"Ambil Makli ambil~"

3.7K 540 88
                                    

Di sore hari saat orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing, Mark menarik Jeno ke belakang rumah.

"Ikut aku mau?"

"Kemana?"

"Jalan jalan~"

"Ayuk!"

Jeno yang telah bosan berlari ke depan rumah. Ia mengenakan sandalnya tergesa-gesa agar Mark segera mengajaknya bermain keluar. Sungguh ia mati kebosanan disini. Ayah bundanya sibuk berbincang dengan teman-temannya, mereka seperti mengadakan reuni dadakan setelah resepsi pernikahan tante Ten selesai.

"Ayo Mark ayo!"

"Sebentar!"

.

Tapi Mark tak langsung mengajak Jeno jalan-jalan. Anak itu membawa Jeno ke rumah budhe Hwasa yang tak jauh dari rumahnya untuk meminjam sepeda.

"Mau kemana kak?"

"Sepedaan~ Aku pinjam ya budhe~"

"Hati hati loh ya! Sepedanya gede itu."

"Iya budhe~"

.
.
.

"Mark pentol Mark!" Jeno tarik kuat kaos Mark agar mengerem sepeda.

Setelah 3 hari disini Jeno belum makan pentol sama sekali. Kebetulan ini tak boleh ia lewatkan.

"Okey~" Mark pun membawanya ke gerobak pentol di pinggir jalan.

"Mang beli 2. Lima ribu an." Ujar Mark sambil merogoh sakunya.

"Iya dek. Pedes semua?"

"Satunya-"

"Aku pedes!" Potong Jeno.

"Sekarang doyan pedes ya?" Mark taruh uang sepuluh ribu di gerobak pentol.

"Iya~ Aku keren~"

Mark hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Sejujurnya ia tak setuju. Apa hubungan keren dan doyan pedas kan?

.

Ketika pentol pesanan mereka telah selesai di buat, Mark mengajak Jeno untuk duduk di bangku pagar rumah seseorang.

"Enak Jen?"

"Huhh~ Pedas~" Wajah Jeno memerah karena pentolnya sangat pedas. Sambal ini jauh lebih pedas dari sambal yang dibuat mas JB.

"Minum ya?" Mark panik, ia tak membawa air minum tadi. "Aku beli minum dulu ya!" Jeno pun ia tinggal begitu saja untuk mencari sebotol air.

"Ughhhh~" Namun tetap saja, Jeno kembali memakan pentolnya karena enak. Sayang juga jika ia membuang makanan favoritnya ini. "Hah hah~"

Nyam nyam

"Pedas~"

Tak begitu lama Mark pun datang dengan sebotol air dingin.

Jeno tanpa basa-basi langsung mengambil air itu dan meneguknya sampai tandas."Hah~"

"Masih pedas?"

"Ndak~ Ayo sepedaan lagi~"

Mark menatap pentolnya yang bahkan masih sisa banyak. Ia tak sempat menikmati pentol karena panik mengurusi Jeno.

"Ayo~"

"Okey~" Mark pun menaruh pentolnya pada keranjang. "Yuk!"

Pentol itu masih bisa dinikmati nanti kan?

.

"Xixixi~ Jauh jauh Mark~" Pekik Jeno ketika Mark mulai mengayuh sepeda.

Mark mengangguk setuju. Memang sedari awal ia ingin membawa Jeno mengelilingi kampung. Memamerkan apapun yang tak bisa Jeno dapatkan di kota.

Jeno SafariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang