"Um Cihun ndak ndul ndul~"

5.6K 709 84
                                    

Kok panas ya?

"Jen~ Bangun yuk~ Udah pagi sayangku~" Doyoung mengusap surai Jeno yang basah.

"Sayang~"

"Eungh~"

Si bayi Jung akhirnya mulai membuka matanya.

"Unda~" Terlihat Jeno tersenyum tipis saat mendengar suara bundanya.

Setelah kemarin menjadi hari yang panjang bagi Jeno tanpa bundanya, bahkan saat ia menutup matanya sang bunda tak ada di sisinya.

Tapi tidak kali ini, sekarang ketika ia membuka mata, sang bunda berada tepat di depan matanya dengan wajah penuh senyuman.

"Morning baby~"

"Unda Noie~"

"Iya ini bundanya Jeno~"

"Bangun yuk~" Doyoung yang tau Jeno tak mau bangkit karena badannya tak enak langsung saja memangku bayinya.

"Cakit unda~" Keluhnya dengan suara parau.

"Iya kah? Mana yang sakit?"

"Cini~" Telapak mungilnya menepuk dahinya pelan.

"Pusing ya? Bunda obatin sini~"

Cape ini pasti gara gara kemaren. Padahal nanti mau tahun baruan.

.
.
.

Setelah mandi dan sarapan kini Jeno duduk di depan tv dengan ditemani bundanya. Hanya menonton film larva sambil menyuapi Jeno potongan buah semangka.

"Ayah mau mana~?" Tanya Jeno saat melihat ayahnya mengambil kunci di meja tv.

"Beli minum buat ntar malem."

"Ikut~"

"Badanmu loh panas, di rumah aja ya. Bentar lagi juga om Sehun kesini."

"Um Cihun ayah?"

"Iyaa~ Udah ya ayah pergi dulu."

Si kecil itu mencoba turun dari sofa. "Ayah~ Ikut~"

"Sayang~ Di rumah aja ya sama bundaa~"

"Noo~ Ayah!"

"Gini deh, ikut aja sekalian bun, ntar tunggu mobil." Usul Jaehyun karena tak ingin mendengar tangisan bayinya.

"Iya unda~ Noie di mobil~"

Mana bisa kayak gitu.

Meminta Jeno menunggu di mobil saat sang ayah masuk thaimart tentu hal yang mustahil. Tapi membuat Jeno kesal juga tak akan membuatnya kunjung sembuh.

"Ayo unda~"

"Okey, tapi bener loh ya di mobil aja."

"Iya unda~"

.

Bohong

'Iya' hanya di mulut belaka. Nyatanya sekarang Jeno meraung-raung ingin ikut ayahnya.

"Ikut unda ikuuuttt~"

"Katanya di mobil aja, Jeno udah bilang iya ya tadi."

"Ndak unda~ Ayahh hiks!" Jeno menatap nanar ayahnya yang telah menghilang dari pandangannya.

"Apa nggak capek? Jeno harusnya istirahat, nggak jalan-jalan kayak gini. Udah di mobil aja. Ngerti?"

Hening

"Jeno, bunda ajak bicara ya."

Sekali lagi Jeno tak menjawabnya. Mata sayupnya melihat sebuah motor penuh mainan anak-anak.

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang