"Cepuluh!"

5.1K 793 51
                                    

"Gimana Jeno dek?"

"Udah nggak bengkak ma~ Burungnya juga nggak merah, terus ini abis dikontrol juga."

"Syukur deh kalo gitu."

"Ehm ma~ Aku kayaknya nggak bisa ngajak Jeno ke rumah mama."

"Nggak papa loh~ Adek tenang aja, nanti papa sama Mama yang ke Surabaya."

"Maaf~"

"Apaan sih? Nanti mama yang bakal pukul kepalanya Donghae pas ketemu! Enak aja main nyunatin Jeno kayak gini."

"Mama itu papanya Jaehyun~"

"Mama tau perasaanmu. Tenang, nanti masalah itu mama sama papa yang urus."

Doyoung terdiam sejenak, "Ma, t-tapi jangan kenceng-kenceng ya?"

"Orang kayak Donghae itu harus yang paling kenceng dek!"

"M-ma-"

"Udah! Diem aja kamu!"

.

Selesai bertukar kabar dengan sang mama, Doyoung bergegas menghampiri Jeno di depan rumah. Seingatnya tadi Jaehyun mengajak Jeno duduk-duduk di luar cari angin. Tapi sepertinya sang suami pergi ke kamar mandi untuk urusan alam.

Sementara itu Jeno yang duduk di teras mendengar suara yang sangat familiar.

Tek

Tek

Tek tek

Suara itu semakin mendekat.

"Nasi goreng~"

"Nasi goreng~"

Naci guleng! Jeno sedikit berhati-hati turun dari kursi dan berjalan ke arah gerbang.

"Beli beli! Noie beli!" Teriak Jeno saat sebuah gerobak nasi goreng hendak melewatinya.

Si penjual yang biasa dipanggil Pak Iko pun memberhentikan gerobaknya.

"Beli berapa nak?"

"Cepuluh! Ndak pidas!"

Iko sempat tercengang mendengar pesanan Jeno. Tapi anak ini berada di balik pagar rumah pak Donghae. Entah ia ditipu oleh anak ini atau tidak, kapan lagi ia akan mendapatkan pesanan sebanyak ini kan? Pak Donghae pun pasti akan bertanggung jawab. Semoga saja.

"Oke! Pak Iko Uwais buatkan~"

"Xixi~ Noie mamam naci guleng~"

Tangan mungil Jeno terlihat menyeka keringat yang mengalir di dahinya. Sore kali ini terasa panas, terlebih dirinya belum mandi.

"Nanas xixi~" Mata jernihnya kembali menatap pak Iko yang begitu telaten membuat pesanannya.

"Jeno ngapain?"

Suara sang bunda terdengar oleh telinga Jeno. Dengan senyum manisnya Jeno menoleh ke arah bundanya.

"Noie ini unda!" Jeno menunjuk gencar si penjual nasi goreng.

"Huh?"

Doyoung awalnya sempat berfikir Jeno hanya memberhentikan si penjual nasi goreng. Tapi melihat si penjual tengah memasak Doyoung mendadak cemas.

Ku mohon anakku~ Jangan~

Bersama perasaannya yang tak enak Doyoung mendekati putranya.

"Pak, anak saya beli?"

"Iya mas."

"Berapa ya?" Tanya Doyoung lagi sambil membuka pagar.

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang