Tentang Mereka

5.4K 789 56
                                    

Akhirnya sampe rumah~

Doyoung yang baru pulang dari mengantar Jeno dan Mark ke sekolah sedikit lega. Setidaknya 1 pekerjaannya selesai.

Abis ini terus nyuci sama setrika deh~

Akan tetapi, ketika ia hendak membuka gerbangnya seseorang datang menyapanya.

"Doyoung!"

"Ten?"

"Hehe~ Ngerepotin ya? Maaf banget. Terus ini oleh-oleh." Tetangga Doyoung itu menyodorkan sebuah paper bag berisi roti.

"Oleh oleh?" Wajah Doyoung mendadak datar.

"Iya, nih buat Tokki sekeluarga."

Melihat Doyoung yang tak segera menerima pemberiannya Ten langsung menaruh paper bagnya di stir motor.

"Udah ya aku mau pulang, Sungchan nggak bisa dibiarin lama lama sama Tiway. Makasih Doyoung~"

Maminya Mark pergi begitu saja. Padahal ada banyak sekali yang ingin Doyoung tanyakan.

.
.
.

Hingga di malam harinya saat Jeno telah tertidur, Jaehyun yang meminta teh hangat harus mendapatkan teh rasa garam.

"Bleh! Ni nggak salah rasanya?" Jaehyun sendiri bingung, apa yang ada di pikiran istrinya hingga tehnya berkolaborasi dengan lautan.

"Bunda~" Langkah kakinya mantap menyusul Doyoung yang sudah duduk di depan tv.

Jaehyun terhenti sejenak. "Ngelamun?"

"Hey~" Pria tampan itu lantas duduk di samping Doyoung. "Nggak dimakan rotinya Ten?"

Doyoung terkesiap mendengar suara Jaehyun. "Huh?"

"Nggak dimakan rotinya?" Jaehyun menunjuk kue Ten yang ada di meja.

"Nggak mau."

"Kenapa?"

"Kenapa Ten bisa ngasih aku oleh-oleh? Mark aja loh di tinggalin. Ada yang aneh loh."

"Ya kenapa emangnya? Apa yang aneh?"

"Ya nggak bisa gitu aja dong! Ini-"

"Bunda, itu mau dia pergi malam Kamis kek, malam Minggu kek, terserah mereka. Selagi itu nggak ganggu yang lain gapapa, kamu nggak ada urusan."

"Tapi Mark loh Jae, dia sekolah besoknya~"

"Tapi nyatanya tadi Mark ke sekolah kan?"

"Kalo nggak ada kita Mark gimana~"

"Dia pasti diajak Ten pergi juga. Karena Ten ada urusan dan dia mikir sama masa depan Mark, dia nitipin Mark ke kita."

"Jangan mikir aneh-aneh." Imbuh Jaehyun begitu melihat wajah Doyoung yang masih belum menerima penjelasannya.

"Gimana aku nggak mikir kesitu? Mereka loh aneh Jae."

"Haisshh~! Kenapa sih sayangku ini overthinking mulu? Kalo Ten ato kak Taeyong emang butuh bantuan, aku yakin mereka akan cerita terus minta bantuan kita ato temen yang lain. Jangan khawatir sayang."

"Tapi aku sahabatnya Ten. Ato aku aja yang ngerasa dia itu sahabatku?"

"Hey dijaga omongannya~ Daripada mikir orang, aku mau tanya tentang kita."

"Apa?"

"Sterilnya gimana?"

"H-hah?" Doyoung mendadak kaku.

"Ya udah kalo masih belum ketemu. Aku bakal nunggu." Jaehyun pun tersenyum sambil mengusak rambut Doyoung.

"Woojae~"

"Iya?"

Cup

"Wah~ Di kecup?" Jaehyun yang terkejut sampai memegang bibirnya tak percaya.

"Maaf~"

"Kenapa minta maaf?"

Tapi Doyoung tak menjawab.

"Kenapa sayangku~?"

Dalam diamnya, pria cantik itu meringsek ke pelukan sang suami.

"Manja banget? Aku jadi punya 2 bayi ya?"

"Ntar aku manja kek kak Yuta kamunya jadi gila." Celetuk Doyoung sambil mengeratkan pelukannya.

"Ya gila beneran lah!"

Jawaban spontan Jaehyun mengundang kekehan Doyoung. "Aku cuman punyamu kok~ Terus Woojae sampe kapanpun juga harus jadi punyaku."

"Wah~ Tapi aku nggak bisa milikin kamu seutuhnya."

Doyoung sontak mendongak. "Huh?"

Jaehyun lalu melonggarkan pelukannya, "Kue cubit itu pasti bakal bilang," dengan alis berkerut, persis seperti ketika Jeno marah marah, Jaehyun melanjutkan, "unda Noie! Ayah ndak boleh pigang!"

"Ahaha~ Kan kayak kamu kuliah itu, dikit dikit jangan main sama Rowoon, jangan main sama Bambam."

"Ya mereka mengkhawatirkan."

"Tampan ya?"

"Tampan aku."

"Ahaha~"

"Eh, mumpung Jeno udah tidur, yok yok~!" Senyum Jaehyun dan kilatan matanya berbeda.

"Jangan main kasar. Besok Jeno sekolah." Cicit Doyoung malu-malu.

"Iya janji~"

Mendapat persetujuan, Jaehyun langsung menggendong Doyoung ke kamar mereka.

Dengan semangat 45 Jaehyun yang kini berada di atas sang istri membuka kancing istrinya.

1 kancing terlepas

2 kancing terlepas

Dan,

Brak brak

"Unda hiks!"

Terdengarlah suara tangisan dari balik pintu kamar mereka.

"Undaaa~"

"Jeno?!" Doyoung yang mendengar putranya menangis refleks mendorong Jaehyun agar menyingkir dari atasnya.

Cklek

"Kenapa nangis sayang?"

"Tileks hiks! gigit Noie~ Huweee cama undaa~"

"T-rex? Mimpi buruk sayang?" Doyoung pun lantas membawa Jeno ke gendongannya dan pergi mengambil air di dapur.

Meninggalkan Jaehyun yang kini meratapi nasib sialnya.

"Alamat tidur bertiga ini mah!"

Yap! Jika Jeno mimpi buruk, sudah pasti bayi bulat itu akan ikut tidur ayah bundanya. Dan itu tak bisa di ganggu gugat. 'Noie bobo cini!'

"Dah lah!" Jaehyun yang kesal langsung menarik selimutnya dan tidur.

.
.
.
TBC~

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang