"Cayang Makli~"

6.1K 832 142
                                    

"Jeno~ Bangun yuk~"

"Eunghh~"

"Ayo bangun~ Ntar sekolahnya ketinggalan. Kan kata Bu Sunny nggak boleh terlambat?"

"Nantuk unda~"

"Ya ayo cuci muka dulu, nanti nggak ngantuk lagi~"

"Eunghh~"

"Hm? Padahal kemarin bilang kalo mau di bangunin bunda."

Hening

"Jeno~ Anaknya bunda~"

"Ayo bangun~ Bunda udah buatin brownis coklat, ada choco chipsnya loh~"

"Heum~ mau~" Mata sipit itu perlahan terbuka.

"Sekarang Jeno bangun, mandi terus makan~"

Dengan malas Jeno merentangkan tangannya. "Gindong~"

"Ahaha~"

Selepas mandi dan memakai seragam TK, Jeno turun dari kamarnya menuju dapur. Disana ada sosok ayahnya yang berkutat di dapur.

"Ayah napain ayah?"

"Buat kopi~"

Kopi?

Jeno ingat! Minuman pait itu pernah ia coba di rumah om Sehun. Padahal rasa minuman itu pahit, ia tak menyukainya. Tapi kenapa orang dewasa menyukai minuman itu?

"Huu~ Pait~ Noie ndak cuka~"

"Kalo asin mah air laut~" Timpal Jaehyun asal.

Sang ayah lalu menyeruput kopinya. Terlihat sangat nikmat di mata Jeno, ia jadi penasaran.

"Mau yah~"

"Jangan dulu, nanti sakit perutnya Jeno."

"Ayah ndak cakit! Noie ndak cakit!"

"Dikit aja ya~"

"Hu'um!"

Jaehyun yang tak mau mengambil resiko Jeno menyeruput kopinya begitu banyak, ia lantas mengambil sebuah sendok. Menyendok kopinya dan memberikannya ke Jeno.

Slurpp

"WLEK!"

Mematikan! Kopi milik ayahnya lebih parah dari milik omnya. Sangat pahit dan hitam.

"AYAH!"

"Apa?"

"NAKAL! UNDA~ AYAH NAKAL UNDAAA~!" Si kecil Jung itu langsung berlari menyusul bundanya.

"Heh! Yang minta tadi siapa?!"

.
.
.

Agenda kegiatan TK A kali ini adalah menulis alphabet. Hanya dari huruf A sampai E, tapi hal itu benar-benar membuat Jeno kesusahan karena tadi malam ia belajar menulis angka dengan bundanya.

"Nggak usah sedih, besok belajar lagi menulisnya sama ibu biar nggak kebalik-balik hurufnya~ Okay?"

"Nggak usah sedih, besok belajar lagi menulisnya sama ibu biar nggak kebalik-balik hurufnya~ Okay?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang