Bermain games

636 175 61
                                    

Baru juga diberesin tapi sekarang sudah berantakan lagi. Rumah ini rasanya tidak pernah rapih. Apalagi kalau anak-anak belum pada tidur. Sudah deh seperti kapal pecah wujudnya ini rumah.

Baru selesai ngepel, baru juga mau duduk. Eh, lantainya sudah kotor lagi. Yang kena susunya Minghyun yang tumpah lah. Jejak kakinya Sunghyun yang kotor lah. Aduh, anak satu itu suka sekali main kotor-kotoran di luar.

Sudah begitu juga itu sofa sama meja tidak pernah tidak ada bungkus snack atau alat-alat sekolahnya Sandeul yang berantakan.

Pulang sekolah, jaketnya ditaruh 'bruk' begitu saja di sofa. Tasnya, 'bruk' di lempar ke meja. Habis makan snack bekasnya dibiarkan disana. Aduh, itu anak gadis tapi jorok ih... Padahal sudah aku bilangin berkali-kali. Tapi ya tetap lupa.

Apalagi hari ini nih. Niatnya habis beberes rumah mau suruh anak-anak buat tidur siang. Lah, baru ditinggal keluar untuk buang sampah sebentar. Ini ruangan berubah lagi seperti kapal pecah.

Belum lagi Sandeul dan si kembar lagi pada nari-nari. Setel musik lagu anak-anak kuat-kuat. Biasa lagi show mereka. Tapi ya haduh...

"Capek nih umma nak..."

Anak-anak kerjanya bikin rumah berantakan terus deh. Tapi sabar, sabar. Aku tidak boleh marah. Lagipula kalau rumahnya berantakan kan bisa diberesi lagi.

Yang penting anak-anak sehat. Dan bermain dengan riang gembira. Syukur, syukur... Rumah juga bisa jadi lebih hidup. Ketimbang sepi. Kan tidak enak.

Duh, jadi ingat ketika Sandeul atau si kembar yang sakit. Suasana rumah juga jadi ikutan suram kan. Meskipun rumahnya jadi rapih. Tapi kalau tidak ada suara canda tawa anak-anak buat apa?

Makanya itu aku bersyukur meskipun rumah berantakan. Yang penting mereka bertiga sehat. Toh ya nanti, aku bisa mengajari lagi mereka bertiga untuk lebih disiplin lagi. Untuk dapat merapihkan mainannya sendiri.

"Anak-anak!"

"Shownya sudah selesai? Uwah, nuna nyanyinya bagus deh. Suaranya oke. Adik-adik juga. Sudah pintar menari. Yah meskipun si hyungnim masih kayak robot ya narinya..."

Ujarku mengomentari gerakan Sunghyun yang mirip seperti robot. Tapi dia bilang memang itu tarian robot. Astaga, bisa saja ya ngelesnya.

"Ih, umma Cuyun kan nalina kayak tobot."

"Oh begitu yah?"

"Iyah" Jawab Sunghyun sembari mengangguk.

Si gembul kesayanganku itu memang bisa dikatakan payah sih dalam urusan menari. Beda nih seperti si bungsu yang kalau menari. Uh, pintar sekali loh.

"Oh, iya bobo siang yuk" Ajakku pada mereka bertiga.

"GAMAOOOO"

Aduh, kenapa pada jawab kompakan begini? Kok tidak mau sih nak...

"Matih mau maen umma" Jawab si bungsu.

"Iya, mau maen dem" Sahut Sunghyun.

"Hooh" Sandeul mengangguk.

"Game? Bobo siang dulu baru main game lagi--"

"GAMAOOO" Mereka menolak lagi nih. Jawabannya serempak.

Yasudah deh kalau tidak pada mau tidur siang. "Kita main game aja ya. Yang menang dapat hadiah." Aku pun mengajak mereka main. Lantaran terpikir suatu cara agar mereka bertiga mau lebih disiplin dalam membereskan mainannya.

"MAUUUUU" kalau dengar kata game saja mereka langsung mau. Apalagi kalau ada hadiahnya.

"Gamenya adalah lomba siapa yang cepat bisa memasukkan lego-lego yang disana itu ke dalam box, nanti pemenangnya umma kasih hadiah puding coklat"

Mendengar kata coklat si gembul semangat. Dia langsung ambil ancang-ancang buat membereskan mainannya sendiri.

"Eh, tidak boleh berebut. Umma hitung sampai tiga baru mulai ya. Satu, dua, tiga!"

Hap, hap, hap. Anak-anak langsung bersaing. Berusaha untuk membereskan lego-lego yang berserakan di lantai. Untuk dimasukkan ke dalam box.

"Yeay, yeay Sandeul menang!"

Seperti biasa ada yang jealous nih. Nunanya menang. Haha, tapi tenang ya Sunghyunie. Masih ada lomba kedua kok. Lombanya adalah membuat bungkus snack di kotak sampah.

"Oke go go go!!!"

Aduh, si bungsu lucu sekali. Ketika mencoba menyusul kedua kakaknya berlari. Maklum ya. Si bungsu ini yang paling unyil nih... jadi langkahnya belum terlalu lebar.

"Wleee, Cuyun duluwan wleee. Una kalah hahahaha"

"Enggak papa wlee, kan tadi nuna udah menang wleeee"

Dasar memang kelakuan mereka berdua itu. Aigoo, "Minghyunienya umma jangan sedih dong. Kan masih ada satu game lagi"

"Matih ada ya umma" Pekik si bungsu yang kembali bersemangat.

"Apa, apa?" Tanya Sandeul dan Sunghyun yang juga antusias.

"Hmmm, gamenya adalah siapa yang nurut sama umma buat tidur siang. Dia pemenangnya"

"Ahhhhh" Sunghyun cemberut. Begitupun Sandeul. "Enggak mau tidur siang umma. Masih mau main"

"Minyun mau, Minyun mau bobo tiang"

"Jinjja! Ya berarti uri Minghyunie yang menang. Uwah selamat" Ujarku memujinya.

"Yah, kalau gini seri dong. Kalau kita bertiga menang yang dapat puding coklat siapa?" Tanya Sandeul.

Padahal niatnya aku mau bilang kalau akan membagi puding coklatnya dengan rata. Tapi belum juga bilang, tiba-tiba aku mendengar suara ayahnya anak-anak. Loh, sudah pulang? Tumben. Lalu ayahnya anak-anak berkata,

"Yang dapat puding coklat yang meluk appa duluan" Katanya.

Sudah deh langsung tiga krucil itu berlari menghampiri ayahnya yang sudah membuka lengannya lebar-lebar. Bersiap mau memeluk mereka bertiga.

Eh, belum juga sampai dipeluk ayah mereka. Tiba-tiba ada ibu mertuaku muncul. Eh, ada halmonie datang. Uwah, anak-anak pasti senang nih. Lalu beliau pun berkata, "Yang peluk halmonie duluan nanti dapat hadiah. Ada coklat, cake, mainan... Aigoo, cucunya halmonie"

"UMMAA~~" Ayahnya anak-anak lantas langsung cemberut. Benar-benar tak sadar usia deh terkadang. Aigoo, suamiku yang tampan. Aigooo, ckckck. Tapi akunya sayang.

Hahahaha, ayahnya anak-anak kesal tuh. Karena diserobot ibunya. Jadi gagal mau dapat pelukan mereka bertiga. Aigoo, aigoo. Ada-ada saja.

.
.
.
Fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20183011.18:23
.
.
.
A/n: Kalau melihat anak bikin rumah berantakan? Syukuri saja. Bersyukur rumahnya jadi lebih hidup. Bersyukur itu tandanya anak sehat. Coba ingat kalau anak sakit. Ketika dia tergolek lemah di kasur atau bahkan sampai di Rumah sakit. Aduh kasihan :(
Kalau begitu mending rumah rapi atau berantakan?

Yang jelas penuhi dulu hati kita dengan rasa syukur. Lalu ajak anak merapihkan mainannya sendiri. Bisa diakali dengan main games. Tapi kalau anaknya tidak mau? Ya tidak apa-apa. Tidak usah dipaksa. Cukup contoh kan lagi kalau habis main nanti mainnya ditaruh ditempatnya lagi. Sabar, sabar... :)
.
.
.
See ya^^

Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang