[note: bukan bagian dari Jeno Safari]
.
.
.Drak drak drak
Terlihat seorang bayi bulat berlari mengelilingi rumah mencari keberadaan bundanya. Ia terus berteriak keras berharap sang bunda mendengar suaranya.
"UNDAAA!"
Si kecil yang lelah berhenti di samping sofa, mengambil segelas air milik kakaknya sebelum kembali berteriak.
"UNDAAA~!"
Sontak Jeno menutup telinganya. "Ih! Sakit telingaku!"
Yunoh, si kecil tadi tak terima saat sang kakak meneriakinya. "Kakak ndak boleh malah unoh!"
"Kenapa dek?"
Kedua bocah itu menoleh ke belakang. Sang bunda dengan sekeranjang pakaian bersih datang dari arah belakang rumah.
"Adek teriak di telingaku nda~" Adu Jeno sambil terus mengusap telinganya.
"Ndak undaaa~ Unoh baik baik~" Sanggah Yunoh sembari menggelengkan kepalanya.
"Bener kak?"
Jeno menggeleng cepat. "Nggak nda, dia teriak disini."
"Loh dek, sakit dong telinga kakaknya."
"Ndak ada dalah unda, ndak cakit."
"Ya nggak gitu dek~ Nging nggak kak?"
"Udah nggak nda."
"Bunda mau ngomong sama adek boleh kak?"
Jeno pun bergegas pergi dari sana sebelum Yunoh adiknya menyerangnya lagi.
"Dek," Doyoung mengatur keranjangnya ke meja, ia berlutut di depan Yunoh, mengusap pelan kedua telapak tangan si kecil yang lebih gempal dari kakaknya. "Coba kalo bunda teriak di telinga adek, sakit nggak?"
"Ndak tau hihi~" Yunoh melepas tangannya dari sang bunda. "Unoh cali undaa~" kemudian Yunoh memeluk bundanya erat sebelum berlari mencari kakaknya.
"Jeno Jenoooo~!"
"Ya Tuhan Yunohhh! Bunda belum bicara ya!"
Yah sebenarnya niat Yunoh berteriak hanya ingin mencari sosok bundanya. Memastikan jika sang bunda berada di sekitarnya sebelum ia kembali bermain.
"Hihi~ Dah undaa~"
Begitu sampai di kamar Jeno, Yunoh langsung menghampiri kakaknya yang duduk di dekat jendela.
"Kakak~" Tubuh gempal Yunoh merapat ke Jeno.
"Napain kak?!"
"Mewarnai."
"Unoh mau~ Pinkeu pinkeu~"
Jeno menatap adiknya sebentar. Jujur saja untuk meminjamkannya ia sedikit ragu. Sudah banyak pensil warna miliknya yang Yunoh patahkan. Tapi melihat adiknya yang terus menatapnya penuh harap Jeno jadi tak tega. "Jangan di lempar-lempar lagi."
"Hu'um!"
Jeno pun memberikan beberapa pensil warna dan selembar kertas gambar pada sang adik.
Yunoh dengan senang hati menerimanya. Lalu ia menggambar sebuah mobil yang sangat besar. Hingga saat Yunoh hendak membuat ban, ia tersadar jika tak ada lagi tempat untuk membuat bulatan kecil di bagian bawah mobil.
"Kak~ Ndak cukup~"
"Apa?"
"Ban~ Ban ndak adaa~"
"Sini sini." Jeno membawa kertas gambar Yunoh dan menggambar ban dengan tempat yang ada. "Nih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno Safari
FanfictionBagaimana ketika si Noie kecil masuk taman kanak-kanak? [untuk yang baru baca, bisa ke baby Jeno daily dulu ya, biar nggak begitu bingung~]