Kau dan Aku (2)

4.7K 684 43
                                    

Hari Rabu, keluarga Jung pergi ke rumah orangtua Doyoung. Mereka memanfaatkan tanggal merah yang sepertinya sangat mendukung Jaehyun untuk mengatakan niatnya.

Begitu mereka sampai, Jeno langsung diajak pergi oleh tante Doyoung ke supermarket. Jeno yang suka belanja iya iya aja. Dan hal itu membuat Doyoung terbantu.

Awalnya suasana hangat yang menyelimuti rumah Kim. Namun semua menjadi dingin begitu Doyoung mengatakan keinginan mereka.

"Ehm." Beberapa kali Heechul hanya berdeham untuk menenangkan dirinya. Begitu juga Yuri yang menatap was was putranya.

"Jaehyun, ayo kebelakang." Heechul lantas berdiri dan pergi dari sana.

Tanpa kata Jaehyun dengan lemas mengekori Heechul. Meninggalkan istrinya di ruang keluarga bersama sang mertua.

Begitu Heechul dan Jaehyun tak lagi terlihat, Yuri langsung mendekatkan dirinya dengan sang putra yang masih setia menunduk.

"Dek, liat mama."

Dengan perlahan Doyoung menatap mata mamanya.

"Adek yakin?" Digenggamnya kedua telapak tangan Doyoung yang berkeringat dingin.

Sedikit lama Doyoung terdiam, pria kelinci itu pun akhirnya mengangguk pelan.

"Dipikirin lagi coba. Takutnya kemaren cuman kebawa emosi."

"Ma~" Kedua tangan Doyoung menggenggam erat tangan mamanya.

"Kenapa sayang?" Dengan lembut Yuri mengusap pipi putra bungsunya.

Hening

Doyoung memilih untuk diam. Tapi Yuri bisa menyimpulkan oleh air di pelupuk mata Doyoung yang semakin bertambah.

"Berat ya?"

Sekali lagi Doyoung mengangguk. Hal itu pun sukses membuat semua air matanya menetes.

"Sayangnya mama~" Direngkuhnya sang putra bungsu Kim itu.

"Kalo masih mau ngasih Jeno adek. Jangan langsung paksa Jaehyun buat ngelakuin apa yang adek pengen~ Bawa Jaehyun keluar dari traumanya dulu, bantu suamimu."

"Mama hiks!"

"Mama ada disini buat adek. Jangan khawatir."

.

Sementara itu, Jaehyun dan Heechul tengah duduk di belakang rumah, mereka sama-sama terdiam sebelum Heechul akhirnya angkat bicara.

"Jaehyun, kau tau resiko dari tindakan kalian berdua?"

Jaehyun mengangguk kaku.

"Bukan hanya masalah anak, tapi juga putraku. Apa Doyoung bahagia nanti? Kau mikir itu nggak?"

Kali ini Jaehyun tak menjawab atau memberi respon apapun.

"Aku paham kau trauma, tapi kenapa nggak coba buat nyembuhin?"

"Aku terus mencobanya di belakang Doyoung. Tapi," Jaehyun mengusap wajahnya kasar. Ia tak tau kata yang tepat untuk menggambarkan rasa sesak di dadanya.

"Ingat, jika Doyoung steril, dia nggak akan bisa lahirin keturunanmu. Nanti, misal pikiranmu berubah, gimana anakku menyikapimu?"

"Aku steril juga pa." Jawab Jaehyun pelan.

Kali ini Heechul yang terdiam. Ia melupakan poin ini. Menantunya yang bersih keras.

"Dulu, Doyoung selalu berkhayal punya banyak anak." Heechul menerawang jauh ke langit.

.

"Aku mau 3 pa~"

"Banyak banget~"

"Iya, pasti rumah jadi rame, aku nggak bakal sendirian pas suami kerja sama anak sulung sama kedua sekolah."

"Tapi pas anak ketiga sudah sekolah?"

"Hehe, iya juga ya pa. Tapi nggak apa-apa, aku akan menyibukkan diri buat masak yang banyak, pasti buatnya lama kan pa?"

"Pinter sekali anak papa~"

"Hehe~ Apa aku perlu nyiapin nama mulai sekarang pa?"

"Heh! Pikirkan itu nanti sama suamimu."

"Tapi aku udah nyiapin satu pa."

"Apa?"

"Winter."

"Barat banget?"

"Tapi lucu kan pa~ Dek winter ayo sarapan~"

"Terus 2 anakmu?"

"Belum kepikiran hehe~"

"Kalo gitu jangan dipikirin dulu. Kau masih SMP, belajar dulu."

"Abis seru mikirnya, eh udah jam 4! Aku mandi dulu, ntar kalo kakak mandi duluan bisa mandi jam 6 akunya"

.

Hah~

Heechul menghela nafasnya berat. "Aku nggak nyangka jalannya nggak semudah itu." Heechul menoleh ke arah menantunya. "Tapi berada diposisi mu pasti juga susah. Tapi pikirkan lagi kumohon. Buat putraku, kalian juga."

Heechul terdiam sejenak.

"Nanti misal kau masih dengan pendirianmu, aku minta kau buat Doyoung ikhlas dulu ngelakuinnya. Jangan paksa, dia juga punya kemauan.

Jaehyun, kau bisa. Kau suaminya, serumah dengannya. Kau pasti tau caranya."

"Makasih pa." Jaehyun mencoba untuk tersenyum. Tapi yang ada ia malah menangis dihadapan mertuanya.

"Apa kau ini? Gini aja nangis! Pantes cucuku itu nangisan!"

.
.
.

Setelah Jaehyun diejek habis-habisan oleh mertuanya, ayah Jeno itu memasuki kamar istrinya. Mungkin saja Doyoung sudah selesai dengan mamanya dan masuk ke kamar.

"Sayang."

Doyoung yang sedang duduk di ranjang menoleh. "Hm?"

"Kita jangan pergi konsul dulu."

"Kenapa?" Dibawanya Jaehyun duduk ke ranjang.

"Kita pikirkan dulu. Aku salah. Ternyata nggak segampang itu."

"Mau pelukan?"

Jaehyun pun mengangguk.

Grep

"Aku ngelakuinnya buat nebus 3 bulan itu. Aku ingin nutup lukamu Woojae." Ucap Doyoung sambil terus mengusap punggung suaminya.

Namun, Jaehyun menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Nggak bakal jauh beda sama gali lubang tutup lubang. Nggak boleh gegabah, papa benar, kita harus mikirin ini mateng-mateng."

"Hm~ Ya udah, ayo tidur kau pasti cape."

"Hu'um~"

Bisa Doyoung sedikit lega sekarang?

.
.
.
TBC~


[Tenang, yg kangen Noie keknya chap depan anaknya muncul]

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang