Si bungsu yang lapar

525 158 59
                                    

Belum waktunya makan siang si bungsu sudah lapar saja. Dia pun celingak-celinguk ke sekeliling penjuru kelas. Semua kawan-kawan serta hyungnya sedang fokus belajar. Belajar menulis angka.

"Huufft!" Minghyun kurang suka dengan angka. Dia lebih suka pensil warna dan kertas gambar.

'Kruyuuuk'

Perutnya berbunyi lagi. Dia lapar. Sampai rasanya tubuhnya jadi lemas.

"Kenapa Minyunie?" Tanya Sunghyun yang sadar akan gerak-gerik aneh sang adik.

"Lapel yuung" Jawab si bungsu sembari menidurkan kepalanya di meja. Menindih buku tentang berhitung dan menulis angka miliknya di meja.

Melihat adiknya lemas begitu membuat Sunghyun tak tega. Lantas dengan diam-diam si gembul itu mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah permen empuk rasa coklat.

Pelan-pelan, Sunghyun membuka bungkusnya agar tidak ketahuan ibu guru dan lainnya. Lalu setelah terkupas. Sunghyun kantongi lagi bungkusnya di saku celana.

"Minyunie maem ini dulu ya. Bental lagi kita maem" Ujarnya lalu menyuapkan permen tersebut ke mulut sang adik. Lalu mengusap kepalanya Minghyun. Baru setelah itu dia sibuk lagi. Lanjut belajar.

"Umami ya yuung pelmen na manit" ujarnya.  Minghyun tersenyum. Lantaran permennya terasa enak dan manis. Lumayan buat sekedar kunyah-kunyah. Sembari menunggu jam makan siang.

"Uh, lapel. Tabal ya ndut na Minyun" Yang sabar ya perut ndutnya Minghyun.

.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20181022.11:33
.
.
.
See ya^^

Life (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang