Little Hero

584 146 133
                                    

Sunghyun kaget ketika mendapati adik kembarnya menangis, menghampiri dirinya yang sedang berebut 'wilayah kekuasaan' di bak pasir dengan Kimbum. Dua bocah tengil itu memang suka bersaing dalam hal apa saja. Seperti berebut tempat untuk membuat istana pasir.

"Minyun kenapa?" Tanya si gembul Sunghyun. Sejenak dia melupakan persaingannya dengan Kimbum. Dan meninggalkan Kimbum menguasai wilayahnya.

"Yuung" Si bungsu itu lantas langsung memanggil kakaknya tersebut sembari berlinangan air mata.

"Tapa Yang buwat Minyun nanit! Jawab!" Seru Sunghyun berkacak pinggang. Wajahnya menatap geram pada tiga orang anak yang mengekor di belakang Minghyun.

"Hiks" Si bungsu kesayangan terisak lagi. Sunghyun jadi makin cemas. Lalu memelototi tiga anak di belakang Minghyun. Sehingga membuat mereka ketakutan.

"Eh, jangan galak-galak dong Sunghyun. Kata ibu guru anak kecil tidak boleh galak. Harus senyum" Itu Jimin yang bilang. Salah satu anak yang berada di belakang Minghyun. Lalu ucapannyn barusan langsung diamini oleh kedua kawannya yang lain.

Bocah lelaki berpipi tembam itu memberanikan dirinya. Untuk bilang kalau Sunghyun salah sangka. "Minghyun nangis bukan karena kami. Tapi itu, itu..." Jimin menunjuk tangan Minghyun.

"Hiks" Minghyun terisak lagi, lalu menunjukkan kepada Sunghyun apa yang tersembunyi di balik tangannya.

"Huwee Yuuung, katihan...." Minghyun semakin menangis kejar.

Awalnya Sunghyun pikir adiknya menangis karena dijahili mereka bertiga. Namun sebenarnya Minghyun menangis karena tak tega melihat ada anak burung yang jatuh dari pohon.

Untung ketika anak burungnya jatuh, tepat diatas pahanya Minghyun. Ketika dia sedang duduk makan roti di bawah pohon. Jadi anak burungnya tidak terluka. Dan tiga bocah itu bermaksud mengantarkan Minghyun untuk menemuinya.

Duh, Sunghyun jadi tak enak pada tiga anak yang dibelakang Minghyun itu. Seperti yang selalu ayahnya ajarkan. Kalau kita punya salah atau khilaf. Harus segera meminta maaf. Maka Sunghyun pun langsung bilang, "maap ya. Tadi. Cuyun emoti. Jadi talah deh." kepada mereka bertiga.

"Iya, gwancanha" Cicit bocah yang akrab disapa Jin. Meskipun masih agak takut pada Sunghyun yang terkenal sebagai preman sekolah. Jin tahu jika kakak kembarnya Minghyun itu baik juga anaknya. Begitu pun dengan dua kawannya yang lain, yaitu Jimin dan Jungkook. Mereka berdua juga menerima permintaan maaf dari Sunghyun.

"Hiks, Yuung" Minghyun merengek lagi. Bertanya bagaimana caranya agar burung kecil tersebut bisa kembali ke sarangnya. Agar bisa berkumpul dengan induknya lagi.

"Dantana Minyunie. Dantana~~" Ujar Sunghyun lalu menepuk bahu adiknya. "Yuk kita antel cuit-cuit na puwang"

Cho Sunghyun, usianya bahkan mau menanjak lima tahun. Tapi untuk beberapa pelafalan nama-nama hewan. Bocah gembul itu masih saja salah. Dia masih menyebut burung sebagai cuit-cuit.

"Hiks, ayok" Minghyun tampaknya masih bersedih. Si bungsu itu baru bisa tenang ketika burung kecil tersebut sudah kembali lagi ke sarangnya.

Namun, mereka punya masalah. Sarang burung kecil tersebut berada diatas dahan pohon yang tinggi. Bagaimana mereka bisa mengembalikan anak burung ke sarang?

"Huft, gimana nih?" Jungkook bertanya. Wajahnya terlihat bingung. Dengan kening yang saling bertaut. Sementara Jimin dan Jin cuma merespon dengan mengendikkan bahu mereka.

"Molla" Mereka berdua pun tak tahu.

Si bungsu Minghyun masih terisak. Sesekali berbicara pada si anak burung. Yang seakan-akan dapat mengerti maksudnya. "Dantana bulung kecil. Pati bita puwang kok nanti. Tabal ya" Ujarnya.

Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang