Bel pulang sekolah pun berbunyi. Jeno dengan tas ranselnya yang hanya berisi mainan dan bekalnya langsung berlari menuju bundanya.
"Unda~!"
"Hai boy~!"
Cup
Doyoung pun menyempatkan untuk mengecup pipi Jeno sebelum menyerahkan tote bag kepada sang putra, "nih tasnya, ayo ambil buku sama tempat pensilnya, ayah udah nunggu di depan~"
"Ayah?! Ah ah! Nti jalan jalan ya unda ya~ Noie ndak mau lewat cana~" Yang Jeno maksud adalah jalan yang selalu di lewatinya. Jeno bosan, bocah itu ingin jalan memutar sebelum sampai ke rumahnya.
"Apapun untuk anaknya bunda~ Dah sana ke kelas, ambil buku sama alat pensilnya."
Seperti yang diminta sang bunda, Jeno berlari menuju kelasnya dan mengambil mereka semua. Sebenarnya, setelah hari dimana Jeno membawa bekal, botol minum, biskuit dan mainannya, Jaehyun langsung membelikan tas yang lebih besar agar peralatan sekolahnya bisa masuk.
Akan tetapi, Jeno menolak bukunya masuk ke tas mentah-mentah. Bahkan tempat pensil yang selalu di pamerkan ke teman-temannya karena bergambar iron man tak pernah masuk ke dalam tas baru itu. "Ndak boleh! Unda yang bawa~ Noie ndak mau!" Yah~ Seperti itulah cara Jeno menolaknya.
Jaehyun dan Doyoung? Mereka tak mau memaksa terlalu keras. Takutnya Jeno malah sekolah.
"Ayo~ macuk tas unda~" Ujar Jeno sambil memasukkan buku dan tempat pensilnya. Setelahnya, ia langsung menyerahkan tas itu pada Doyoung dan berlari menuju ayahnya.
Begitu mata sipitnya melihat sang ayah yang tengah bersandar di mobil, secara reflek bocah itu merentangkan tangannya seraya berteriak, "Ayah~ Ndong~!"
Hup
Sedetik kemudian, Jeno telah berada di gendongan Jaehyun, "halo sayang~ Gimana sekolahnya?"
Cup
Jaehyun yang gemas mengecup pipi gembil Jeno. Lihatlah, meskipun Jeno telah sekolah pipinya sama sekali tidak menyusut.
"Xixi~ Noie cenam, gini ayah~" Jeno menggerakkan tangan kanannya membuka dan menutup berulang kali.
"Terus terus?"
"Mamam~!"
"Makan apa anaknya ayah ini?"
"Cemangka~!"
"Oh iya? Enakkah?"
"Enak~"
"Wah ayah jadi pengen~"
"Noie bawa pulang~" Ujar Jeno sambil menepuk tas punggungnya.
"Ayah mau~!"
Seketika itu mimik muka Jeno berubah, "Ndak boleh! Ni punya Makli!"
"Lah," Jaehyun terperangah, "orang ayah yang ngasih uang saku Jeno, terus ayah juga yang patungan sama bunda buat jadiin bayi pentol ini kenapa malah kak Mark yang dikasih semangka?"
"Ngomong apa sih Jae! Nggak pantes!" Tegur Doyoung yang mendengar ucapan Jaehyun pada putranya yang jauh di bawah umur. Tentu ia kaget, baru datang Jaehyun sudah meracuni Jeno dengan perkataan seperti itu.
"Ayah no malah malah~"
Cup
"Xixi~"
Jaehyun yang di cium pipinya terkejut, "wah~ Anak ayah pintar merayu ya~"
Tiba-tiba Jeno terdiam, ia menatap ayahnya yang masih tapi mengenakan jas kerjanya.
"Ayah ndak kelja?" Jeno ingat, ayahnya sangat jarang menjemputnya. Atau bahkan tak pernah setelah hari pertama sekolahnya?
"Udah pulang~ Terus jemput Jeno deh~"
"Ayo lewat cana ayah!" Si kecil Jung dengan antusiasnya menunjuk jalan yang berlawanan dari jalan yang biasanya.
"Kenapa?"
"Jalan jalan xixi~"
"Baik baik~ Tapi habis ini langsung pulang ya~ Ayah mau ke Samarinda nanti malam."
"Camalinda? Ayah mau main cama Linda?" Tanya Jeno dengan muka polosnya.
"Eh bukan~ Ahahaha~ Itu kota sayang~ Kayak Semarang, Jakarta, Maluku~"
"Oooo~ Ah! Ayo ayo pulang ayah! Noie mau main ke lumah Makli~"
"Ayah mau pergi 3 hari loh sayang~ Masak Jeno mau main sih?"
"Heumm~ Noie mau main!"
"Tap-"
"Main!"
"Iya iyaa~ Jeno main habis ini. Dah ayo Jae pulang, aku masih harus packing perlengkapanmu~" Ucap Doyoung menengahi perseteruan pasangan ayah dan anak yang kelihatannya tak akan selesai sampai malam.
"Bunda~ Dia mau main padahal aku mau berangkat?" Jaehyun protes pada sang istri sambil mendudukkan Jeno ke kursi penumpang di belakang.
"Ini baru permulaan Woojae," sang bunda mengusap lembut pundak Jaehyun, "di masa depan, dia akan lebih dekat dengan temannya, apalagi jika dia udah punya kekasih, udah pasti dia akan menomorsatukan kekasihnya. Dan hal itu adalah PR kita untuk mengontrol bayi pentol mu itu. Dah, yuk pulang!"
Dengan malas Jaehyun masuk ke mobilnya. Padahal ia ingin memuaskan diri menguyel-uyel pipi Jeno. Yah~ Tapi setelah dipikir-pikir, lebih baik Jeno pergi main saja, jadi ia bisa menguyel-uyel istrinya.
"Ahahaha~"
"Ngapain tertawa? Ayo injak gasnya!"
"A-ah, maaf maaf,"
"Ayah! Noie mau stlawbelly!" Pekikan Jeno mengiringi jalannya sang mobil menuju rumah mereka yang hangat.
"Siap~ Kita mampir ke supermarket sekarang!"
"Yeay!"
.
.
.
TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno Safari
FanfictionBagaimana ketika si Noie kecil masuk taman kanak-kanak? [untuk yang baru baca, bisa ke baby Jeno daily dulu ya, biar nggak begitu bingung~]