"Gigit muk~"

7.9K 951 155
                                    

"Jeno? Ada tuh lagi nonton tv. Mau diajak ngapain anaknya tante?"

"Main nte, ke gang sebelah, lagi di tutup soalnya."

"Jauhnya,"

"Mark bonceng kok nte~ Sepedanya kak Dahyun kemarin ketinggalan, jadi Mark pinjem hehe~"

"Ohh," Doyoung mengangguk paham. Kemarin memang sepupunya Mark itu datang penuh kehebohan. "Kuat kan tapi kamu gonceng Jeno?"

"Kuat kok nte, Mark kan udah kelas 2~"

"Jam 12 pulang ya~ Ayahnya pulang siang soalnya."

"Iya nte~"

"Yaudah, panggil sana anaknya. Hati-hati ya, eh bentar," Doyoung lalu merogoh saku celananya, "nih uang buat jaga-jaga anak tante rewel, sama kamu juga kalo mau beli jajan."

"Makasih nte~"

.

"Makli~ Kapan campe~" Jeno yang di bonceng Mark di belakang sudah mencoba beberapa kali untuk mengangkat pantatnya. Ayolah, goncengan besi ini menyiksa pantat bulat Jeno. Apalagi jalan yang mereka lewati selalu ada polisi tidur.

"Bentar, habis ini belok terus sampe."

"Hum~ Pantat Noie cakit~"

Mark tak menghiraukan rengekan tetangganya ini. Ia hanya mengayuh semakin cepat agar mereka segera sampai ke tujuan dan Jeno tak lagi tersiksa dengan goncengannya.

Akan tetapi, kecepatan yang kencang itu akan sangat merugikan ketika mereka melewati polisi tidur. Dan Jeno merasakan itu sekarang. 

Sepeda yang mereka tunggangi melompat lumayan tinggi karena Mark tidak mengerem sepeda. Spontan saja Jeno yang takut jatuh langsung memeluk orang didepannya. Dan ketika si sepeda kembali menapaki tanah, kesengsaraan bayi Jung semakin menjadi.

"AUH! MAKLI!"

"Sori sori~!"

"TULUN!" Protes Jeno sambil memukul-mukul punggung Mark.

Mau tak mau Mark pun berhenti.

Dengan nafas memburu Jeno langsung turun dari sepeda Dahyun. "Noie jalan!"

Setelah itu, Jeno langsung meninggalkan Mark yang masih terdiam di sepeda pink itu. Jeno lebih baik jalan dari pada pantatnya sakit karena boncengan besi.

"Huh! Rewel!" Gerutu Mark melihat Jeno yang semakin jauh di depan.

Sedikit kesal Mark pun turun dan menuntun sepedanya. Ia tau kalau semisal Jeno tau ia tak ikut turun, bayi Jung itu akan semakin marah dengannya.

Sesampainya mereka disana, Mark langsung membawa Jeno ke teman-temannya berkumpul.

.

Setelah berdiskusi akan bermain apa, akhirnya Jihoon si bocah bulat itu menyarankan untuk bermain petak umpet karena jumlah anaknya banyak. Dan hampir semua anak menyetujuinya.

"Jeno pupuk bawang berarti." Ujar Xiaojun ketika mereka hendak hompimpah. Dari anak-anak yang ada hanya Jeno yang paling muda dan keliatan tak mengerti apa-apa. Jadi Xiaojun pikir kalau Jeno yang jaga nanti permainan tak akan berjalan dan malah menangis.

Dan Jeno yang mendengar namanya dan bawang tersebut alisnya langsung bertaut. "Noie ndak cuka itu~"

"Hadeh~ Bukan bawang beneran. Mark kasih tau Mark!" Soyeon yang dasarnya tak sabaran langsung melempar ke Mark.

"Jeno, itu artinya Jeno nggak bisa jadi-" Mark terdiam karena Jeno menatapnya penuh tanda tanya, "tau dah pokoknya ikut aku aja!" Mata Mark beralih pada teman-temannya, "yuk hompimpah!"

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang