan dan sembilan puluhan deh. Yang jika mendengarkan radio sampai begitu.

"Aigoo, serius sekali sih nak. Memangnya Sandeul mau mendengarkan apa di radio? Boyband kesukaanya nuna mau cameback?" Tanya ayahnya.

"Ih, appa mah norak. Ngapain juga Sandeul dengerinnya di radio yang enggak bisa shownya. Kan bisa langsung lewat tipi atau yutub" Jawab Sandeul.

"Lah? Itu buktinya nuna ngapain daritadi nyetel radio. Sudah gitu sampai serius sekali kelihatannya."

"Sandeul itu bukan mau dengerin lagunya boyben loh appa. Tapi Sandeul lagi nungguin penyiar radionya bacaain ceritanya Baro oppa" Ujarnya lagi.

Nah, mendengar perkataan Sandeul barusan semakin membuat ayah tiga anak itu bertambah bingung. Mau mendengarkan cerita karangannya Baro katanya.

"Loh memang Baro kirim cerita ke radio?" Tanya ayahnya.

Uh! Sandeul tampak menghembuskan napasnya sebelum menjawab pertanyaan ayahnya lagi. Lama-lama kesal nih soalnya ayahnya banyak tanya. Sandeul kan jadi tidak fokus mendengarkan radio jadinya.

"Ih, iyaloh appa--"

"Hem, mulai, mulai... Nuna kalau bicara sama orang yang lebih tua tidak boleh judes ya nadanya. Eh, itu bibirnya kenapa dimanyun-manyuni. Aigoo, nuna jelek loh kalau begitu"

"Ish!" Sandeul sebal deh sama ayahnya. Tapi walaupun sebal dia nurut deh sama ayahnya. Kalau bicara sama orang tua tidak boleh judes. Dan harus selalu senyum.

"Nah kalau senyum kan cantiknya appa tambah cantik" Ujar ayahnya lalu mengusak rambut Sandeul. "Nah sekarang lanjutin, kok bisa Baro kirim cerita ke radio?"

Dan Sandeul pun be like 'Hufft! tanya lagi...'

"Iya appa. Jadi tuh Baro oppa eh, sama anak-anak kelas enam dapat tugas sastra. Kata guru Do mereka disuruh bikin cerita pendek. Nah terus ceritanya di kirim ke radio." Jawab Sandeul.

Lalu ayahnya pun baru mengangguk mengerti. Lagian juga itu gurunya Baro kurang kerjaan sekali sih. Sampai suruh anak muridnya kirim cerita ke radio. Membuat ayah tiga anak itu sampai geleng kepala saja.

Padahal tidak sadar kalau dahulu ketika dirinya muda. Ayahnya Sandeul juga pernah tuh mengirim sesuatu ke radio. Kirim-kirim salam.

'Baiklah cerita selanjutnya kiriman dari Kim Baro dari SM Elementary School.  Wah, tampaknya kita harus siap-siap tissue banyak nih. Karena ceritanya dari adik Baro sedih nih. Baiklah, tanpa menunggu lama. Selamat mendengarkan.'

"Eh, mulai, mulai!" Sandeul pun langsung memperbaiki posisi duduknya. Ketika sang penyiar radio mulai membacakan ceritanya.

Ayahnya pun jadi penasaran. Mau dengar juga sesedih apa sih cerita yang dibuat oleh Baro. Hem, jadi penasaran. Maka ayahnya pun duduk di samping Sandeul.

.
.
.

Perkenalkan namaku adalah Kim Jungwoon. Usiaku adalah sepuluh tahun. Sedari kecil aku tidak memiliki teman. Lantaran diriku yang terlalu pemalu. Sampai suatu ketika disaat ulang tahunku yang kesebelas, ayah memberikanku sebuah kado. Berupa seekor anak anjing.

Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang